Terbukti Ilmiah Tekan Kasus DBD, Kalsel Belum Uji Coba Penyebaran Nyamuk Wolbachia

0

KEPALA Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalimantan Selatan, dr Diaduddin mengakui Kalsel belum termasuk daerah uji coba untuk penyebaran nyamuk Wolbachia guna menekan kasus demam berdarah dengue (DBD).

“WALAUPUN sudah berhasil di beberapa daerah di Indonesia, Kalsel belum termasuk wilayah uji coba penyebaran nyamuk Wolbachia. Kalau misalkan ada, biar rumah saya dulu disebar Wolbachia biar nyamuk tak ada,” kata Diaduddin kepada jejakrekam.com, Minggu (26/11/2023).

Menurut Diaduddin, pro-kontra atas rencana penyebaran nyamuk yang membawa bakteri Wolbachia memang terjadi di Indonesia, terutama di platform berbagai media sosial (medsos) terlebih lagi disebut-sebut sebagai agenda dari luar (negeri). Hingga disebut-sebut bakal menjadi pandemi kedua, pasca virus Covid-19.

“Padahal, Wolbachia itu merupakan inovasi anak bangsa Indonesia bahkan diakui oleh dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (WHO),” ucapnya.

BACA : Sekilas Mengenai Wolbachia

Mantan Kepala Dinkes Kabupaten Banjar ini mengungkapkan riset Wolbachia telah dimulai pada 2011 di Yogyakarta. Menurut Diaduddin, Wolbachia merupakan bakteri atau semacam virus yang ada secara alami pada serangga, seperti nyamuk, belalang dan lain-lain dengan persentase rata-rata 44 persen mengandung virus atau bakteri Wolbachia.

“Wolbachia ini  juga aman untuk manusia dan tidak bisa hidup di tubuh manusia. Bahkan, tidak bisa menginfeksi manusia. Itu jelas aman, karena hanya pada serangga,” kata Plt Direktur Utama RSUD Ulin Banjarmasin ini.

BACA JUGA : Jadi Kota Endemis DBD, Kadinkes Banjarmasin Gelorakan Gerakan 4M Plus dan Kader Pemantau Jentik

Lantas mengapa bisa bikin heboh dan memicu pro-kontra khususnya di dunia kedokteran sendiri? Diaduddin menyebut kehadiran Wolbachia memang  ada sedikit perlakuan (manusia), tapi bukan hasil dari rekayasa genetika karena memang tumbuh atau ada secara alami.

“Sebab, Wolbachia itu digunakan untuk mengendalikan penyakit demam berdarah dengue (DBD). Sebab, nyamuk jantan yang terinfeksi Wolbachia, kalau dia kawin dengan nyamuk betina kemudian bertelur dari hasil perkawinan, maka telur-telur nyamuk itu tidak dapat menetas,” kata Diaduddin.

Menurut dia, ada dua cara untuk mengendalikan DBD. Pertama mengurangi populasi nyamuk Aedes, hal itu juga berdampak pada makanan alami bagi katak dan cecak, karena telur nyamuk Aedes Aegypti tidak bisa menetas.

BACA JUGA : Waspadai Fase Aquatik Pada Penyakit DBD, Dosen FMIPA ULM Gelar Sosialisasi

“Nah, kalau mengandung itu nyamuk betina maka telur-telur itu bisa menetas. Yang ditetasnya adalah (jentik) nyamuk Aedes. Keuntungannya, kalau nyamuknya itu ada virus Aedes, maka virusnya DBD juga tidak bisa hidup,” kata putra ulama Martapura KH Badaruddin ini.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalsel, dr Diaduddin MKes. (Foto MC Kalsel)

——

Cara kedua, menurut Diaduddin adalah menyebarkan nyamuk jantan yang sudah terinfeksi virus Wolbachia sehingga populasi nyamuk bisa berkurang drastis.

“Memang, ada pula nyamuk betina dan jantan disebar. Namun, dengan adanya Wolbachia dapat mengurangi populasi nyamuk virus DBD dan tidak bisa hidup pada nyamuknya. Metode ini digunakan ternyata sukses menekan angka kasus atau penyakit DBD,” katanya.

BACA JUGA : Dari Anak-anak Hingga Dewasa, RSD Idaman Banjarbaru Tangani 42 Kasus DBD   

Dari kedua metode itu, Diaduddin menyebut penyebaran nyamuk Wolbachia dalam menekan kasus DBD telah terbukti berhasil di DI Yogyakarta dan Provinsi Bali.

“Saat diujicobakan di Yogyakarta dan Bali, relawan rumah warga yang mau dikasih telur yang mengandung nyamuk Wolbachia. Ternyata sukses. Bahkan, Sultan Jogja (Gubernur DI Yogyakarta) juga menyetujui karena terbukti bisa menekan angka kematian kasus DBD. Kemudian, oleh Sultan Jogja daerah uji coba diperluas ke daerah Sleman dan Bantul,” papar Diaduddin.

BACA JUGA : Saat Musim Kemarau Basah, Waspada Penyebaran Nyamuk Demam Berdarah

Atas keberhasilan di Yogyakarta dan Bali, Diaduddin menyebut kemudian Menkes RI akhirnya mengadopsi metode Wolbachia yang diujicobakan di 6 kota terutama yang tinggi kasus DBD.

“Nah, ketika uji coba di enam kota itu kemudian bikin heboh di Indonesia. Apalagi informasi yang tersebar berbagai macam. Padahal, secara ilmiah sudah diteliti dan dinyatakan tidak berpotensi untuk membahayakan manusia. Sebab, virus atau bakteri Wolbachia itu tidak bisa hidup di tubuh manusia, tapi hanya hidup tubuh serangga. Dengan adanya itu, nyamuk Aedes Aegypti yang membawa virus Dengue digantikan oleh nyamuk Wolbachia,” papar Diaduddin.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.