Sekilas Mengenai Wolbachia

0

Oleh : IBG Dharma Putra

WOLBACHIA adalah bakteri gram negatif yang sangat mirip dengan Salmonella dengan gaya menginfeksinya melalui infeksi sel dan mengambil kerangka sel.

AKIBATNYA sel menjadi kempes tanpa bentuk karena tak berkerangka lagi, semakin mudah untuk dimasuki dan diobrak abrik oleh Wolbachia. Wolbachia menginfeksi mulai dari sel epitel usus dan menyebar keseluruh sel tubuh dengan prestasi puncak merusak semua sel dan membunuh makhluknya.

Dengan demikian prestasi puncak dari Wolbachia adalah membunuh nyamuk yang terinfeksi dan akhirnya memusnahkan nyamuk yang ada di muka bumi. Wolbachia dikembangkan dan direkayasa untuk menginfeksi nyamuk Aedes asal Indonesia dengan harapan bisa memusnahkan nyamuk sehingga menurunkan penyakit demam berdarah dengue (DBD) yang disebabkan oleh virus Dengue yang hidup dalam tubuh nyamuk Aedes.

Sel nyamuk yang sudah diinfeksi Wolbachia tak lagi bisa diinfeksi oleh virus Dengue karena perebutan makanan dan virus Dengue masih bisa menginfeksi sel yang belum terinfeksi Wolbachia. Sehingga pada awalnya, didapat kenyataan penyakit DBD masih ada dan turun kejadiannya sebesar 70 persen karena belum semua sel nyamuk terinfeksi dan nyamuknya belum punah.

BACA : Waspadai Fase Aquatik Pada Penyakit DBD, Dosen FMIPA ULM Gelar Sosialisasi

Artinya dampak Wolbachia terhadap penurunan penyakit DBD sudah terbukti tapi dampak lanjutannya belum dikerahui karena jurnal yang kontra belum banyak dan saat ini diduga sedang diblok untuk penerbitannya.

Banyak kenyataan yang mengindikasikan adanya ilmuwan yang kontra terhadap Wolbachia yang membuat negara Singapura mundur dari keanggotaannya sebagai peserta uji coba penyebaran Wolbachia. Di samping karena keraguan diatas juga karena beberapa kenyataan lain yakni:

1. Singapura sudah berhasil melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan tingkat keberhasilan mendekati 100 persen tapi ternyata masih ditemukan penyakit DBD.

2. Kenyataan misterius asal virus yang ada di tubuh manusia padahal PSN sudah sukses dan penularan dominan pada kepadatan penduduk tinggi membuat dugaan bahwa DBD dapat menular karena droplet, seduai dengan gaya hidupnya yang bisa menyebar ke seluruh sel tubuh layaknya Wolbachia.

BACA JUGA : Jadi Kota Endemis DBD, Kadinkes Banjarmasin Gelorakan Gerakan 4M Plus dan Kader Pemantau Jentik

Kemungkinan lain yang dikhawatirkan adalah hilangnya nyamuk akan mengubah ekosistem dan menimbulkan bencana besar karena ada riwayat musnah dan hilangnya kupu-kupu dari sebuah pulau membuat terjadinya angin badai di pulau tersebut.

Kemungkinan lain, bisa terjadi karena persaingan sebelum kepunahan terjadi antara Wolbachia dengan virus Dengue dalam menginfeksi sel untuk berrahan hudup sehingga terjadilah mutasi virus Dengue, bukan lagi hanya den1, den2, den3 dan den 4 tapi muncul varian baru sehingga merangsang infeksi baru.

Terbukti infeksi sekali (primer) lebih sedikit karena asymtomatis dan dengan gejala  lebih jinak dari infeksi dua kali (sekunder). Jika terjadi murasi bukan tak mungkin terjadi infeksi ketiga (tersier) keempat dan selanjutnya yang akan sangat ganas serta sangat mematikan.

BACA JUGA : Corona Belum Usai, Justru Ancaman DBD di Banjarmasin Makin Mengintai

Ketakutan akan kejadian infeksi ketiga dan keempat inilah yang juga menjadi penyebab belum diproduksinya vaksin denam berdarah sampai saat ini.

Kesimpulan akhir dari perdebatan teoritus ini adalah bahwa Wolbachia terbukti ampuh dalam menurunkan kejadian DBD, tapi sebaiknya dilakukan secara lebih berhati-hati.

Hal perlu dipertimbangkan adalah dampak buruk jangka panjangnya sehingga semua hasil penelitian yang kontra harus dibuka dan penelitian dampak ikutan seharusnya difasilitasi agar keterbukaan pemikiran tetap menjadi warna intelektualitas dunia.(jejakrekam)

Penulis adalah Ketua Ikatan Konsultan Kesehatan Indonesia (Ikkesindo) Kalsel

Epidemilog Banua

Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.