Rapor Pendidikan Banjarmasin Masih Kuning Merah, Akademisi ULM Kritik Rencana Guru Dikirim ke Inggris

1

AKADEMISI FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Reja Pahlevi mengeritik rencana Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Banjarmasin memboyong belasan guru bahasa Inggris ke Inggris.

“SEBELUM memberangkatkan 15 guru termasuk rombongan ke Cambridge University di London, Inggris dengan anggaran yang disiapkan Rp 1,4 miliar bersumber dari APBD Perubahan 2023, tentu harus berbasis data dan tolok ukur rencana itu,” tutur Reja Pahlevi kepada jejakrekam.com, Sabtu (25/11/2023).

Menurut Reja, apakah dengan dana miliaran rupiah dan mengutus 15 guru bahasa Inggris mengikuti pelatihan bagi pelatih atau training of trainer (TOT) di Briton English Education-Cambrigde University Press & Assement selama sepekan atau 10 hari di Inggris berkelindan peningkatkan mutu pendidikan.

“Jelas, hal itu sama sekali tidak mendasar. Sepatutnya, Pemkot Banjarmasin juga merujuk pada rapor pendidikan yang dikeluarkan Kemendikbud. Hal ini penting dalam mengukur seberapa maju atau bermutunya pendidikan, terkhusus Kota Banjarmasin,” papar dosen program studi PPKn FKIP ULM ini.

BACA : Akhir Tahun 2023, 15 Guru Bahasa Inggris Segera Diberangkatkan ke Cambridge University

Reja menyebut rapor pendidikan yang dikeluarkan Kemendikbud itu memberi gambaran indicator terkait capaian hasil belajar, kualitas proses pembelajaran, hingga pemerataan hasil belajar murid berdasarkan wilayah. Termasuk, berdasar kelompok sosial, iklim satuan pendidikan dan sebagainya.

“Alangkah baiknya sebelum meluncurkan program mengirim guru bahasa Inggris ke luar negeri mengacu ke data rapor pendidikan. Sebab, mengacu pada rapor pendidikan tahun 2022, justru tingkat SMP masih ada berwana merah. Artinya, implikasi kualitas pembelajaran peserta didik, masih sangat rendah,” papar Reja.

BACA JUGA : Ikuti Jejak Walikota Ke Luar Negeri, Disdik Siapkan Dana Rp 1,4 Miliar Berangkatkan Guru Bahasa Inggris

Bandingkan, menurut dia, jika rapor pendidikan mencantumkan hijau, kuning dan merah. Artinya, hijau bernilai positif, sedangkan kuning berarti menengah alias cukup. Sementara, merah tergolong rendah atau darurat.

“Kualitas pembelajaran peserta didik juga bisa diukur dari tiga indeks. Yakni, indeks kualitas pembelajaran, indeks refleksi guru dan indeks kepemimpinan instruksional atau kepala sekolah,” kata Reja yang juga aktif di Pusat Kajian Anti Korupsi dan Good Governance (Parang) Unlam ini.

Reja menjelaskan dari tiga indeks itu, ternyata belum maksimal seperti kualitas pembelajaran, kemudian refleksi guru masuk kategori pasif. Pun begitu, kepemimpinan instruksional masih dalam kategori terbatas. “Dari data rapor pendidikan jelas perlu perbaikan kualitas pendidikan. Ini yang lebih urgen untuk diperbaiki di Kota Banjarmasin,” kata Reja.

BACA JUGA : Cetak Guru dan Siswa Mahir Berbahasa Inggris, Walikota Banjarmasin Gandeng Cambridge University

Sudah menjadi rahasia umum, Reja mengeritik kondisi sekolah atau infrastruktur, sarana dan prasarana sekolah dasar di Kota Banjarmasin sangat rendah. Terutama di daerah pinggiran kota  karena kebanyakan warisan dari program Inpres 1977.

“Begitu pula, SMP masih banyak fasilitas yang kurang layak. Alangkah lebih baik jika alokasi anggaran pendidikan itu diarahkan ke sana,” tutur Reja.

Reja Pahlevi, Akademisi FKIP ULM Banjarmasin. (Foto Dokumentansi Pribadi)

——–

Menurut dia, jika program mengirim guru bahasa Inggris ke Inggris menjadi investasi pendidikan sepatutnya harus dijelaskan ke publik secara terbuka, terutama dengan program Sekolah Bahasa Inggris (SBI) di 35 SMPN.

BACA JUGA :Tingkatkan Kualitas Pendidikan Di Kota Banjarmasin, Walikota Ibnu Sina Resmikan Program SBI

“Investasi pendidikan seperti apa yang ingin diwujudikan? Apakah akan ada sekolah bertaraf internasional atau guru bersertifikasi internasional di Banjarmasin. Ini harus jelas dulu,” kritiknya.

Dengan dana miliaran rupiah ke luar negeri, Reja mengatakan maka para guru bahasa Inggris yang mengikuti TOT di Cambridge University Inggris harus punya tanggung jawab besar. Sementara, Briton English Education sudah punya cabang di Banjarmasin, tepatnya di kawasan Jalan Gatot Subroto sebagai bagian dari Cambridge University.

“Jangan sampai nantinya justru kesannya buang-buang anggaran, karena harus bisa menjadi contoh baik bagi para pendidik lainnya. Sekali lagi, karena yang diberangkatkan hanya 15 guru bahkan ada yang berasal dari satu sekolah sama, jangan sampai memicu diskriminasi,” kata Reja.

BACA JUGA : Forkot Banjarmasin Kritik Rencana Pemberangkatan 15 Guru Ikut TOT Briton English-Cambridge Ke Inggris

Bagi Reja, sebenarnya kemampuan berbahasa Inggris tidak hanya menjadi domain bagi guru pengajar mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah, namun guru mata pelajaran lainnya juga berpeluang sama.

“Ke depan, saya berharap pemerintah kota dalam membuat program itu berdasar kebutuhan, terutama berbasis data dan sasaran, utama dari rapor pendidikan dalam mengentaskan zona kuning dan merah itu. Jangan sampai ada kesan ketika kepala daerah atau walikota ke luar negeri, kemudian ditiru para pejabat dan guru,” pungkas Reja.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ipik Gandamana
1 Komentar
  1. Tel U berkata

    Apakah artikel memberikan perspektif atau pendapat dari guru yang akan dikirim ke Inggris? Bagaimana pandangan mereka terhadap rencana tersebut? Visit us Telkom University

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.