Batasmak Tampurung, Batalinga Lilin

0

Oleh: Noorhalis Majid

JANGAN keras hati, terima nasihat sebanyak mungkin sebagai bekal hidup. Sebab, mudah sekali mata hati manusia tertutup, tidak mau melihat kenyataan dan mendengarkan nasihat.

SEKALIPUN sudah melihat fakta-fakta, dan mengetahui kenyataan yang sebenarnya, tetap juga tidak memedulikan, itulah yang dimaksud “batasmak tampurung, batalinga lilin”.

Berkacamata tempurung, bertelinga lilin, begitu arti harfiahnya. Bisa dibayangkan, bagaimana bisa melihat kalau mata tertutup tempurung. Tempurung tidak tembus pandang, dijadikan kacamata, dan yang tertutup tersebut tidak sekadar mata zahir – fisik, tapi mata hati. Juga bagaimana dapat mendengar, kalau telinga dipenuhi dan tertutup lilin.

Perumpamaan, tentang orang yang tidak mau dan tidak ingin mendengarkan kebenaran. Tertutup sudah segala nasihat, keras dengan pendapatnya sendiri dan merasa paling benar.

BACA : Peribahasa Banjar untuk Kritik Pembangunan di Kalsel

Nampaknya ada yang suka keras hati, dan dalam politik sering terjadi. Walau diberi nasihat, setelah berkuasa, bukan menciptakan kesejahtraan bersama, tapi kesejahtraan pribadi, kemaruk harta, melakukan berbagai siasat agar bisa mencuri uang rakyat. 

Memang, hidup mudah sekali tergelincir, menjadi salah atau tersesat. Berbagai hal yang ditemui dan dihadapi, bisa saja membentur hal-hal yang menjadi prinsip atau nilai-nilai. Semua yang diyakini sebagai kebenaran, dapat saja berubah-goyah.

BACA JUGA : Bedah Buku Balaki Muntung, Eksistensi Bahasa Banjar Dan Kumpulan Peribahasa

Agar kembali pada jalan dan jalur yang benar, perlu nasihat. Semakin banyak mendengarkan nasehat – semakin baik. Karena itu mendengar, mengikuti atau belajar tentang ajaran agama atau ajaran lainnya tentang kebenaran, bagian dari menggali nasihat, agar menambah bekal hidup.

Ungkapan ini nampak sangat keras, sebab bila menyangkut kebaikan dan kebenaran, perlu ketegasan dan keras, sehingga lebih didengarkan. Semua orang perlu nasihat, menggambarkan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, butuh kawan. Sayangnya, ada saja yang enggan mendengarkan nasihat, memilih batasmak tampurung, batalinga lilin. (jejakrekam)

Penulis adalah Pegiat Forum Ambin Demokrasi

Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.