Metal Detector Tak Efektif, Antropolog ULM Sebut Sepatutnya Potensi Negatif Siswa Direduksi

0

ANTROPOLOG Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Nasrullah berpendapat jika sudah seminggu masuk sekolah, aksi penikaman atau penusukan yang dilakoni siswa kelas 10 (1) SMAN 7 Banjarmasin terhadap temannya sendiri, patut diselidiki tuntas.

“KEMUNGKINAN selama sepekan itu ada bawaan sebelum masuk ke sekolah. Apalagi, bisa membawa senjata tajam (sajam) ke sekolah hingga bisa masuk ke dalam kelas,” ucap Dosen Program Studi Sosiologi FKIP ULM Banjarmasin ini kepada jejakrekam.com, Rabu (2/8/2023).

Nasrullah juga mengucapkan duka cita mendalam tidak hanya bagi korban yang merupakan seorang pelajar baru di SMAN 7 Banjarmasin, namun arena penikaman justru terjadi di ruang kelas sekolah.

“Maka sebenarnya yang diperhatikan adalah tidak hanya pada pelaku dan korban. Juga pada siswa yang berada sekitar kejadian, apakah mereka mengalami syok atau trauma atas kejadian itu. Jika terjadi, mereka juga butuh pemulihan,” kata mahasiswa doktoral antropolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini.

BACA : Bantah Anaknya Pembully, Orangtua Korban Penusukan Resmi Lapor ke Polresta Banjarmasin

Menurut Nasrullah, jika soal pengadaan alat metal detector di sekolah, khususnya di SMAN 7 Banjarmasin rasanya kurang efektif. Sebab, kata dia, hal itu justru memberikan kesan high security level (pengamanan tingkat tinggi) pada sekolah bersangkutan dan menunjukkan ketergantungan pada alat pendeteksi logam tersebut.

“Apalagi, metal detector (MD) hanya mendeteksi pada tempat di mana MD itu berada. Bagaimana dengan akses atau lokasi lainnya di sekolah?” ucap Inas-sapaan akrab akademisi muda ini.

BACA JUGA : Insiden Penusukan Siswa SMAN 7 Banjarmasin Diatensi, DPRD Kalsel Akui Coreng Dunia Pendidikan

Menurut dia, kecenderungan siswa baru sebenarnya dapat ditangkap pada Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) sebagai ritus peralihan tetapi membutuhkan instrumen tertentu; angket, kuisioner, sampai sejumlah pertanyaan mendalam.

“Namun untuk kasus penikaman ini barangkali pertama kali terjadi, semoga saja menjadi kejadian terakhir tentu kemampuan antisipasi tidak terancang,” papar Nasrullah.

BACA JUGA : Sering Dibully, Siswa SMAN 7 Banjarmasin Tusuk Teman Sendiri di Kelas, Begini Kronologinya!

Masih kata dia, MPLS semestinya menciptakan penyatuan siswa baru pada sekolah yang dimasukinya dalam satu semangat, kebanggaan, kebersamaan dan persaudaraan. Hal itu mereduksi potensi negatif di antara siswa.

“Data pendalaman motif pelaku oleh pihak kepolisian, semestinya tidak hanya menyangkut perkara hukum tapi dari kasusnya dapat ditarik sebagai kebijakan sekolah,” papar intelektual Hapakat Bakumpai ini.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.