Digarap 1,8 Tahun, Buku Tionghoa Banjar Suguhkan Perspektif Kiprah Warga Keturunan

0

USAI digarap hampir 1 tahun 8 bulan, akhirnya kesejarahan dan kebudayaan Tionghoa Banjar dibukukan dalam 500 halaman dicetak pada 1 Maret 2023.

BUKU ini menyajikan sejumlah penulis dari berbagai sudut panjang mengenai eksistensi Tionghoa Banjar. Buku berjudul Tionghoa (Peran dan Kiprahnya dalam Lintasan Sejarah) diterbitkan Pusaka Banua Banjarmasin.

Buku ini memberi sudut pandang berbeda dalam memahami keberadaan warga keturunan dari daratan Tiongkok (China) yang migrasi ke Tanah Banjar, Kalimantan Selatan.

Buku Tionghoa Banjar ini merupakan garapan bareng Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3), Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) serta Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Kalimantan Selatan.

BACA : Sarat Nilai Filosofis, Tradisi Warga Tionghoa Banjar Sambut Tahun Baru Imlek

Peneliti, sejarawan dan penulis, Didi Kwartanada dari Yogyakarta lewat karnya berjudul Tinghoa Dalam Keindonesiaan turut memberikan pendapatnya dalam prolog buku Tionghoa Banjar.

Didi Kwartanada adalah penulis yang memberi informasi bagaimana peran dan kontribusi etnis Tionghoa di Indonesia. Faktanya, ada beberapa tokoh Tionghoa turut kontribusi dalam menegakkan keindonesian seperti Liem Koen Hian, Oey Tjang Tipei, Oei Tjong Hauw dan Tan Eng Hoa dalam proses penciptaan UUD 1945, karena empat tokoh merupakan anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Sementara dalam epilog, dipercayakan kepada Prof Dr Bambang Subiyakto, sejarawan senior dan guru besar sejarah dan budaya Banjar FKIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM).

BACA JUGA : Peran dan Kiprah Tionghoa Banjar Dalam Lintasan Sejarah

Sementara dalam isi buku Tionghoa Banjar, ada 10 penulis Banua yang turut berkolaborasi. Yakni, Mansyur (Dosen Sejarah ULM), Sandi Firly (penulis/jurnalis), Mursalin (Arlong), dosen sejarah UIN Antasari, Sugiharto Hendrata K, akvifis Tionghoa Banjar, Maria Roeslie, pengamat budaya  Tionghoa Banjar, Direktur LK3 Banjarmasin Abdani Solihin. Ada pula, Arif Rahman H, akademisi sosiologi ULM, Wadarta Jong (penyuluh agama Budha), Noorhalis Majid, aktivis dan pegiat budaya dan bahasa Banjar ikut menyumbangkan pikirannya.

“Kami bersyukur buku Tionghoa Banjar ini akhirnya bisa rampung dan dibukukan pada awal tahun 2023. Penggarapan buku ini cukup menyita waktu cukup lama hampir 1,8 tahun,” tutur Sugiharto Hendrata kepada jejakrekam.com, Jumat (28/7/2023).

BACA JUGA : Hikayat Dua Klenteng Besar, Identitas Etnis Tionghoa Banjar

Menurut dia, selain buku Tionghoa Banjar, ada beberapa media juga dibikin seperti film dokumenter sejarah Tionghoa Banjar serta lainnya yang ketika era Kolonial Belanda berpusat di Pecinan (kini masuk wilayah Kelurahan Gedang dan Melayu, Banjarmasin).

“Dalam buku Tionghoa Banjar ini memberi gambaran bagaimana nenek moyang warga peranakan Tionghoa itu datang ke Tanah Banjar. Mereka membaur dan memengaruhi budaya dan sosial ekonomi yang ada di Banjar, khususnya di Banjarmasin. Jadi buku ini juga menyuguhkan data, fakta dan kondisi riil yang terjadi selama kiprah warga Tionghoa Banjar di Banua,” papar Sugiarto.

BACA JUGA : Persentuhan Budaya Tionghoa-Banjar; dari Kecap, Lontong hingga Bunyi Gamelan di Klenteng

Dia mengungkapkan hubungan Tionghoa Banjar juga makin kental ketika seorang perempuan Tionghoa, Go Hwat Nio binti Kapten Kodok atau disapa Tuan Guwat dipersunting menjadi istri ulama berpengaruh di masa Kesultanan Banjar; Syekh Muhammad Arsyad Al Banjar (Datu Kelampayan).

Dari perkawinan Datu Kelampayan dengan Tuan Guwat melahirkan 6 anak, hingga 3 putranya menjadi ulama besar; Khalifah Hasanuddin, Khalifah Zainuddin dan Mufti Haji Jamaluddin.

BACA JUGA : Kisah Tabib Tha Sin; Pembauran Tionghoa dan Islam di Tanah Banjar

“Kami merencanakan dalam waktu dekat ini akan membedah buku berjudul Tionghoa Banjar. Dalam buku ini jelas memberi perspektif berbeda bagaimana kiprah dan akulturasi sebenarnya warga Tionghoa di Tanah Banjar,” imbuh Sugiharto.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2023/07/28/digarap-18-tahun-buku-tionghoa-banjar-suguhkan-perspektif-kiprah-warga-keturunan/
Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.