Hikmah Para Kekasih Tuhan

0

Oleh : Hajriansyah

سبحان من لم يجعل الدليل على اوليائه إلا من حيث الدليل عليه ولم يوصل اليهم إلا من اراد ان يوصله اليه

INI adalah hikmah yang pertama dari jilid kedua kitab Futuh al-‘Arifin karya Haji Muhammad Sarni (w.1988)–juga pada karya Ibnu ‘Ubbad dan as-Syarqawi–syarah al-Hikam karya Syekh Ibnu ‘Athaillah as-Sakandari w.1309 M). Hikmah yang ke-156 versi kitab Ihkam al-Hikam fi Syarh al-Hikam karya Syekh Ibrahim Mahmud al-Aqshara’i (w.1503).

HIKMAH ini bicara tentang kewalian, para kekasih Tuhan. “Maha suci Ia yang tidak membuat dalil (petunjuk) atas wali-wali (kekasih)-Nya, kecuali petunjuk atas (keberadaan mereka yg menunjukkan rahmat)-Nya,” kata Syekh as-Sakandari.

“Dan tidaklah sampai pada mengetahui mereka, kecuali Allah mengarahkannya pada mereka.” Sebagaimana mengenali (makrifah) Allah adalah perkara yang sulit, dijalani dan dialami melalui latihan diri dan celaan nafsu yang berat, hanya bisa didapatkan dengan anugerah-Nya, begitu pula mengenali para kekasih Allah.

Mereka (para wali) tampak layaknya manusia kebanyakan, yang makan dan minum seperti halnya orang lain. Bahkan mengenali para kekasih ini lebih sulit dari mengenali Sang Kekasih sendiri, karena Allah dapat diketahui dari Kesempurnaan dan Keindahan sifat-Nya yang tampak melalui dunia ciptaan. Demikian kata Syekh Abul ‘Abbas al-Mursi (w.1287)–guru dari as-Sakandari.

BACA : Ketika Lukisan Mengajarkan untuk Berpikir, Membedah Buku Estetika Sufistik Amang Rahman

Syekh Abdullah as-Syarqawi (w.1812) menambahkan, para kekasih Tuhan (wali) ada dua. Yang pertama, mereka tampak/dikenali secara umum (masyhur) dan khusus (mastur). Yang kedua dikenali secara sangat khusus, karena bahkan malaikat hafazhah (para penjaga yang berkitaran di sisinya) pun tak tahu ketinggian derajat mereka di sisi Tuhannya.

Walhasil, tidaklah seseorang mengetahui “rahasia”-Nya kecuali karena anugerah dan pertolongan-Nya. Bukan karena upaya sendiri dan sebab yang lain selain anugerah Tuhannya.

BACA JUGA : Laku Sufisme dan Jalan Suluk Warnai Bentukan Masjid di Tanah Banjar

Hikmah ini berkaitan dengan hikmah sebelum dan sesudahnya, bahwa Allah menutupi cahaya-cahaya kerahasiaan-Nya dengan bungkus yang rapat dalam wujud (di antaranya) manusia kebanyakan; mungkin saja bagi-Nya menampakkannya pada makhlukNya yang lain yg gaib (malaikat) dan menutupinya dari yang lain yang tampak (manusia).

Karenanya, seyogyanya setiap orang berkasih sayang, berbaik sangka dan baik budi pada semua orang, hingga temannya sendiri atau orang tak dikenal yang ada di sampingnya. Boleh jadi, orang tersebut kekasih Tuhannya yang melaluinya, seseorang bisa mendapat hikmah dan pelajaran berharga tentang rahasia-rahasia Ketuhanan.

BACA JUGA : Ada 9 Tingkatan Wali Allah dan Gambarkan Struktur Organisasi yang Rapi

Rahmat Allah sangatlah luas, sedangkan sangka-sangka kita terlalu sempit dan terbatas. Orang yang kita sangka baik boleh jadi buruk sesungguhnya di dalam batin terdalamnya (di sisi-Nya), dan orang yang kita sangka buruk boleh jadi ia kekasih Tuhan. Siapa tahu (?), petunjuk keberadaan mereka sangat banyak dalam karangan terdahulu dan melalui lisan para guru, namun siapa orangnya kita tak pernah tahu. Terbitnya pengenalan (makrifah) ada di dalam batin yang terdalam.(jejakrekam)

Penulis adalah Ketua Dewan Kesenian Kota Banjarmasain

Pengasuh Pengajian Ugahari Kampung Buku Banjarmasin

Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.