Ketika Pemilu Jadi Industri Demokrasi dan Oligarki yang Sombong

0

Oleh: Noorhalis Majid

SIAPA yang masih optimis terhadap Pemilu 2024, bila narasi seputar itu selalu menyangkut berapa besar dana dan amunisi yang sudah disiapkan untuk memenangkannya?

SERING terucap bahwa Pemilu itu bukan hanya ongkos politik bung – tante, mesti juga money politik, dan itu tidak murah. Apa modalmu? Liur wara?

Dengan narasi seperti itu, akhirnya banyak yang melacurkan diri, mencari sponsor dan mungkin juga promotor. Pemilu lantas menjadi industri bermerek “demokrasi”. Para sponsornya kelompok orang kaya, pemodal, yang menginginkan kekuasaan hanya bergilir di antara mereka.

Lebih parah lagi, berputar di sekitar sanak kerabat, anak dan handai tolan. Ingin kekayaan dan kekuasaan tidak terbagi merata, dan memang, oligarki itu sendiri merupakan praktik penumpukan kekayaan dan kekuasaan politik (Robison & Hadiz, 2014).

BACA : Tokoh Alumni KPU se-Kalsel Warning Kekuatan Oligarki Sudah Rambah Penyelenggara Pemilu

Jangan heran, sebab tujuan utama kepentingan politik oligarki, mempertahankan kekayaan dan yang terkonsentrasi pada kelompoknya saja.  Kalau ada prinsif-prinsif yang mengarah pada demokrasi, serta merta menganggap sebagai ancaman (Winter, 2013)

Untuk melawannya, tidak ada pilihan, kecuali menguatkan masyarakat sipil. Melakukan Pendidikan politik secara massif, tanpa kenal lelah. Hanya dengan partisipasi masyarakat, semua hal yang nampak begitu sombong, dapat dilawan.

BACA JUGA : Teater Kekuasaan dan Persekutuan Kaum Oligarki

Kenapa perlu penguatan masyarakat, sebab proses demokratisasi berbanding lurus dengan partisipasi civil society. Sementara itu, penguatan oligarki berbanding lurus dengan pelemahan civil society. (Dini Suryani, dkk, Pusat Riset Politik BRIN, 2021).

Semakin kuat masyarakat sipil, semakin kuat juga demokrasi, pun sebaliknya. Karenanya kelompok oligarki ingin masyarakat sipil lemah agar demokrasi tidak menjadi ancaman. Ketika masyarakat sadar, bahwa tidak mungkin demokrasi akan maju dengan oligarki, maka sebanyak apapun uang yang ditawarkan, sebesar itulah kesombongan yang dipertontonkan.(jejakrekam)

Penulis adalah Pegiat Forum Ambin Demokrasi

Pembina Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.