Memori Ford, Jejak Sejarah Mobil Pertama di Banjarmasin

0

Oleh : Mansyur ‘Sammy’

MOBIL mulai dikenal luas oleh masyarakat pribumi di Indonesia pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Tepatnya ketika bangsa Indonesia mulai memasuki era liberal dalam hegemoni kolonialisme.

PRODUSEN-produsen mobil raksasa terutama pabrikan asal Amerika dan Eropa, mulai berlomba-lomba memasarkan produk unggulannya ke belahan bumi Asia, termasuk ke Hindia-Belanda.

Tidak ketinggalan di wilayah Borneo (Kalimantan) bagian selatan. Dasawarsa kedua abad ke 20, perkembangan ke arah modernisasi makin menggeliat di Kota Banjarmasin hingga ke perdesaan di Hulu Sungai.

Tercatat sejak tahun 1926, film bisu dan gramofon telah menjadi sarana budaya masyarakat kota Banjarmasin, barulah tahun 1935 itu memasuki desa, itu pun baru dapat dinikmati orang berada di desa.

BACA : Mengapa Plat Kendaraan Bermotor Kalsel Harus DA? Inilah Catatan Sejarahnya

Demikian halnya keberadaan mobil. Memasuki tahun 1900-an beberapa produsen mobil dari Eropa dan Amerika mulai serius memasarkan produk-produknya di Hindia-Belanda.

Pabrikan mobil raksasa seperti Benz, Daimler, Fiat, Ford, dan Chevrolet, sukses menembus pasar Hindia Belanda. Mereka bersaing berebut konsumen di tengah masyarakat.

Para petinggi kolonial Hindia Belanda dan saudagar kaya Banjar saat memamerkan mobil Ford yang melintas di ruas jalan di Banjarmasin. (Foto Dokumentasi Museum Troppen Belanda)

Perkembangan pasar jual-beli mobil pun semakin menggeliat setelah berdirinya perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam jasa importir mobil. Salah satu yang terkenal adalah R.S Stockvis & Zonnen Ltd.

BACA JUGA : Berita Teror Buaya, Monster Air Sungai Barito dan Atraksi Paaliran Pukau Pejabat Hindia Belanda

Melalui jasa importir, proses pembelian mobil semakin mudah, sehingga sejak saat itu masyarakat pribumi di Hindia-Belanda mulai banyak yang memiliki mobil pribadi. Orang pribumi pertama yang memiliki mobil adalah Pakubuwono X. Pimpinan Kesunanan Surakarta ini membeli mobil bermerk Benz pada 1894.

Sementara di Banjarmasin, dari beberapa sumber, mobil pertama kali dimiliki masyarakat Banjar dari kalangan saudagar karet yakni Pangeran Abdul Majid Kasuma bin Pangeran Arga Kasuma bin Pangeran Muda Arifibillah Kasuma.

BACA JUGA : Hanya 3 Tahun Duduki Banjarmasin, Jepang Hapus Warisan Belanda di Ibukota Borneo Selatan

Pangeran Abdul Majid adalah putra pertama dari Pangeran Arga Kasuma dan istrinya Ratu NataKasuma Binti Pangeran Perabujaya Sampanahan. Pangeran Abdul Majid memiliki satu orang saudara bernama Ratu Badaniah yang bermukim di Pulau Laut.

Pangeran Abdul Majid adalah seorang saudagar kaya. Dia membuka perkebunan karet di daerah yang dinamakan Pulau Gagah Lurus atau sekarang disebut wilayah Bincau, Martapura.

BACA JUGA : Jati Diri yang Telah Terlupakan, Banjarmasin Sebenarnya Kota Seribu Kanal

Mobil milik Pangeran Abdul Majid ini bermerek Ford. Dibeli sekitar tahun 1926. Pada era itu, produsen kendaraan bermotor di Hindia Belanda yang dipasarkan ke Borneo di antaranya adalah pabrikan Ford-Ford Motor Company of Malaya Limited.

Dalam perkembangannya setelah tahun 1926, muncul booming pembelian mobil ford oleh para saudagar di desa. Keuntungan perdaagangan karet yang mencapai 40 persen membuat pesanan mobil mobil mewah meningkat ke wilayah Hulu Sungai. Bahkan mulai mengganti mobil Ford dengan mobil yang bermerek lebih mahal.

BACA JUGA : Jejak Sejarah Era Kolonial, Ihwal Banjarmasin Menjadi Kota Kanal (1)

Bahkan perilaku para saudagar karet mulai menjadi eigenaar yang kebelanda-belandaan. Mengakibatkan mereka diberi julukan his master’s voice yang artinya suara majikan. Kehidupan mereka jauh berbeda dengan petani yang cuma memiliki transportasi tradisional.

Sejak saat itu mobil menjadi simbol moderniasasi di tengah masyarakat Banjar. Mobil-mobil yang mulai berseliweran di jalan raya juga menunjukan tingginya status sosial seseorang. Pasalnya hanya orang-orang tertentu saja yang sanggup membelinya. Rakyat jelata hanya bisa menikmati lalu-lalang mobil-mobil yang dikendarai oleh orang-orang Eropa dan kalangan bangsawan pribumi saja.

BACA JUGA : Sepenggal Cerita Gang Penatu yang Masih Tersisa

Mereka pun mulai terbiasa dengan kebisingan suara klakson yang sengaja dibunyikan oleh para pengendara mobil. Selain untuk menyingkirkan para pejalan kaki ke pinggir jalan, saat itu membunyikan klakson juga dipercaya menjadi simbol kekuasaan dari si pemilik mobil.(jejakrekam)

Penulis adalah Penasihat Komunitas Historia Indonesia Chapter Kalsel

Ketua Lembaga Kajian Sejarah, Sosial dan Budaya (SKS2B) Kalimantan

Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FKIP ULM Banjarmasin

Pencarian populer:Sejarah mobil pertama di kalsel
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.