Gunakan Bambu Apus dan Loksado, Konsep Arsitektur Hijau Diterapkan di Kampung Ketupat Sungai Baru

0

KONSEP arsitektur hijau (green architecture) yang memininalisir pengaruh buruk terhadap lingkungan dan manusia, pertama kali diterapkan dalam penataan kawasan bantaran Sungai Martapura, persisnya di Kawasan Kuliner Mandiri (KWM) Kampung Ketupat, Sungai Baru Banjarmasin.

MENDADANI kawasan bekas bangunan bantaran sungai yang telah dibebaskan di Kampung Ketupat Sungai Baru ini sebagai destinasi wisata kuliner mandiri (KWM) berbasis sungai, Pemkot Banjarmasin menggelontorkan dana segede Rp 6 miliar. Proyek ini digarap PT Juri Supervisi Indonesia (juri.id) dari Yogyakarta di atas lahan seluas 7.000 meter per segi (m2).

“Penataan Kampung Ketupat Sungai Baru ini menggunakan konsep green architecture di atas lapak lahan hijau. Kami ingin menyemangati prakarsa baik yang sifatnya suplemen sehingga bisa mendidik warga Banjarmasin untuk melek dengan konsep arsitektur hijau,” ucap Arsitek PT Juri Supervisi Indonesia, Nugroho kepada jejakrekam.com, Senin (14/11/2022).

BACA : Dandani Kampung Ketupat Sungai Baru Rp 6 Miliar, Walikota Ibnu Sina Ingin Cepat Selesai

Arsitek lulusan ITS Surabaya ini mengungkapkan konsep arsitektur hijau ini merupakan sustainable architecture (arsitektur berkelanjutan), sehingga akan menjadi warna baru dalam penataan kawasan urban atau perkotaan.

“Makanya, konsep bangunan serta fasilitas yang ada di Kampung Ketupat Sungai Baru ini menggunakan bahan bambu. Bambu apus ini sebagian didatangkan dari Yogyakarta. Sebagian lagi diambil dari lokal, tepatnya dari Pegunungan Meratus, Loksado,” ucap Nugroho.

Dia mengakui kualitas bambu lokal khususnya dari Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) tergolong tinggi. Seperti bangunan 17 stand (kios), bangunan utama, pagar, gazebo hingga ikon instalasi seni dengan model menara dari susunan bambu.

BACA JUGA: MoU Kawasan Kota Lama Dan kampung Ketupat, Pulihkan Ekonomi Bersama Pengembang

“Di bawah menara atau instalasi seni itu bisa dimanfaatkan untuk pertunjukan musik. Sebagian lahan lainnya dimanfaatkan untuk kafe atau semacam UMKM food yang melibatkan para pelaku usaha di Banjarmasin,” tutur Nugroho.

Dia menjamin bambu yang jadi bahan struktur utama pada bangunan di Kampung Ketupat Sungai Baru itu sudah melalui proses teknik pengawetan lewat peredaman dengan cairan boraks.

Nugroho menyebut umur ekonomis bambu yang digunakan itu bisa mencapai 15-20 tahun, bahkan tak terpengaruh dengan temperatur atau suhu Banjarmasin yang cenderung basah kering.

BACA JUGA : Wakil Walikota Banjarmasin Tapung Tawar Peserta Baayun Mulud di Kampung Ketupat Sungai Baru

“Jadi perawatan konsep arsitektur hijau di Kampung Ketupat Sungai Baru jauh lebih mudah. Konsep ini juga telah kami kembangkan di Bali, Yogyakarta dan Thailand Bahkan, di Banjarmasin merupakan satu-satunya yang ada di Kalimantan,” tutur Nugroho.

Bangunan utama di KWM Kampung Ketuipat Sungai Baru berbahan utama bambu dan atap daun digarap oleh para pekerja. (Foto Didi GS)

Menurut dia, penggunaan bambu sebagai elemen dasar pada struktur bangunan yang ada di Kawasan Kuliner Wisata Mandiri (KWM) Kampung Ketupat, Sungai Baru. Meski pada bagian rangka menggunakan aluminium serta kayu-kayu berkualitas.

BACA JUGA : Dermaga Apung Jembatan Dewi Rampung, Dinas PUPR Banjarmasin Tunggu Agenda Peresmian Walikota

“Inilah mengapa kami berharap ke depan KWK Kampung Ketupat Sungai Baru menjadi landmark atau ikon baru di Banjarmasin. Bahkan, model semacam ini bisa dikembangkan lagi di Banjarmasin,” beber Nugroho.

Menurut dia, isu lingkungan termasuk konsep arsitektur hijau telah menjadi topik bahasan hangat di dunia, terutama di G20. Sebab, kata Nugroho, bambu salah satu elemen bangunan yang ramah lingkungan, karena terbukti mampu menyerap karbon dioksida yang cukup tinggi di wilayah perkotaan.

“Inilah mengapa kami berharap penataan Kampung Ketupat Sungai Baru ini menjadi awal dan proyek percontohan bagi Banjarmasin dalam menerapkan konsep arsitektur hijau,” imbuh Nugroho.

BACA JUGA : Bernilai Rp 4,5 Miliar, Jembatan Dewi Bakal Dilengkapi Jembatan Penghubung dan Dermaga Apung

Dia memastikan usai nanti rampung pada Desember 2022, kawasan Kampung Ketupat Sungai Baru akan ditata menjadi zona hijau dengan pepohonan yang rindang serta struktur bambu.

“Hingga kini, tingkat kemajuan (progress) dari proyek penataan Kampung Ketupat Sungai Baru sudah 90 persen. Jadi tinggal finishing dan penyelesaian beberapa fasilitas yang ada, sehingga nanti bisa dimanfaatkan Pemkot Banjarmasin,” pungkas Nugroho.(jejakrekam)  

Penulis Asyikin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.