Wakil Walikota Banjarmasin Tapung Tawar Peserta Baayun Mulud di Kampung Ketupat Sungai Baru

0

TRADISI Baayun Mulud (Maulid) berlangsung meriah di Kampung Ketupat, Sungai Baru, Banjarmasin, Sabtu (22/10/2022). Peserta bukan hanya dari anak balita, tapi juga para lansia.

SAAT pembacaan syair Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Jami Al Misbah, Jalan Sungai Baru berkemundang, khususnya ketika Asy’rakal dengan syair mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW, ayunan dari kain bahalai (batu) dengan pernak-pernik anyaman daun kelapa diayunkan.

Ada 18 peserta mengikuti Baayun Mulud bertempat di Siring Sungai Baru, samping Masjid Jami Al Misbah. Tabuhan terbang Albanjari pun memeriahkan tradisi leluhur ‘Urang Banjar’ bahari ini.

Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Alquran dan ceramah agama. Wakil Walikota Banjarmasin Arifin Noor yang turut hadir dalam ‘ritual’ tahunan saat bulan Maulid (Rabiul Awwal) ini mengaku bersyukur karena tradisi itu tetap lestari di tengah masyarakat.

BACA : Dandani Kampung Ketupat Sungai Baru Rp 6 Miliar, Walikota Ibnu Sina Ingin Cepat Selesai

“Tradisi Baayun Mulud ini merupakan momen yang bagus. Kita bisa mengenalkan khazanah budaya yang positif, karena lewat tradisi ini bisa terjalin silaturahmi antar warga,” ucap mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Banjarmasin.

Bagi Arifin Noor, dalam tradisi Baayun Mulud ini tergambar kerukunan warga, karena sedari awal mempersiapkannya sudah bergotong royong. Ayunan dari kain bahalai yang ditopang penyangga dari bambu kokoh ditambah anyaman dari daun bambu khas Banjar merupakan warisan nenek moyang.

BACA JUGA : Raup Keuntungan, Pedagang Ketupat Kampung Wisata Sungai Baru Banjir Orderan

“Insya Allah, kegiatan ini akan berlangsung tahun depan,” ucap Arifin Noor, didampingi pejabat dari Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Banjarmasin kepada jejakrekam.com, Sabtu (22/10/2022).

Satu per satu peserta Baayun Mulud pun ditapung tawar oleh Wakil Walikota Arifin Noor. Termasuk, peserta tertua Hj Gusti Bastaniah (72 tahun) asal Rantau, yang tinggal bersama anaknya di Sungai Baru.

Sementara peserta termuda alah Arman Fansyah (2 bulan) dan Nur Afifa Binti Muhammad Aditya Rifani (11 bulan), tak luput dari percikan air tapung tawar berbahan minyak likat baboreh. Minyak ini punya wangi yang khas. Alat lainnya adalah potongan daun pisang, daun kelapa, atau daun pandan, yang gunanya untuk memercikkan air ke badan.

Peserta Baayun Mulud atau Maulid di Siring Sungai Baru, samping Masjid Jami Al Misbah, Banjarmasin. (Foto Sirajuddin)

BACA JUGA : Menyoal Konsep Kampung Tematik, Antropolog ULM : Jangan Sasiranganisasi Diterapkan di Banjarmasin

Lurah Sungai Baru Zelia Hadits mengaku bersyukur karena kelurahannya ditunjuk untuk menggelar acara Baayun Mulud (Maulid). Apalagi, saat ini di Sungai Baru tengah dikembangkan wisata berbasis sungai dengan hadirnya Kampung Ketupat.

“Pesan saya agar semua warga bisa menjaga kebersihan sungai. Khususnya Sungai Martapura dan Sungai Baru. Jangan buang sampah ke sungai,” ucap Zelia.

BACA JUGA : MoU Kawasan Kota Lama Dan kampung Ketupat, Pulihkan Ekonomi Bersama Pengembang

Sementara itu, Hj Gusti Bastaniah yang menjadi peserta tertua mengaku saban tahun selalu mengikuti tradisi Baayun Mulud.

“Saya berharap generasi muda bisa menjaga budaya kita. Jangan sampai budaya seperti Baayun Mulud ini dilupakan, sebab banyak makna dan pesan moral di dalamnya,” kata Bastaniah.

BACA JUGA : Baayun Anak dan Akulturasi Budaya Pra Islam

Ketua Pokdarwis Kampung Ketupat Sungai Baru, Suwarman mengatakan kegiatan ini juga dikolaborasikan dengan Remaja Masjid Jami Al Misbah. Ini karena, kata dia, Sungai Baru telah ditetapkan Pemkot Banjarmasin sebagai salah satu destinasi wisata berbasis sungai serta pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dengan adanya para pembuat ketupat dan lontong.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.