Universitas Lambung Mangkurat Berdiri di Atas Keberagaman
Oleh : Rawintan ‘Intan’ Binti
SEJARAH Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) yang kemudian berganti akronim jadi ULM, sebenarnya memaknai partisipasi multietnis dalam filosofi Batang Garing dan Semangat Huma Betang.
DALAM catatan sejarah berdirinya Universitas Lambung Mangkurat (ULM) bisa diakses ke laman; https://ulm.ac.id/id/history/- bahwa para tokoh pendiri Unlam terdiri dari multietnis.
Dokumen pendirian terdapat nama-nama dari suku Banjar, antara lain: Hadji Achmad Gazali, Anang Atjil, Utuh Darham. Sedangkan, dari perwakilan suku Dayak; Waldenar August Narang, Mahir Mahar, A.D Pattianom. Kemudian, dari kalangan etnis Tionghoa ada Kho Boen Tian, Kho Sek Beng, Tan Tjin Kie. Ada pula dari suku Jawa; Soejono Hadidjoyo. Sementara dari suku Batak diwakili Aidan Sinaga.
BACA : Usai Membingkai Bayang-Bayang, Buku Kado buat Rektor ULM; Lini Masa Sutarto Hadi
Tahun-tahun sebelum tahun ini dalam buku Dies Natalis sejarah singkat berdirinya ULM selalu dikutip nama-nama para pendiri. Jasmerah (Jangan Sesekali Melupakan Sejarah yang merupakan kutipan pidato Presiden Soekarno pada 17 Agustus 1966), rupanya menjadi bagian dalam setiap acara Dies Natalis ULM.
Ada hal yang berbeda dalam acara Dies Natalis ULM tahun 2022 ini. Yaitu, keluarga para pendiri ULM diundang. Pertama kali, saya hadir sekitar tahun 1987 (agak lupa tahunnya yang tepat) yang diselenggarakan di Gedung Politeknik Banjarmasin (Poliban) bersama Bue Mahir Mahar yang waktu itu dalam kapasitas beliau sebagai Dewan Kurator (Dewan Penyantun) Universitas Lambung Mangkurat. Saya bertanya kepada ayah saya kenapa Bue (kakek) kok diundang dalam acara Dies Natalis tersebut, ayah saya mengatakan Buemu itu salah satu pendiri ULM.
BACA JUGA : Kenang Masa Kuliah 27 Tahun Silam, Kamaies 95 Fakultas Hukum Unlam Gelar Temu Kangen
Hari ini, kali kedua saya menghadiri undangan sebagai salah satu keluarga pendiri ULM. Tentu saja sebagai orang Dayak ,saya memakai busana bercirikan suku Dayak, yaitu kain motif Batang Garing dan Sumping (ikat kepala wanita Dayak).
Batang Garing atau Pohon Kehidupan melambangkan keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara sesama manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan Tuhan.
Saya kira filosofi Batang Garing yang membuat para tokoh Dayak terpanggil untuk ambil bagian dalam mendirikan ULM dan selalu mendukung ULM dalam perjalanannya. Semangat Huma Betang (rumah panjang khas suku Dayak) membuat mereka nyaman hidup dalam keberagaman sehingga terpanggil membangun ULM.
BACA JUGA : Tuding Ego Rektor Semata, Akronim Unlam Jadi ULM Diprotes Alumni FH
Paparan Rektor Sutarto Hadi mengenai kemajuan ULM yang dalam dekade terakhir ini sangat pesat tentu saja membanggakan. Para pimpinan ULM tampaknya mengemban amanah para pendiri dengan semangat perjuangan yang tidak kalah membaranya dengan semangat para pejuang pendiri ULM.
BACA JUGA : Resmi Sandang Status BLU, Dicari Figur Rektor ULM Ke depan Bervisi Entrepreneurship
Ketika dalam perjalanan pulang ke Banjarmasin, saya ditelepon oleh ibu Hesty. Kata bu Hesty bahwa mahasiswa yang dari daerah lain yang tergabung dalam program Pertukaran Mahasiswa Merdeka mau berfoto bersama dan mau mengunjungi daerah pemukiman suku Dayak. Saya heran kenapa kok saya? Saya baru ingat dalam pidato Pak Rektor (Sutarto Hadi) tadi dua kali nama saya disebut, saya benar-benar terkejut. Selamat Dies Natalis ke-64 ULM, ULM Maju Indonesia Jaya.(jejakrekam)
Penulis adalah Cucu Pendiri Unlam
Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/09/21/universitas-lambung-mangkurat-berdiri-di-atas-keberagaman/