Sikapi Sungai Martapura Tercemar, DLH Banjarmasin Didesak Segera Lakoni Riset Pembanding

0

KETUA Pengurus Daerah Eco Enzyme Nusantara (EEN) Provinsi Kalimantan Selatan, Akbar Rahman mengaku prihatin dengan temuan ikan dan air yang telah terkontaminasi mikroplastik di Sungai Martapura, Banjarmasin.

“PERLU diketahui air merupakan merupakan kebutuhan utama manusia. Itulah mengapa kota-kota kuno selalu berada di tepi sungai, karena air sumber kehidupan,” ucap Akbar Rahman kepada jejakrekam.com, Senin (5/9/2022).

Ahli bangunan hijau ini mengatakan dulu ketika sebuah kerajaan atau kekuasaan ingin menaklukkan sebuah kota, maka akan menebar racun di bagian hulu sungai.

“Ya, karena kebutuhan air menjadi sangat penting. Hampir seluruh kebutahan harian manusia adalah air, untuk aktivitas lingkungan sampai konsumsi,” ucap akademisi Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini.

BACA : Gawat! Sungai Martapura Tercemar Mikroplastik dan Kadar Oksigen Air Rendah

Nah, beber Akbar, ketika air sudah terkontaminasi mikroplastik, maka kemungkinan besar di dalam tubuh orang yang mengkonsumsinya juga terdapat mikroplastik.

“Temuan ini harus ditanggapi serius dengan langkah-langkah tepat dan terukur. Apalagi, sumber konsumsi air bersih dari PDAM (kini PT Air Minum Bandarmasih) yang diambil dari air sungai yang terbukti terkontaminasi berat mikroplastik,” papar doktor lulusan Saga University Jepang ini.

Dia mendesak agar Pemkot Banjarmasin sebagai pihak berkompeten segera menyikapi temuan dari peneliti Tim Ekspedisi Sungai Nusantara itu. Menurut Akbar, para pengampu kebijakan harus segera melakukan survei secara berkesinambungan. Hal ini penting karena langkah nyata dari pemerintah bisa menjadi jaminan bagi publik.

BACA JUGA : Sungai Martapura Tercemar Berat, FPKS DPRD Banjarmasin Usulkan Air Leding Diuji Laboratorium Pembanding

“Pemerintah kota harus segera melakukan upaya nyata dengan menekan tingginya kandungan mikroplastik di sungai. Ajak masyarakat untuk berperan aktif dalam menjaga sungai, perlu ada muatan lokal khusus pada pendidikan sekolah terkait bagaimana seharusnya kita menjaga lingkungan sungai kita,” beber Akbar.

Sementara itu, Sri Naida, aktivis lingkungan yang juga sarjana biologi lulusan UGM Yogyakarta ini mengakui isu mikroplastik merupakan perang perusahaan (produsen) besar.

BACA JUGA : Menabur Sampah Plastik, Menuai Mikroplastik dalam Rantai Makanan di Barito Kalimantan Selatan

“Untuk itu, sebenarnya pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan PT Air Minum Bandarmasih, termasuk PT PALD Kota Banjarmasin juga harus melakukan riset pembanding. Sebab, sampel yang diambil ada di Sungai Martapura wilayah Banjarmasin,” ucap Naida.

Mantan Sekretaris Badan Restorasi Gambut Kalsel ini mengakui selama ini klaim dari PDAM (PT Air Minum Bandarmasih) bahwa intake atau sistem pengolahan air bersih dengan baku dari Sungai Martapura telah diolah dengan teknologi canggih.

“Klaim selama ini mesin pengolahan air itu merupakan teknologi Jerman dan China. Makanya, untuk menopang PDAM, setiap kabupaten/kota wajib tanam saham di pabrik air itu. Dari situ, kemudian ada deviden yang didapat para penanam modal dari pemerintah pemerintah, ” kata Sri Naida.

BACA JUGA : Tabur Eco-Enzyme di Sungai Martapura, Walikota Ingatkan Filosofi Urang Banjar Pamali Buang Ratik

Menurut dia, indikator tercemar atau terkontaminasi mikroplastik juga harus jelas parameternya, misalkan <5 miligram (mg) maka masuk kategori tercemar.

“Kandungan mikroplastik itu ukurannya mikrometer hanya bisa diuji lewat laboratorium terakreditasi. Lantas hewan atau ikan mana saja yang tercemar mikroplastik, berapa jumlahnya dan sudah akutkah? Ini harus dengan analisis kimia,” tegas Sri Naida.

BACA JUGA : Akui Air Belum Layak Minum, PDAM Diplesetkan Jadi Perusahaan Daerah Air Mandi

Ia mengungkapkan Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito termasuk Sungai Martapura mengalami fenomena pasang surut ke laut. Terkadang ketika hujan di kawasan hulu deras, praktis menaikkan atau mendominasi debit air.

“Kondisi ini bisa merusak jadwal pemijahan ikan yang bergerak hulu dan hilir. Makanya, perlu juga pengecekan di tiga tempat, yakni palung sungai di Sungai Tabuk, permukaan air gunung dan sungai di Sei Kurau dan pelengkongan Sungai Nagara dan Sungai Martapura,” beber mantan anggota DPRD Banjarbaru ini.

BACA JUGA : Minta 5 Produsen Bertanggungjawab, Tim Temukan Banyak Sampah Plastik Cemari Sungai Kemuning

Menurut Sri Naida, dalam ilmu limnologi atau ilmu fresh water (air tawar), sudah menjadi sifat sungai yang mengalami pasang surut akan mudah terkontaminasi.

“Sebagai pembanding seperti kondisi Sungai Gangga di India yang terkontaminasi berat, dengan mayat dibuang ke sungai dan lainnya, justru manusia dan ikan masih hidup di sekitarnya. Itulah fresh water, beda dengan air laut. Kalau sudah tercemar bahan kimia sedikit saja, maka biota laut langsung mati,” kata magister administrasi publik lulusan UGM Yogkarta ini.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.