TIM Ekspedisi Sungai Nusantara berkolaborasi dengan Komunitas Young Solidarity Banjarbaru dan Perkumpulan Telapak Kalimantan Selatan melakukan kegiatan brand audit di Sungai Kemuning Banjarbaru, Sungai Barito dan Sungai Martapura, Minggu (4/9/2022).
HASILNYA, dari audit tim gabungan ini ditemukan brand atau merek sampah plastik yang banyak ditemukan di sungai-sungai di Kalimantan Selatan.
“Audit ini dilakukan guna mengetahui produsen apa yang paling banyak mencemari sungai-sungai kita, termasuk di Kalsel,” kata aktivis Perkumpulan Telapak Kalsel, Lisber Halomoan kepada awak media, Minggu (4/9/2022).
Menurut dia, sampah-sampah plastik yang paling banyak ditemukan adalah packaging dari produsen kebutuhan sehari-hari seperti PT Unilever, PT Wings, PT Indofood, PT Nestle dan PT Unicharm, produsen pembalut wanita dan popok bayi.
Masih menurut Lisber, pencemaran mikroplastik pada rantai makanan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito menjadi ancaman baru bagi masyarakat di Kalimantan Selatan. Temuan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara dan Perkumpulan Telapak Kalimantan Selatan menemukan bahwa 10 spesies ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat mengandung mikroplastik 53 partikel mikroplastik/ekor.
BACA : Menabur Sampah Plastik, Menuai Mikroplastik dalam Rantai Makanan di Barito Kalimantan Selatan
“Pada 10 ekor ikan yang diteliti adalah ikan patung, seluang, Tembubuk, Lompok, Lais, Nila, Puyau, Sili-sili, Handungan dan Ikan Senggiringan ternyata telah terkontaminasi mikroplastik. Kemudian, ikan lais paling banyak tercemar dengan kandungan dalam lambungnya sebesar 135 partikel mikroplastik,” beber peneliti Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN), Prigi Arisandi.
Dia menjelaskan salah satu penyebab utama tercemarnya ikan oleh mikroplastik adalah banyaknya sampah plastik yang ditemukan di sungai-sungai. “Untuk mengendalikan kontaminasi mikroplastik dalam tubuh ikan kita harus mengendalikan sampah plastik yang masuk ke dalam perairan” kata Prigi.
Prigi menyebut sampah plastik yang ada di sungai-sungai akan terpecah menjadi serpihan plastik berukuran kecil yang disebut mikroplastik.
BACA JUGA : Menko Kemaritiman : 80 Persen Sampah Plastik di Laut Berasal dari Darat
“Karena ukuran mikroplastik sama dengan ukuran plankton maka ikan-ikan di sungai menganggap mikroplastik adalah makanan, semakin banyak sampah plastik yang dibuang ke sungai maka akan semakin banyak jumlah mikroplastik yang ada dalam lambung ikan,” tambah Lisber Halomoan.
Tim Ekspedisi Sungai Nusantara bersama Komunitas Young Solidarity Banjarbaru dan Perkumpulan Telapak Kalimantan Selatan menegaskan temuan itu menjadi tanggung jawab produsen.
“Produsen harus ikut bertanggungawab atas sampah plastik yang dihasilkan dari bungkus produk mereka,” tegas Prigi Arisandi.
BACA JUGA : Pujian Banjarmasin dalam Gerakan Indonesia Bersih, Apakah Pantas?
Dia menguraikan selain dua faktor yang menyebabkan sungai menjadi tempat sampah. Yakni, minimnya sarana tempat sampah, pengangkutan sampah dan pengolahan sampah. Kemudian, rendahnya kesadaran masyarakat sehingga buang sampah kesungai kini menjadi budaya.
“Faktor lainnya adalah produsen penghasilkan sampah dari bungkus produk tidak ikut terlibat dalam pengelolaan sampahnya padahal dalam Undang-undang Pengelolaan sampah 18/2008 menyebutkan bahwa produsen bertanggungjawab atas sampah dari bungkus produk yang dihasilkan yang tidak dapat diolah secara alami,” beber Prigi.
BACA JUGA : Gawat! Sungai Martapura Tercemar Mikroplastik dan Kadar Oksigen Air Rendah
Dari temuan di lapangan, Prigi menjelaskan produsen besar seperti Unilever, Indofood dan Wing harus bertanggungjawab atas sampah sachet yang dihasilkan dan terbuang ke sungai. Sebab, beber dia, sampah jenis sachet ini tidak dapat didaur ulang karena plastiknya berlapis-lapis, sehingga tidak ada yang mendaurulang dan akhirnya dibuang ke sungai.
“Produsen yang menghasilkan sampah plastik dan mencemari sungai harus ikut bertanggungjawab mengolah sampah yang ada di sungai,” kata Prigi lagi.
Ria Nurhayati dari Young Solidarity Banjarbaru mengatakan selain minimnya sarana dan rendahnya kepedulian masyarakat. “Penyebab lainnya adalah massifnya penggunaan plastik sekali pakai untuk packaging atau bungkus makanan, minuman dan kebutuhan rumah tangga,” kata Ria.
BACA JUGA : IGES Dukung Pemkot Banjarmasin Tangani Sampah Plastik
Kata dia, bungkus plastik yang banyak digunakan umumnya berbentuk sachet yang sulit untuk didaur ulang sehingga sampah plastik jenis ini banyak ditemukan di sungai.
Dari kegiatan brand audit ini dilakoni memunggut sampah plastik yang hanyut dan tersangkut dalam aliran sungai. Kemudian, berdasarkan merek dan produsen dari pengumpulan sampah di Sungai Kemuning.
Diketahui, ternyata 70 persen sampah yang dipunggut berupa tas kresek, plastik bungkus, styrofoam, sedotan dan bungkus plastik lainnya. Sisanya, 30 persen sampah berupa sachet dengan lima produsen terbesar.
BACA JUGA : Jadi Ibukota Provinsi Kalsel, Dibantu Kementerian PUPR, Banjarbaru Perbaiki Sanitasi Permukiman
Ini temuan dari Ekspedisi Sungai Nusantara bersama Young Solidarity Banjarbaru dan Perkumpulan Telapak Kalimantan Selatan mengenai lima produsen penyumbang sampah plastik:
1. PT Unilever 21 persen (Pepsodent, Sunlight, Royco, Molto dan RInso)
2. PT Wings 15,7 persen (Mie Sedap, So Klin, Teh Rio)
3. PT Indofood 8,4 persen (Indomie, Chitato)
4. PT Nestle 7,3 persen (Bear Brand, Milo, Nescafe)
5. PT UniCharm 7,3 persen (Safe Night)
Merek lainnya yang ditemukan Siantar Top, Mayora, Orang Tua, Marimas, SinarMas, Wilmar, Nabati, Taro, indolacto, ABC, Kapal Api, Danone, Cocacola).
BACA JUGA : Bersiap Jadi Ibukota Kalsel, Pemkot Banjarbaru Susun Rancangan Awal RKPD
Tim peneliti ini merekomendasikan agar mendorong produsen yang terbukti sampahnya mencemari sampah di Kalsel di antaranya PT Unilever, PT Wings, PT Indofood, PT Nestle, PT Unicharm untuk ikut membersihkan sungai-sungai di Kalsel dari sampah plastik.
“Kami juga mendorong produsen mengolah sampah plastik dari sampah bungkus produknya. Kemudian, mendorong pemerintah (Kementerian PUPR dan Pemprov Kalsel) untuk bertanggungjawab mengendalikan sampah plastik agar tidak mencemari Sungai Barito,” kata Prigi.
Berikutnya, rekomendasi dari tim adalah mengurangi penggunaan sampah plastik sekali pakai. Hingga, mendorong pemerintah kota dan kabupaten di Kalsel menyediakan sarana tempat sampah.(jejakrekam)