Jaga Tradisi Leluhur Mambari Baras, Pawadahan Utuh-Aluh HSS Ikut Dilibatkan

0

TRADISI mambari baras (memberi beras) dilestarikan warga Hulu Sungai Selatan (HSS) saat memasuki bulan Ramadhan nan suci demi menjaga rasa empati antar sesama.

DALAM bulan puasa ini, tradisi memberi beras dari rumah ke rumah ini dilakoni Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS) dengan melibatkan Pawadahan Utuh Aluh HSS. Tradisi mambari baras ini berlangsung di Desa Taniran Kubah, Kecamatan Angkinang, Kabupaten HSS.

Mambari baras merupakan suatu tradisi dimana orang membawa beras ke tempat tuan rumah yang mengundang di acara selamatan, pengantinan hingga kematian. Tujuannya, untuk membantu meringankan tuan rumah.

Tradisi mambari baras sendiri merupakan tradisi yang tumbuh dan berkembang di beberapa desa di Kabupaten HSS. Tradisi ini dapat ditemukan ketika di masyarakat ada yang sedang mengadakan hajatan, syukuran, atau pada saat ada keluarga yang meninggal dunia.

BACA : Lakoni Safari Budaya, Utuh-Aluh HSS Kunjungi Seniman Pahuluan Kandangan

“Tradisi mambari baras ini digelar sebagai wujud rasa empati kepada keluarga yang mengadakan hajatan demi meringankan biaya yang dikeluarkan. Sebelum ada tradisi memberi amplop berisi uang, sebenarnya tradisi mambari baras ini sudah lama ada,” kata Hj Mawariyah, warga Desa Taniran Kubah kepada awak media, Jumat (15/4/2022) malam.

Menurut dia, warga yang datang ke rumah yang menghelat hajatan biasanya membawa bakul purun atau baskom berisi beras. Namun, sekarang medianya diganti dengan kantong plastik.

“Mengapa beras dipilih, karena beras memiliki banyak manfaat. Selain sebagai persediaan untuk selamatan, beras juga bisa dijual kembali,” ucap Mawariyah.

BACA JUGA : Sandang Aluh HSS 2021, Mahasiswi Kedokteran ULM Ini Ajak Generasi Muda Jaga Budaya Daerah

Bahkan, menurut dia, beras juga selalu tersedia di setiap rumah tangga karena merupakan makanan pokok. Termasuk, beras merupakan produk pangan utama yang dihasilkan masyarakat HSS yang mayoritas berprofesi sebagai petani.

Aluh Baity pun mengaku tertarik untuk menghidupkan kembali tradisi mambari baras yang mulai terlupakan di kalangan generasi milenial sekarang.

“Tradisi yang mengandung nilai positif ini harusnya tetap dilestarikan. Apalagi, masyarakat di pedesaan khususnya di Pahuluan (Hulu Sungai) masih menjalankan tradisi mambari baras,” ucap Aluh Baity.

BACA JUGA : Angkat Cerita Putra Mahkota Terbuang, Seni Teater Mamandau Tuba Paratapan Lampini Hipnotis Penonton

Hal senada juga dilontarkan Utuh Alfi. Dirinya turut berpartisipasi dalam tradisi mambari baras karena banyak terkandung nilai positif dari adat istiadat leluhur itu.

“Makanya, melalui media sosial, kami akan sosialisasikan dan promosikan tradisi mambari baras ini agar tetap dikenal dan dilaksanakan masyarakat, khususnya di Kabupaten HSS,” kata Alfi.

BACA JUGA : Asyik Perankan Alur Mamanda Tubau, Guru SMP di HSS Siap Transfer Ilmu ke Siswa

Sementara itu, Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kabupaten HSS, Erni Yulia mengatakan banyak hal positif dalam tradisi mambari baras, khususnya membangkitkan rasa solidaritas dan empati kepada sesama.

“Tradisi ini juga akan dapat diusulkan menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dari Kabupaten HSS,” ucap Erni.(jejakrekam)

Penulis Iwan Sanusi
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.