Angkat Cerita Putra Mahkota Terbuang, Seni Teater Mamandau Tuba Paratapan Lampini Hipnotis Penonton

0

SANGGAR Paratapan Lampini tetap menghelat kesenian tradisi Mamandau Tubau, walau dengan kesederhaan. Seni tradisi ini dimaksudkan untuk turut memeriahkan Hari Jadi (Harjad) ke-71 Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS).

DEMI menggelar seni tradisi ini, sanggar ini hanya urunan dana dan kemauan tekad tulus yang ditunjukkan para pemain. Hal ini terlihat saat para pemain Mamandau Tubau mementaskan seni teater khas Banjar Pahuluan ini.

Bertempat di halaman Sekretariat Sanggar Paratapan Lampini, Desa Tabihi, Kecamatan Padang Batung pada Sabtu (5/12/2021) malam, cerita prahara sebuah kerajaan pun diangkat.

Para pemain pun penuh dedikasi dan serius memainkan peran masing-masing, hingga mampu menghipnotis para penonton.

Alur cerita mengangkut sebuah kisah terbuangnya putra mahkota oleh seorang sultan berkuasa. Putra mahkota itu terpaksa dibuang karena sang sultan percaya dengan ramalan seorang ahli nujum. Padahal, permaisuri sang istri sultan menentang kebijakan yang ditempuh suaminya.

Kisah ini pun terinspirasi dari nasib yang dialami Pangeran Samudera sebelum ditahbiskan menjadi Raja Pertama Kerajaan Banjar bergelar Sultan Suriansyah, yang dibuang sang paman, Pangeran Tumenggung dari Kerajaan Negara Daha, penerus Kerajaan Negara Dipa yang berpusat di Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).

BACA : Mulai Dilupakan, Guru Kesenian SMP di HSS Diajarkan Seni Mamanda Tubau

“Kami bersyukur walau dengan kesederhaan dan swadaya, pertunjukan Mamanda Tubau menceritakan kisah putra mahkota terbuang ini terlaksana dengan baik. Bahkan, para pemain pun benar-benar serius dan menghayati peran masing-masing,” kata  Ketua Sanggar Paratapan Lampini, Burhanuddin.

Sebelum bisa digelar secara kolosal, Burhanuddin mengakui awalnya banyak pemain yang tiba-tiba membatalkan diri untuk ikut mementaskan Mamanda Tubau.

BACA JUGA : Asyik Perankan Alur Mamanda Tubau, Guru SMP di HSS Siap Transfer Ilmu ke Siswa

“Entah karena apa atau alasan apa, saya takt ahu. Tapi, syukur saat pentas terlaksana, semua pemain ternyata mau bergabung lagi hingga bisa mengikuti alur cerita yang telah disusun sebelumnya,” kata Burhanuddin.

Dia menegaskan pentas Mamandau Tubau ini sengaja digelar karena memang masih diminati masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), terkhusus di desanya.

“Kami juga menggelar lakon Mamandau Tubau ini untuk turut memeriahkan Hari Jadi Kabupaten HSS ke-71. Jadi, kami ingin turut berpartisipasi di dalamnya,” pungkas Burhanuddin.(jejakrekam)

Penulis Iwan Sanusi
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.