Narasi Perempuan Ajak Anak Muda Menulis Persoalan Lingkungan dalam Bingkai Masyarakat Adat

0

NARASI Perempuan menggelar pelatihan kelas jurnalistik berbasis ekofeminisme bertempat di Rumah Alam Sungai Andai Banjarmasin, Sabtu (20/2/2022).

PELATIHAN ini merupakan program Sekolah Hak Asasi Manusia untuk Mahasiswa (SeHAMA) ke-X yang digagas KontraS. Menggandeng anggota AJI Balikpapan Biro Banjarmasin, para peserta dibekali pelatihan menulis berita straight news dan feature oleh M Rahim Arza.

Ketua Pelaksana dari Narasi Perempuan, Rizki Anggarini Santika Febriani menyampaikan kegiatan tersebut bertema perempuan dalam pusaran kerusakan lingkungan. Pelatihan ini digelar demi menciptakan peserta yang produktif, kompetitif dan kreatif dalam menyajikan sebuah ide menarik yang bakal dituliskannya secara sederhana dan ringan. Tujuan akhirnya adalah pembuatan zine.

“Kita inginkan, mereka dapat menulis sebuah reportase secara sederhana dan ringan. Tidak membuat mereka kesulitan, seperti tulisan populer gitu. Memasukin gagasan dan data literatur, baik di masyarajat maupun dibuku-buku yang diperolehnya,” ucap Rizki kepada Jejakrekam.com, pada Sabtu (19/2/2022) siang.

Rizki berkewajiban membuat sebuah workshop pasca alumni SeHAMA X untuk menggerakkan peserta untuk aktif dalam menyuarakan isu perempuan dalam pusaran kerusakan lingkungan.

BACA JUGA: Narasi Perempuan Tuntut Kekerasan Berbasis Gender Dihentikan lewat Aksi 16HAKtP

Dia merasa project ini untuk menularkan kepada anak muda yang menaruh perhatian terhadap isu perempuan adat dan lingkungan di Kalimantan Selatan. Apalagi, kata Rizki, sebentar lagi memasuki Ibu Kota Negara (IKN) dan wilayah Kalsel sebagai penyangga, tentu mempengaruhi situasi masyarakat di desa dalam pembangunannya secara merata.

“Kita mengetahui, RUU IKN telah menjadi undang-undang secara resmi. Dan otomatis menjadi perhatian kita, apalagi sebelum IKN saja sudah ada kerusakan alam di daerah kita,” ujarnya.

Menurutnya, setiap ada isu lingkungan pasti ada berhubungan dengan isu perempuan yang terancam, terutama perempuan adat.

Kata Rizki, para peserta dibagi menjadi dua kelompok untuk menelaah berita tentang sosok perempuan adat seperti Sumiati yang berjuang melawan kasus illegal logging (Deforestasi) di pegunungan Meratus dan Aleta Baun seorang pejuang wanita dari tanah Mollo, kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Target zine ini kita sekaligus launching saat perayaan Internasional Woman Days pada 9 Maret. Dan akan kita distribusi majalah tersebut kepada orang-orang,” ujarnya.

BACA JUGA: IWD 2021: Aktivis Perempuan Soroti Tingginya Pernikahan Anak di Kalimantan Selatan

Rizki berharap, majalah yang dibuat memiliki perspektif perempuan-perempuan muda terkait lingkungannya. Apa yang dirasakan peserta, kata dia, dapat menuangkannya dalam bentuk tulisan berita sederhana dan ringan, supaya dapat mengeksplorasi kemampuannya sendiri lewat karya jurnalistik.

“Mereka dapat mengekspresikan pendapatnya sendiri lewat tulisan,” ungkap Rizki.

Nuril Izzy Sabila, perempuan berusia 21 tahun yang juga peserta dari kegiatan tersebut mengaku senang dapat menjadi bagian dari kegiatan ini, sebab menjadi pengalaman pertamanya dalam pelatihan kelas jurnalistik tersebut. “Ini bentuk support kepada Narasi Perempuan, terlebih kita mendapatkan pengetahuan tambahan,” ujarnya.

Karena belum ada dasar, bagi Izzy menjadi tantangan tersendiri untuk terjun dalam dunia kepenulisan, karena kemampuan dasarnya adalah melukis (art). Mahasiswa Universitas Gunadarma asal Depok itu merasa kegiatan ini ke depan akan berdampak kepada masyarakat, terlebih untuk peserta yang aktif dan produktif.

“Ini sangat bermanfaat banget untuk ke depannya, karena saya juga tergabung dalam kolektif perempuan yaitu ruang aman. Lewat workshop ini, semoga kita dapat mengekspresikan pendapatnya lewat tulisannya,” tandasnya. (jejakrekam)

Penulis Sheila Farazela

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.