Raih Kota Ramah Sepeda, Pengamat Uniska : Menata Banjarmasin Tak Bisa Hanya Sekadar Hobi Walikota

0

BANJARMASIN meraih penghargaan di ajang Bike to Work Award 2021 dari B2W Indonesia. Komunitas pencinta gowes untuk moda transportasi bekerja ini menilai ibukota Kalimantan Selatan tergolong kota ramah sepeda.

PENGHARGAAN itu direncanakan akan diberikan B2W Indonesia bagi Banjarmasin di Ballroom Perpustakaan Nasional (Perpusnas), Jalan Merdeka Selatan Nomor 11, Jakarta Pusat pada Selasa (21/12/2021) ini.

Banjarmasin pun masuk nominasi kota ramah sepeda untuk kategori kota besar. Kota lainnya mendapat penghargaan adalah Yogyakarta, Bogor, Batam, Mataram, Solo, Denpasar dan Kota Tangerang Selatan.

Sedangkan, kategori kota metropolitan diraih DKI Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar. Untuk kota sedang atau kecil ditempati Magelang, Madiun, Purwokerto Salatiga, Ngawi dan Kediri.

Penegasan Banjarmasin sebagai kota ramah sepeda pernah dilontarkan Walikota Ibnu Sina pada peringatan Hari Jadi Banjarmasin ke-494, beberapa waktu lalu. Ini setelah, Walikota Ibnu Sina yang diketahui seorang goweser menangkap ada tren munculnya komunitas peseda di Banjarmasin, khususnya di kalangan pemuda.

BACA : Sering Salah Jalur, Dishub Banjarmasin Buatkan Pagar Markah untuk Pesepeda

Menurut Ibnu Sina, sebagai kota ramah bersepeda maka hak-hak pesepeda harus dihormati oleh pengguna jalan lain. Mantan anggota DPRD Kalsel asal Fraksi PKS ini berharap budaya gowes bisa menjadi bagian dari kultur masyarakat urban untuk hidup sehat.

Termasuk, para pekerja baik aparatur sipil negara (ASN) maupun karyawan swasta bisa menggunakan moda transportasi yang dikayuh untuk pulang pergi ke tempat kerja.

Pengamat tata kota asal Fakultas Teknik Uniska Muhammad Arsyad Al Banjary Banjarmasin, Adhi Surya Said menilai wajar jika ibukota Kalsel mendapat penghargaan semacam itu.

“Apalagi, Walikota Ibnu Sina adalah seorang goweser. Jadi wajar jika dia membangun jalur sepeda terutama di jalan-jalan protokol Banjarmasin. Tapi, itu tidak cukup karena walikotanya hobi sepeda, karena sebenarnya masih banyak problema kota yang belum bisa diatasi seorang Ibnu Sina. Seandainya Ibnu Sina itu hobinya motor cross, mungkin ada sirkuit balap di Banjarmasin,” ucap Adhi Surya Said kepada jejakrekam.com, Selasa (21/12/2021).

BACA JUGA : Manjakan Pesepeda, Pemkot Banjarmasin Pasang Stick Cone di Jalan A Yani

Magister perencanaan wilayah jebolan Institut Teknologi Bandung (ITB) ini menilai justru Banjarmasin seperti latah atau meniru kota lain, tanpa berkaca pada karakteristik kota.

“Ketika Walikota Surabaya Tri Rismaharani (sebelum jadi Menteri Sosial) gencar membangun taman kota dan taman vertikal, Banjarmasin pun meniru itu. Lalu, ketika Ridwan Kamil saat menjabat Walikota Bandung membangun ruang terbuka hijau atau taman kota, lagi-lagi Banjarmasin ikutan latah,” tutur Adhi.

Pengamat perkotaan dan akademisi Fakultas Teknis Uniska MAB, Adhi Surya Said (Foto Istimewa)

Bagi dia, dalam menata kota itu tak boleh hanya didasari hobi atau keinginan seorang kepala daerah. Setahu Adhi Surya Said, Banjarmasin sebenarnya sudah punya rencana tata ruang wilayah (RTRW) maupun aturan turunannya yang harusnya jadi pedoman dalam menata dan mengembangkan kota.

BACA JUGA : Nightride Banjarmasin 2020: Kota Ramah Pesepeda Dideklarasikan

“Sampai sekarang, Banjarmasin tak punya pasar tradisional yang nyaman bagi warga kota. Sebut saja, kawasan Pasar Sudimampir dan Ujung Murung tak pernah berhasil ditata oleh walikota hingga periode kedua. Belum lagi soal Pasar Sentra Antasari,” tuturnya.

Menurut dia, persoalan pasar tradisional yang kumuh dan tak tertata jauh lebih bermanfaat dibandingkan hanya sekadar membangun jalur sepeda.

“Ironisnya sekarang, jalur sepeda yang ada di Jalan Achmad Yani ketika dipasang stick cone sudah hilang. Pola pemasangan stick cone itu justru tidak ramah dengan pengguna jalan lainnya. Ini belum lagi, jalur-jalur sepeda di beberapa ruas jalan juga telah lenyap, seperti koridor hijau yang dibangun di Jalan Lambung Mangkurat dan lainnya,” tutur Adhi.

Jika standar keberadaan kota itu diukur dari segi kenyamanan, keamanan hingga dampaknya bagi perekonomian, Adhi menyebut justru jalur sepeda itu tidak punya nilai signifikan berarti bagi Banjarmasin.

BACA JUGA : Atasi Banjir Jangka Panjang, Pakar Kota ULM Saran Banjarmasin Hidupkan Kembali Konsep Kanalisasi

“Banjarmasin juga tak serius dalam mengembalikan fungsi sungai. Akibatnya, kota ini selalu dilanda banjir, terutama fenomena rob. Ini jauh lebih berdampak besar bagi warga ketimbang gencar membangun jalur sepeda,” kritik Adhi.

Dia melihat apa yang dirancang dalam perencanaan kota kemudian diimplementasikan ke lapangan seperti panggang jauh dari api. Menurut Adhi, konsep masyarakat urban khususnya Banjarmasin adalah bagaimana kota ini memberi dampak positif bagi penghuninya.

“Sekali lagi, jika hanya mengakomodir komunitas peseda karena Walikota Ibnu Sina memang hobi gowes, sebetulnya bukan hal yang menakjubkan dapat penghargaan. Beda jika Walikota Ibnu Sina berhasil mengembalikan identitas Banjarmasin sebagai kota berbasis sungai, itu baru sebuah terobosan yang patut diapresiasi tinggi oleh warga,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Iman Satria/Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.