Bakalahi Sakalambu

0

Oleh : Noorhalis Majid

PERSELISIHAN antara suami dengan istri, mestinya diselesaikan berdua saja. Karena keduanya sudah sangat akrab, teman satu kelambu.

TIDAK perlu diceritakan kepada banyak orang, apalagi dicampuri orang lain, malah membuat runyam. Namun, sekalipun satu kelambu- sangat akrab, sering saja terjadi pertengkaran, itulah makna bakalahi sakalambu.

Berkelahi dengan teman satu kelambu, begitu arti harfiahnya. Dulu orang tidur menggunakan kelambu, sekarang sebagian masih tetap menggunakan, untuk menghindari nyamuk.

Orang yang tidur satu kelambu, dikiaskan dengan suami istri. Menggambarkan keakraban – saling percaya, sama-sama menjaga rahasia. Mestinya tidak mungkin sampai bertengkar, akan tetapi banyak saja pertengkaran suami istri hingga melibatkan orang lain.

BACA : Teranyar ‘Dijamak Jibril’, Dokumentasikan Paribasa Banjar Berisi Nasihat dalam Tiga Buku

Mencampuri pertikaian orang yang hidup satu kelambu, tidak mudah. Walau pertikaian tersebut sampai pada tingkat kekerasan – KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), dan harus dicampuri oleh orang lain, baik keluarga, orang yang dituakan, lembaga penyelesaikan kekerasan rumah tangga, atau pun sebagai ketua rukun tetangga. Sama sekali tidak mudah menyelesaikannya.

Bisa saja, hari ini bertengkar hebat – penuh drama kekerasan dan air mata, besok sudah bermesraan lagi. Padahal para pihak yang diminta menjadi penengah, belum selesai mendiskusikannya. Lebih parah lagi, pertikaian tersebut selalu berulang. Bertengkar, lalu mesra. Bertengkar lagi, mesra lagi. Membingungkan para pihak yang jadi penengah.

BACA JUGA : Kuliner Banjar; Refleksi di Ujung Lidah, Warisan yang Tak Boleh Luntur

Mestinya, dengan teman satu kelambu harus akur – rukun, saling sayang menyayangi. Kalau pun terjadi pertikaian, selesaikan sehabis-habisnya berdua saja. Jangan memperlihatkan masalah itu kepada orang lain.

Kalau tidak selesai, mulai dengan pisah ranjang, masing-masing berefleksi, mengoreksi diri sendiri. Bila menemui jalan buntu, baru meminta bantuan orang-orang terdekat – orang tua atau saudara.

BACA JUGA : Peribahasa Banjar untuk Kritik Pembangunan di Kalsel

Bila tetap tidak bisa, barulah mengundang orang lain – pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesai masalah. Setelah diselesaikan, ada kesepakatan dan kembali tidur satu kelambu, harapannya pertikaian tidak terulang lagi.

Ungkapan ini memberikan pelajaran, hendaknya jangan sampai ada pertikaian antara suami dan istri. Kalau pun ada, kecuali sangat prinsip, itupun cukup diselesaikan berdua saja. Melibatkan orang lain atau pihak ketiga, sering kali tidak efektif. Bagi pihak ketiga yang terlibat, juga dilematik – tidak mudah melerai bakalahi sakalambu.(jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Staf Senior Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.