HST Darurat Banjir, Debit Air Sungai di Pegunungan Meratus Sudah Capai 4 Meter
LEWAT radio handy talkie (HT), Julak Muhammad mengabarkan adanya kenaikan air sungai sudah mencapai empat meter di pedalaman Pegunungan Meratus.
TEPATNYA di Dusun Batu Kiting, Desa Hinas Kanan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST). Dalam saluran operator frekuensi 14.692.0 [Emergency Murakata] tentang seputar banjir yang melanda desa di antaranya Dusun Arangani, Timan, Batu Kiting, Alat, Waki dan Manggasang.
“Jadi terkait pertanyaan-pertanyaan dari awal hingga sekarang, bisa kita jawab bagi Anda yang ingin menyimak terkait perkembangan banjir di Hulu Sungai Tengah (HST),” ucap Julak Muhammad kepada jejakrekam.com, Kamis (18/11/2021) malam.
Ia mengabarkan pada Kamis (18/11/2021) malam pukul 23.00 Wita, terus diupdate informasi seputar wilayah mengalami kenaikan air sungai di Dusun Arangani dan Timan setinggi tiga meter. Berikutnya, Batu Kiting (4 meter), Alat (1,5 meter), Manggasang (1 meter), Waki (2 meter).
“Untuk ketinggian air memang bervariasi, namun kita simpulkan berisiko besar dalam status tanggap darurat,” kata Julak Muhammad.
BACA : Banjir Barabai dan Sekitarnya Tak Terulang Lagi, Ini Solusi dari Eks Wabup HST
Dia mengimbau kepada seluruh warga HST agar waspada selama hujan mengguyur kota Apam tersebut. Selain itu, Julak Muhammad berpesan agar mengamankan barang-barang berharga atau logistik yang dirasa perlu untuk dijaga.
“Sebab, batang-batang pohon besar larut ke sungai, artinya kondisi waspada kepada warga HST dan sekitarnya. Dan ketinggian air, kurang satu meter lagi sudah mencapai ke bibir siring,” ujarnya.
Jika sudah memasuki bibir siring, menurut Julak Muhammad bahawa kondisi darurat telah memasuki jalur darat dan membahayakan aliran sungai dapat menyentuh turun ke bagian rendah di perkotaan.
BACA JUGA : Air Sungai Hantakan Meluap, Barabai Diserbu Banjir, HST Tetapkan Siaga 1
Ketua Biro Komunikasi Serikat Petani Indonesia (SPI) Kalimantan Selatan, Reza Pahlevi menginformasikan di Desa Aluan, Batu Benawa, HST, mengalami kenaikkan air ke permukaan jalan.
“Di Desa Aluan, sudah mulai pergerakan naik walaupun perlahan banjirnya. Karena maksimal bergeraknya air dari hulu turun ke Kecamatan Batu Benawa sangat relatif stabil, namun bergeser naik perlahan ke perumahaan warga sekitar,” ucap Reza.
Kemudian, Reza menyoroti daerah air sungai (DAS) di Desa Pantai Mangkiling yang nampak naik ke permukaan, sekitar 4,5 meter.
“Permukaan air naik sekitar 2,5-3 meter di Sungai Patikalain, jadi semua perkembangan kita analisa dan perkiraan masuk ke Sungai Hantakan,” ucapnya.
BACA JUGA : Waspada Banjir, Longsor dan Angin Kencang, HST Tetapkan Status Siaga Bencana
Menurut Reza, posisi Sungai Hantakan sebagai induk besar dalam mengawal anak-anak sungai sekitarnya, sehingga menjadi pertanda darurat bagi warga yang tinggal di sana.
“Kalau di Desa Pajukungan, Barabai, kemungkinan hari sudah menjelang subuh atau pagi terang baru memasuki air pasang di situ,” ujarnya.
Warga Barabai, Dhani memantau sejak sore hingga menjelang malam, air sungai mulai memasuki kawasan jalan di depan toko miliknya. Bahkan, kata dia, rata-rata warga di sekitarnya sudah mengungsi ke tempat lain.
“Intensitas hujan mulai kemarin cukup tinggi, kita mengkhawatirkan terjadi kembali seperti bulan Januari 2021 lalu,” ujarnya.
BACA JUGA : Curah Hujan Cukup Tinggi, Dua Jembatan Darurat Di Hantakan HST Ambruk
Selain karena cuaca buruk, Dhani menyebut kondisi alam di Bumi Murakata kian memprihatinkan akibat pembalakan hutan secara liar. Dhani mengatakan perubahaan iklim pun terjadi dan hujan melanda seluruh daerah di Kalimantan Selatan.
“Analisisnya, kalau hujan di kota maka aman saja. Namun, jika hujan mengguyur di Pegunungan Meratus maka sangat membahayakan di kota, air sungainya turun melanda bahkan bisa banjir bandang dan longsor,” tandas Dhani.(jejakrekam)