Pemerintah Siapkan Lahan di Mantuil untuk Konservasi Bekantan, SBI: Perlu Konsep Jelas
PEMERINTAH Kota berencana mengembangkan sebagian kawasan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan untuk wadah pelestarian Bekantan. Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina, menyatakan bahwa pemkot memiliki lahan seluas 7 hektare dan siap digunakan untuk urusan konservasi.
RENCANA ini ditarget dapat tereleasisi pada tahun 2023 mendatang. Ibnu meminta pada tahun 2022 dinas terkait bisa memulai perencanaan programnya. “Jadi orang mungkin tidak perlu lagi datang ke Pulau Bakut untuk melihat Bekatan, tapi cukup di Banjarmasin juga ada,” ujarnya.
“Mudah-mudahan, kami berharap di tahun 2022 nanti bisa direncanakan pengembangan kawasan ini oleh instansi terkait. Sehingga sekiranya tahun 2023 nanti akan bisa terlihat hasilnya,” tambah Ibnu Sina.
BACA JUGA: Sudah Lama Tak Menyemburkan Air, Patung Bekantan Terkesan Tak Terawat
Agar menarik publik, Ibnu juga menginginkan rancangannya dari tempat ini dikemas menjadi taman atau kebun binatang yang besar.
“Kita jadikan kawasan konservasi yang bagus dan kita olah saja, pulaunya itu yang di seberang Benua Anyar atau lahan yang punya pemko yang ada di Mantuil tersebut.”
Menanggapi rencana tersebut, Amalia Rezeki, Founder Sahabat Bekantan mengapresiasi niat baik pemerintah kota (pemkot) Banjarmasin dalam mengawal pembangunan konservasi di wilayah berjuluk kota seribu sungai ini.
“Pertama kami mengapresiasi adanya keinginan Pemko Banjarmasin yang ingin berupaya untuk melindungi dan melestarikan Bekantan dan habitatnya,” kata Founder Sahabat Bekantan, Amalia kepada Jejakrekam.com, pada Rabu (6/10/2021).
BACA JUGA: Polda Kalsel Ungkap Kasus Perdagangan Satwa, Bekantan hingga Beruang Madu Jadi Barbuk
Kata Amalia, program ini langkah mengingat sebaran populasi bekantan dan habitatnya di Banjarmasin sangat terbatas bahkan menuju kepunahan lokal.
Namun demikian, perlu konsep jelas untuk mengembangkan kawasan konservasi bagi hewan dengan nama latin nasalis larvatus tersebut.
“Apakah berbentuk lembaga konservasi (LK) atau kawasan konservasi eksitu,” katanya.
Mengacu data Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan, Amalia bilang populasi bekantan di Kalsel sendiri terus berkurang dari tahun ke tahun.
Sebagai gambaran, jumlah populasi Bekantan yang tersebar di kawasan konservasi maupun di luar konservasi pada tahun 2013 masih di angka 5000 ekor. Sementara, pada tahun 2019 lalu, jumlah satwa ini berkurang drastis hingga 2.200 ekor saja. (jejakrekam)