Diobral Murah, Masker Impor asal Tiongkok Banjiri Pasar Banjarmasin

0

TAK hanya gerai masker buatan lokal dan nasional yang menjajakan produk di sejumlah ruas jalan, kini kain pelindung mulut dan hidung mulai membanjiri pasar Banjarmasin.

BAHKAN, hampir di sepanjang ruas jalan di Banjarmasin seperti Jalan Belitung Darat, Jalan Gerilya, Jalan 9 November, Jalan Perdagangan dan lainnya mulai marak para menjajakan barang dagangannya.

Masker non medis yang dijual itu dibanderol dengan harga murah. Jika membeli di mini market atau apotek harganya bisa tembus Rp 10 hingga Rp 20 ribu untuk lima lembar. Nah, masker buatan nasional dan Tiongkok justru diobral lebih murah dari kisaran harga Rp 15 ribu hingga termahal Rp 35 ribu untuk 50 lembar masker.

Untuk standar kesehatan demi bisa mencegah penularan virus Corona (Covid-19), masker kain tiga lapis diyakin efektif menahan sekitar 70 persen partikel droplet.

Jika dulu, masker kain satu lapis berbahan scuba, disarankan tak dipakai lagi, karena hanya mampu menahan 0-5 persen partikel yang masuk. Kini masker medis khusus bedah serta respirator N95, bukan lagi jadi pilihan utama karena harganya tergolong mahal.

BACA : Jangan Lepas Masker, Pakar Epidemiologi Ingatkan Vaksin Tak Membuat Warga Kebal Covid-19

Jadilah, masker non medis buatan Tiongkok pun banyak jadi pilihan masyarakat. Murjani, salah satu penjual masker pabrikan lokal dan impor Tiongkok yang mangkal di kawasan Jalan Belitung Darat, mengakui harga murah jadi pilihan masyarakat.

“Memang, masker impor Tiongkok serta beberapa masker non medis buatan pabrik Indonesia ini paling diburu, karena harganya murah tapi juga berkualitas. Jumlah pieces (pcs) pun lebih banyak, dalam tiap kotak ada 50 lembar,” ucap Jani, sapaan akrab kepada jejakrekam.com, Sabtu (18/9/2021).

Pemuda asal Teluk Tiram ini mengakui kebanyakan pasokan masker non medis ini diambil dari agen yang di kawasan Kelayan. Ia hanya mematok untung sekitar Rp 3.000 per kotak untuk setiap boks masker yang dijual. Bahkan, ada tiga varian warna masker; hitam, abu-abu dan biru.

“Dibandingkan masker merek terkenal seperti Sensi, tentu harganya lebih mahal. Nah, saat pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM), penggunaan masker sudah menjadi kebiasaan masyarakat di Banjarmasin. Ini juga mendorong cukup banyak yang membeli,” kata Jani.

BACA JUGA : Jangan Pakai Masker Scuba, Kadinkes Banjarmasin Minta Warga Pertahankan Zona Hijau

Menurut dia, masker kain yang dijualnya untuk sekali pakai ini dari bahan premium seperti tercantum dalam keterangan produk di kotak.

“Bandingkan dengan membeli masker mahal hanya berisi tiga hingga lima pcs, harganya sekitar Rp 10 ribu hingga Rp 20 ribu. Kami hanya menjual masker berbagai bentuk dari Rp 15 ribu, Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu berisi 50 pcs, tentu lebih murah dan bisa dipakai lama,” ucapnya, seraya berpromosi.

Dengan membawa dua kardus, Jani mengakui dari berjualan masker non medis buatan pabrik nasional dan impor asal Tiongkok, cukup mendatangkan untung.

“Kesadaran masyarakat untuk mengenakan masker cukup tinggi di Banjarmasin. Apalagi, kerap ada razia masker. Buktinya, hampir tiap hari jualan, sedikitnya lima hingga 10 kotak masker non medis ini laku terjual,” kata Jani.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.