Titian Kayu Kian Lapuk, Soal Kue Pembangunan, Warga Mantuil Merasa Terpinggirkan

0

PULUHAN tahun, warga Banjarmasin yang berada di pelosok kota ternyata belum merasakan kue pembangunan. Satu contohnya adalah warga yang bermukim di bantaran sungai di Kelurahan Mantuil, Banjarmasin Selatan.

TITIAN kayu yang menjadi akses warga dalam kesehariannya menuju ke jalan besar, ternyata tak tersentuh denyut pembangunan. Bandingkan dengan kawasan lain yang ada di Banjarmasin.

Dari rekam data bersumber dari LPSE Kota Banjarmasin, sejak tahun 2009-2020, banyak proyek peningkatan jalan titian perkampungan digelontorkan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR).

Sebut saja, jalan titian di kawasan kampung tradisional pinggir sungai Kelurahan Sungai Jingah dengan tender Rp 1,7 miliar lebih. Ada pula, rehabilitasi jalan dan titian ulin di Gang Rahmat, Komplek Halim dan RT 38 Kebun Bunga. Banjarmasin Timur bernilai Rp 351,6 juta. Kemudian, rehabilitasi Jalan Sutoyo S Gang Kiwi bernilai Rp 388 juta. Ada pula, rehabilitasi titian ulin dan jalan Gang Melati, Banjarmasin Tengah dengan nilai tender Rp 441,6 juta.

Ada pula, rehabilitasi titian ulin Gang Simpang Penghulu bernilai Rp 204,1 juta, telah selesai digarap. Proyek serupa di Gang Panorama senilai Rp 165,7 juta, dan rehabilitasi titian ulin Gang Menara di Jalan Jafri Zamzam Rp 157 juta, titian ulin di Jalan Batu Piring dan lainnya.

“Sudah 20 tahun lebih kami mengusulkan untuk perbaikan titian jalan di tempat kami. Dari pengusulan di musyawarah rencana pembangunan (musrenbang) di kelurahan dan kecamatan hingga ke Pemkot Banjarmasin, tapi belum ada respon sampai sekarang,” ucap Ketua RT 17 Kelurahan Mantuil, Rahimah kepada awak media, Senin (12/4/2021).

BACA : Tanpa Dibantu Pemerintah, Warga Teluk Mendung Mantuil Perbaiki Titian Pakai Uang Pribadi

Ia bercerita selama ini, warga yang bermukim di Jalan Antasan Bondan, Teluk Mendung, hanya bisa memperbaiki dengan dana swadaya masyarakat. “Ya, hanya tambal sulam. Ada kayu yang lapak diganti dengan yang baru. Tapi, itu tidak kuat selamanya, karena bukan kayu ulin atau beton seperti di tempat lain,” kata Rahimah.

Menurut dia, karena titian jalan itu lapuk dan tidak berpagar, sudah menelan korban jiwa ketika sepeda motornya jatuh ke sungai. “Tentu kami tak ingin itu terjadi lagi. Padahal, di kawasan ini, ada ratusan jiwa yang bermukim,” ucap Rahimah lagi.

BACA JUGA : Sudah Makan Korban, Selama Puluhan Tahun ‘Titian Berhantu’ Mantuil Terkesan Dibiarkan

Bukan hanya soal lapuk, akses titian jalan itu pun gelap di malam hari, karena tidak adanya lampu penerangan jalan. “Sudah lama kami usulkan, tapi ya itu tadi, tidak ada respon. Sampai kapan ini dibiarkan, padahal dari media sosial hingga berita di media massa sudah mengabarkan kondisi yang kami alami puluhan tahun,” imbuh Rahimah.

Abdurrahman Leonsyah, warga Mantuil lainnya pun mengisahkan hal serupa. Menurut dia, sangat kontras dengan mewahnya Jembatan Bromo bernilai miliaran rupiah justru kondisi yang dialami kampungnya.

“Kalau jalan raya memang mulus, tapi jalan lingkungan dan titian yang jadi akses, boleh dikatakan tidak memadai. Ini sangat bertolak belakang dengan Jembatan Bromo yang megah, tapi di sisinya justru kumuh dan seakan tak tersentuh pembangunan,” kata pria yang juga berprofesi sebagai wartawan ini.

Menurut Leon, tak hanya soal infrastruktur, masyarakat di Mantuil juga sempat kesulitan air bersih. Saat itu, distribusi air yang diolah PDAM Bandarmasih tak lancar.

“Pernah kejadian, ada warga saat hendak memandikan jenazah, air leding tak jalan. Akhirnya, pakai air sungai yang kotor. Sekarang memang lebih baik, tapi tetap saja, kami merasakan seperti dipinggirkan di kota ini,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis Rahm Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.