Polarisasi Tak Terhindarkan, Akademisi ULM Serukan Denny-Birin Redam Ketegangan

0

JEJAK pembelahan atau polarisasi akibat kontestasi politik yang sengit di Pemungutan Suara Ulang (PSU) Pilgub Kalsel kian terasa.

DI JAGAT media sosial dua kubu saling serang. Ambil contoh akun facebook relawan seribu sungai gencar menyerang Denny Indrayana. Di satu sisi akun Instagram Save_meratus_ tak kalah keras menyerang Sahbirin Noor.

Antropolog politik FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin, Setia Budhi mengakui fenomena polarisasi yang pernah terjadi di Pilpres 2019 silam kian terasa di PSU Pilgub Kalsel. Budhi berpendapat rangkaian peristiwa yang terjadi di Pilpres 2019 masih melekat di bawah alam sadar masyarakat.

“Ada kemungkinan polarisasi (masyarakat) masih tidak mencair dan PSU keterbelahan pemilih cenderung menguat,” ujar Budhi saat dihubungi jejakrekam.com, Senin (12/4/2021).

Pembelahan masyarakat, sambung Budhi karakteristik pemilih di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin merupakan pemilih yang rasional khas pemilih perkotaan.

BACA : Menangkan Pasangan BirinMu di PSU, Tim Pemenangan Akan Gunakan Kekuatan Penuh

Kepala Prodi Sosiologi FISIP ULM ini menyebut polariasasi tak terhindarkan sebab head to head dua kandidat, tidak ada alternatif pilihan lain. Di sisi lain, lanjut Budhi derasnya arus informasi di media sosial, dan saling tuding serta saling lapor antar dua kubu mempertajam pembelahan di tengah masyarakat.

Doktor jebolan University Kebangsaan Malaysia ini mendesak Birin-Denny untuk meredam arus pembelahan di masyarakat dan menyampaikan pesan-pesan yang menyejukkan. “Ini adalah demokrasi siapapun yang terpilih itulah pilihan yang terbaik, nah selama ini (statmen) itu yang tidak muncul,” ucap Budhi.

BACA JUGA : Video Ajakan Anti Politik Uang Dipelintir, Denny Indrayana Melapor ke Polisi

Dia menyayangkan pernyataan dua kandidat cenderung saling serang, alih-alih meredam ketegangan. Bagi Budhi langkah awal untuk mendingingkan suasana adalah dengan bertemu dua kandidat, dan menyampaikan pesan yang sejuk.

“Apalagi menjelang Ramadhan, ini menjadi momentum yang tepat untuk meredakan ketegangan, kalau tidak ada statmen (menyejukkan) maka akan kemungkinan semakin meruncing,” ingat Budhi.(jejakrekam)

Penulis Ahmad Husaini
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.