Covid-19 Permasalahan Kita Bersama : Tingginya Angka Kasus dan Kematian Pasien

0

Oleh : Syamsul Arifin

MEMPERHATIKAN perkembangan kasus Covid-19, dalam beberapa pekan terakhir ini, khususnya perkembangan kasus Covid-19 di Kalimantan Selatan yang cenderung semakin meningkat.

DATA Kementerian Kesehatan RI mencatat bahwa Kalimantan Selatan  pada tanggal  13 Juni 2020, jumlah kasus1817 orang, jumlah kesembuhan 201 orang, jumlah kematian 120 orang. Data ini menempatkan Kalimantan Selatan sebagai Provinsi ke-6 terbanyak kasus Covid-19 di Indonesia.

Tingginya angka kasus terkonfirmasi positif, disatu pihak merupakan keberhasilan kinerja dari pelacakan dilapangan yang telah bekerja dengan baik.

Namun kita juga jangan anggap remeh tingginya kasus tersebut, karena berdasarkan Robert Signer dari California menyatakan bahwa jika tanpa jaga jarak fisik (physical distancing) yang efektif maka jika 1 satu kasus positif dalam 5 hari kemudian akan tertular 2,5 orang dan dalam 30 hari akan tertular 406 orang.

BACA : Lawan Covid-19, Pakar Kesehatan ULM Saran Bangkitkan Optimisme Masyarakat

Hal inilah  juga yang harus kita perhitungkan dalam program pencegahan penularan Covid-19. Memperhatikan dinamika situasi dan kondisi lapangan, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab tingginya kejadian kasus Covid-19 dan angka kematiannya adalah sebagai berikut:

A. Tingginya angka kejadian kasus yang terkonfirmasi positif Covid-19

Kondisi ini dapat bersumber dari masyarakat dan Pemangku Kepentingan. Secara singkat meliputi 4T, yaitu:

  1. Terlalu percaya diri bahwa tubuh kuat terhadap penyakit Covid apalagi jika tidak ada keluhan.
  2. Terlalu acuh terhadap anjuran protokol kesehatan
  3. Terlalu kuat menyimpan rahasia riwayat kontak dengan pasien yang terkonfirmasi
  4. Terlalu lemah disiplin yang ditegakkan terhadap pelanggar protokol kesehatan.

Berkaitan dengan hal tersebut beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan adalah:

  1. Agar kepercayaan diri tentang Covid-19 menjadi lebih rasional maka Informasi yang disampaikan ke masyarakat harus lengkap dan mudah dipahami(perceived susceptibility= kerentanan, perceived severity- keseriusan , perceived benefitsm-meringankan). Informasi tersebut dapat disampaikan melalui  seluruh media lokal  yang tersedia, baik cetak, elektronik. Provider jaringan (Telkomsel dll), sosial media, 
  2. Agar ketidakpedulian terhadap protokol kesehatan minimal dapat dilakukan dengan memperdayakan seluruh Jaringan Keluarga Mahasiswaterutama mahasiswa bidang Kesehatan  sebagai PMO  (Polisi Monitor Orang dalam Keluarga) terhadap pelaksanaan protokol kesehatan. Sehingga ini di harapkan tingkat penolakannya menjadi minimal. Selain itu agar karena faktor lingkungan juga sangat berperan penting, maka lingkungan juga harus dikelola dengan baik seperti pasar, sekolah, tempat ibadah, transportasi. Lingkungan yang baik merupakan salah satu faktor sulitnya perubahan perilaku tersebut.
  3. Untuk melacak warga yang kontak dengan penderita, perlu diperkuat peran  satuan tugas tingkat RT yang tidak hanya diberi tugas tetapi juga diberi fasilitas yang cukup untuk operasional. Disamping itu perlu  disiapkan aplikasi pelaporan secara online  yang aman bagi pelapor. Dari laporan yang ada,  peran satuan  tugas tingkat RT yang harus melakukan verifikasi di lapangan.
  4. Pemerintah Kota/ Provinsi perlu melakukan koordinasi dengan DPRD Kota/Provinsi dan Lembaga Yudikatif dilingkungan Pemerintah Kota/Provinsi, sehingga peraturan yang diterbitkan mempunyai legitimasi yang kuat, sehingga aparat dilapangan mempunyai kepastian hukum yang kuat pula dalam menegakkan disiplin masyarakat.

BACA JUGA : Kunci Sukses Pelaksanaan PSBB di Kota Banjarmasin

B. Tingginya angka kejadian kematian pasien Covid-19

Adapun  faktor penyebab tingginya angka kematian kasus Covid-19 adalah karena keterlambatan baik yang bersumber dari stakeholder karena keterbatasan SDM dan fasilitas yang dimiliki maupun dari kesadaran masyarakat itu sendiri, secara singkat juga meliputi 4 T, yaitu:

  1. Terlambat Tracking
  2. Terlambat Test
  3. Terlambat Treatment
  4. Terlambat Isolasi.

Berkaitan dengan hal tersebut beberapa rekomendasi yang dapat diterapkan adalah:

  1. Keterlambatan Tracking dapat dilakukan dengan mengoptimalkan aplikasi pelaporan yang dapat diakses seluruh warga dan peran satuan tugas tingkat RT maupun penambahan tenaga kesehatan/ relawan disamping memperhatikan ketersediaan  dana untuk operasional dilapangan.
  2. Keterlambatan Test dapat dilakukan dengan penambahan peralatan melalui bantuan pemerintah pusat maupun bantuan swasta (CSR) terutama untuk perusahaan besar yang bergerak bidang pertambangan, migas maupun perkebunan. Namun jika terkendala jumlah tenaga pelaksana dilapangan dapat  dilakukan dengan penambahan tenaga kesehatan khususnya tenaga di laboratorium sehingga laboratorium dapat operasional 24 jam. Target nasional test melalui PCR adalah1% dari jumlah penduduk. Jika masih belum memungkinkan juga maka masyarakat yang tergolong kriteria risiko tinggi  (antara lain dengan  Comorbid) harus diprioritaskan.
  3. Keterlambatan Treatment semakin menurun jika test yang dilakukan segera diketahui hasilnya. Dengan hasil test yang segera maka proses treatment juga dapat segera dilakukan. Selain itu penambahan tempat tidur perawatan harus di tambah karena berdasarkan target nasional jumlah tempat tidur per jumlah kasus harus lebih dari 1,2. Sehingga proses masuk RS bagi penderita bisa lebih cepat dan dapat terlayani dengan segera. Untuk keterbatasan tenaga kesehatan dapat memaksimalkan peran organisasi profesi di tingkat Provinsi/Kota.
  4. Keterlambatan isolasi dapat dilakukan dengan penambahan fasilitas isolasi yang memadai dan representatif. Sebab terkadang tempat isolasi sudah disiapkan namun tempatnya kurang layak dan pelayanan yang diberikan selama isolasi belum optimal.Dan pemberian informasi yang tepat dan cepat kepada pasien dan keluarga pasien sehingga proses isolasi dapat berjalan dengan baik.(jejakrekam)

Penulis adalah Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM-UPR

(Isi dari artikel ini sepenuhnya tanggungjawab penulis bukan tanggung jawab media)

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.