Spesimen Swab Banjarmasin Menumpuk, Walikota Ibnu Sina Ingin Beli Alat RT-PCR Sendiri

0

MELONJAKNYA kasus Covid-19 di ibukota Provinsi Kalimantan Selatan disebabkan makin masifnya tracking (penelusuran) yang dilakukan baik rapid tes maupun swab massal oleh tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Banjarmasin.

GERAKAN ini pun menjadi target bagi Banjarmasin agar bisa menemukan kluster atau orang yang terindikasi virus Corona (Covid-19). Terutama, orang yang bergejala infeksi virus Corona.

Akibatnya, terjadi penumpukan spesimen swab yang harus diuji Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) Banjarbaru. Hingga, Gugus Tugas Covid-19 Banjarmasin memtuskan menghentikan sementara tes swab massal yang rutin dilakukan setiap pekannya.

Ketua GTPP Covid-19 Banjarmasin Ibnu Sina menjelaskan alasan tim untuk sementara menghentikan pemeriksaan massif lanjutan pengambilan sampel lendir setelah reaktif berdasar rapid test.

BACA : Ungkap Lebih Banyak Kasus Covid-19, Banjarmasin Didorong Adakan Alat PCR Sendiri

Kondisi tersebut lantaran saat ini antrian di banyak sampel swab masih tertumpuk di alat Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

“Karena kalau diambil lagi akan semakin tertumpuk nantinya,” ucap Walikota Ibnu Sina kepada awak media di Balai KotA Banjarmasin, Kamis (11/6/2020)

Masalahnya, lanjut Ibnu, setiap sampel swab tersebut memiliki batas waktu kedaluwarsa. Apabila dipaksakan untuk melakukan tes swab massal, pihaknya takut sampel tersebut akan berkurang keakuratannya.

Ibnu Sina juga menyatakan saat ini pihaknya masih membutuhkan alat RT-PCR tambahan guna mempercepat proses pemeriksaan. Meski sebelumnya, pemerintah pusat telah memberikan dua alat PCR.

“Tapi alat yang dibantu itu untuk Kalsel, dan uji swab bukan hanya Kota Banjarmasin. Bahkan hingga melayani pasien dari Kalteng,” ujarnya.

BACA JUGA : Tiga Pejabat Pusat Datang, BBTKLPP Banjarbaru Ditambah Dua Unit PCR Covid-19

Bahkan, Ibnu mendengar informasi yang masuk kepadanya bahwa masih terdapat sekitar 2.800 sampel warga reaktif berdasar rapid test yang belum diperiksa. Sebab, tim laboratorium membutuhkan waktu 15 hingga 20 hari untuk mengujinya.

Ibnu mengatakan, Kota Banjarmasin saja saat ini terdapat 500 sampel warga reaktif yang belum dilakukan tes swab di RT-PCR.

Ia pun mendorong agar Pemkot Banjarmasin menambah atau membeli alat RT-PCR sendiri, agar proses pemeriksaan tes swab tersebut bisa keluar lebih cepat hasilnya.

“Paling tidak satu lagi penambahan alat. Dengan kapasitas 150 atau 96 sampel per hari. Kalau misalkan ada 500 sampel, setidaknya lima hari selesai,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor DidI G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.