Angka Kematian Tinggi Akibat Covid-19 di Kalsel Didominasi Kelompok Rentan dan Kluster Gowa

0

MEMPERCEPAT pemeriksaan spesimen dari para terduga penderita Covid-19, pemerintah pusat pun menambah dua alat PCR di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BBTKLPP) di Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

SELAIN itu, Presiden Joko Widodo melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 RI juga menyerahkan empat unit ventilator, plasma daerah, alat pelindung diri (APD), oksigen, vitamin C dan bantuan lainnya.

Ketua Gugus Tugas Covid-19 RI, Letjen TNI Doni Monardo, mengakui saat ini pemeriksaan specimen menumpuk di BBTKLPP Banjarbaru, karena bukan hanya berasal dari Kalimantan Selatan, namun juga provinsi tetangga, Kalimantan Tengah.

“Soal bantuan itu, nanti Pemprov Kalsel dan Dinas Kesehatan yang akan mengaturnya. Kini, tinggal mendorong kemampuan pemeriksaan specimen di BBTKLPP di Banjarbaru dengan penguatan sumber daya manusianya,” ucap Doni.

BACA : Tiga Pejabat Pusat Datang, BBTKLPP Banjarbaru Ditambah Dua Unit PCR Covid-19

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini mengungkapkan berdasar data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kalsel ternyata yang banyak terjaring kasus Covid-19 justru orang tanpa gejala (OTG).  

“Sebab, dari keterangan Kepala Dinkes Kalsel menyebutkan 75 persen dari pemeriksaan spesimen PCR ternyata adalah yang tidak menunjukkan gejala. Ini harus menjadi hati-hati, jangan sampai mendekati kelompok rentan,” tutur Doni.

Jenderal bintang dua TNI AD ini menegaskan termasuk dalam kelompok rentan atau berisiko tinggi terjangkit Covid-19 adalah orang usia lanjut dan penderita diabetes (kencing manis).

“Bagi penderita diabetes harus disiplin protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak. Jangan sepele dan harus hati-hati. Sebab, masih ada bibit Covid-19 yang masih berkeliaran di Kalsel,” cetusnya.

BACA JUGA : Pakar Kesehatan ULM Pertanyakan Tingkat Infeksi Covid-19 Di Kalsel Terus Meninggi, Ada Apa?

Doni juga mengingatkan bagi orang yang termasuk dalam kluster Gowa di Kalimantan Selatan agar dengan sadar diri untuk memeriksakan diri. Khususnya, melakukan observasi baik kedaerahan wilayah maupun kelembagaan.

“Sebab, berdasar data Dinkes Kalsel, terdata ada lebih 2.000 orang yang mengikuti acara di Gowa, Sulawesi Selatan. Ternyata, hanya terdaftar 900 orang, makanya kami minta untuk suka rela memeriksakan diri ke petugas kesehatan setempat,” kata Doni.

BACA JUGA : Kasus Terus Melonjak, Penelusurun Gugus Tugas Banjarmasin Catat Ada 5 Kluster Covid-19

Sebab, beber dia, dengan begitu bisa diketahui apakah bersangkutan positif atau negatif Covid-19. Jika positif dengan gejala ringan, bisa dirawat di rumah atau isolasi mandiri. Berbeda jika berat, maka harus dirawat di rumah sakit.

“Nah, jika tidak terdeteksi, maka untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19 di Kalsel akan terkendala. Sebab, akan banyak orang terpapar,” tuturnya.

Berbeda jika yang terpapar itu dari kalangan muda dengan daya tahan tubuh, bisa sembuh sendiri. Namun, ketika yang terpapar adalah kelompok rentan dan risiko tinggi, bisa berakibat kematian.

Ironisnya, menurut Doni, dari data Dinkes Kalimantan Selatan dan Banjarmasin, justru pasien dari kluster Gowa justru yang lebih banyak mengalami kematian akibat terinfeksi Covid-19.

“Ternyata 60 persen angka kematian di Kalimantan Selatan justru berasal dari orang-orang yang mengikuti acara di Gowa, Sulawesi Selatan. Ini yang harus kita dorong kesadaran diri dari mereka untuk memeriksakan diri, karena dampaknya sangat berbahaya,” tuturnya.

BACA JUGA : Bandara Syamsudin Noor Dibuka, Walikota Banjarmasin Khawatir Ada Kluster Baru Covid-19

Terakhir, Doni meminta agar diterapkan maksimal kolaborasi berbasis peran komunitas, sehingga kearifan lokal yang ada di Kalsel bisa dimanfaatkan dalam peran sosialisasi dan edukasi serta upaya penelusuran Covid-19. Doni menyebut di sini pelibatan tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat sangat mutlak dilakukan Pemprov Kalsel.

“Bagi penderita Covid-19 yang sudah sembuh juga bisa menyumbangkan plasma darahnya. Karena, terbukti dengan metode plasma darah bisa menyembuhkan pasien Covid-19 bergejala berat,” imbuhnya.(jejakrekam)

Penulis Balsyi/Didi GS
Editor DidI G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.