Pakar Kesehatan ULM Pertanyakan Tingkat Infeksi Covid-19 di Kalsel Terus Meninggi, Ada Apa?

1

KASUS warga Kalimantan Selatan yang terpapar virus Corona (Covid-19) melejit tajam belakangan ini. Hingga akhirnya, status Kalimantan Selatan yang awalnya bisa menerapkan new normal atau tatanan kehidupan baru dicabut pemerintah pusat.

GURU besar ilmu kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Prof Dr Husaini mengungkapkan memang semakin tinggi temuan kasus Covid-19, justru semakin baik.

“Berdasar perspektif kajian kesehatan masyarakat bahwa semakin massif petugas melakukan tracing dan tracking dalam mendapatkan kontak sucpect, kemudian dilakukan testing dan mendapatkan kasus Covid-19 positif, maka itu semakin bagus,” papar Husaini kepada jejakrekam.com, Jumat (5/6/2020).

Menurut dia, hal itu menunjukkan kerja surveilans baik tingkat provinsi, kabupaten/kota di suatu wilayah justru bagus. Bahkan, beber Husaini, temuan itu menjadi salah satu syarat wilayah menuju new normal harus signifikan melakukan tes massal berupa tes PCR.

BACA : Bersiap Menuju New Normal, Pakar Kesehatan Ingatkan Vaksin Covid-19 Belum Ada

“Jadi, bila tracer dilakukan oleh petugas yang profesional, kompeten dan tangguh baik jumlah maupun kualitas serta yakin tidak ada yang lepas rantai pelacakannya, sudah tentu bisa dengan tepat menemukan orang suspect,” papar Ketua Program Studi S2 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM ini.

Berikutnya, menurut dia, bisa lebih awal melakukan treatment (perawatan) sehingga harapannya tidak begitu parah serta lebih efektif dalam memutus rantai penularan CV-19 ini, daripada sebaliknya.

Husaini menyarankan agar tracing sebaiknya tidak pada  kontak erat kasus saja, tetapi harus pada tahap rantai ke 1, 1(1), 1(2), 1(3);  2. 2(1), 2(2), 2(3);  3, 3(1), 3(2), 3(3) dan seterusnya.

“Tentu seberapa kontak tentu rantai kontak lebih banyak lagi. Untuk daerah/wilayah yang mempunyai angka CFR (rasio tingkat kematian) dan attack rate (AR) yang tinggi tentu lebih banyak lagi dilakukan tracing, tracking dan tes masal PCR,” beber Husaini.

BACA JUGA : Lawan Covid-19, Pakar Kesehatan ULM Saran Bangkitkan Optimisme Masyarakat

Di Kalimantan Selatan, masih menurut dia, case fatality rate (CFR) dari yang ada saat ini pada 5 Juni 2020 yakni masih 7,66 persen dan tergolong masih tinggi. 

Dari kata kajian kesehatan, Husaini mengatakan semakin massif melakukan testing maka semakin berhasil. Namun, hal itu berbeda dari persepsi masyarakat ini malah terbalik, karena persepsinya semakin banyak ditemukan kasus positif maka gagal pemerintahan.

“Untuk itu, tugas Satgas Covid-19 atau siapa saja mestinya menyosialisasikan, dan harusnya berpikiran bahwa semakin ditemukan kasus positif semakin bagus untuk secepatnya dilakukan treatment. Namun, di sisi lain, masyarakat tidak bisa disalahkan juga karena sosialisasi masih perlu dilakukan,” paparnya.

BACA JUGA : Laju Virus Corona Tak Terkendali, Para Pakar Kritisi Kebijakan PSBB

Ketua Dewan Pakar DPD Forum Intelektual Dayak Nasional (FIDN) Kalimantan Selatan ini mengatakan justru yang dipertanyakan adalah ketika kabupaten dan kota malah temuan kasus Covid-19 rendah.

“Apa iya seperti itu? Tapi, saya sarankan bukan tes yang rapid test (antibodi) tapi polymerase chain reaction (PCR) itu dilakukan sebanyak-banyaknya sesuai temuan tracer yang profesional, kompeten  dan andal,” ungkapnya.

Selain itu, Husaini menekankan perlunya perhatian serius dengan angka attact rate (AR) atau tingkat keterpaparan atau tingkat infeksi di masyarakat oleh pemangku kepentingan penanganan Covid-19.

Sebab, beber dia, berdasar data Provinsi Kalsel per 3 Juni 2020, AR =22,51 per 100.000 jumlah penduduk di Kalimantan Selatan, sehingga secara nasional angka ini nomor 4 dari 34 provinsi.

BACA JUGA : Setop Gunakan Rapid Test dalam Screening COVID-19

Bandingkan, data pada tanggal 4 Juni 2020, derajat AR di Kalsel adalah 26,53 per 100.000 jumlah penduduk. Kemudian, pada 5 Juni 2020, tercatat 28,18 per 100.000 jumlah penduduk.

“Ini jadi pertanyaan yang mendasar. Ada apa dengan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan ini dalam tiga hari berturut-turut angka AR selalu meningkat,” kata Husaini.

Menurut dia, sejatinya  untuk menghindari penularan Covid-19 ini sudah ada “vaksin”. Namun vaksin ini bukan berupa obat diminum dan bukan vaksin injeksi.

“Vaksin (proteksi diri) itu sejatinya sudah dijalankan oleh masyarakat yakni selalu pakai masker keluar rumah, jaga jarak 1,5 meter, hindari kerumuman dan rajin cuci tangan secara berkala,” ujarnya.

Pakar ilmu kesehatan masyarakat Fakultas Kedokteran ULM

Menurut Husaini, jika hal ini diterapkan secara taat oleh masyarakat maka 85 sampai 90 persen mampu menghindari terkena Covid-19 berdasar WHO.

Kata dia lagi, sisi lain yang sangat berperan dalam hal pelayanan dan penanganan pasien Covid-19 adalah fasilitas kesehatan baik kuantitas dan kualitas menjadi penentu dalam kecepatan penangan pasien atau orang status suspect Covid-19.

“Tentu  dengan harapan mampu menekan terjadinya CFR di suatu tempat fasilitas kesehatan tersebut. Sedangkan hal lain yaitu tempat karantina atau isolasi yang diadakan pemerintah daerah setempat dilakukan sesuai kelompok yang bersamaan masuk ruangan/tempatnya,” ucapnya.

BACA JUGA : Kejar dengan Rapid Test dan Swab, Kasus Covid-19 di Kabupaten Banjar Naik Dua Kali Lipat

Pakar ilmu kesehatan ini menyarankan jangan sampai digabung dengan orang yang sudah hampir selesai masa karantina/isolasi yang barangkali sudah negatif, sembari menunggu hasil tes PCR nya.

“Jika digabung dengan orang yang baru masuk karantina/isolasi, ini dimaksudkan untuk menghindari kontak dengan orang yang baru masuk. Kemudian jika melakukan isolasi mandiri di rumah masing-masing, perlu perhatian dan pengertian khusus dari pihak keluarga dan masyarakat sekitar. Termasuk, pihak lainnya,” urainya.

Husaini mengatakan peningkatan disiplin masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan lebih penting lagi guna menghilangkan stigma negatif di tengah-tengah masyarakat.

“Alternatif solusi untuk mengatasi Covid-19 ini yaitu kampanye besar-besaran di tengah masyarakat, bahwa pandemi Covid-19 adalah musuh kita bersama. Karenanya, kita semua berkewajiban untuk memerangi dan memenangkannya,” imbuh Husaini.(jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor DidI G Sanusi
1 Komentar
  1. Ramadhany berkata

    Mudahan cepat pulih warga banjar dan faksinya nanti ditemukan di banjarmasin ya

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.