Berawal dari Dalam Pagar, Lahir Pondok Pesantren di Tanah Banjar

0

SEBELUM Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary yang dikenal dengan Datu Kalampayan pulang ke Tanah Banjar, usai menimba ilmu di Makkah Al Mukarramah selama 50 tahunan, justru di wilayah Kesultanan Banjar telah berdiri lembaga pendidikan Islam semi formal.

PENELITI sejarah Islam UIN Antasari Banjarmasin, Humaidy membeberkan di Banua Halat, sebuah perkampungan masyarakat Banjar berbatasan dengan pemukiman Dayak Bukit, Pegunungan Meratus, telah berdiri lembaga pendidikan.

“Konon, di tempat itu, Datu Suban, ada pula yang menyebut Datu Sya’iban ibnu Zakaria Zulkifli, dikenal sebagai gurunya Datu Muning, mengajarkan ilmu tasawuf tingkat tinggi bernuansa wujudiyah dan sangat filosofis,” ucap Humaidy kepada jejakrekam.com di Banjarmasin, Senin (29/1/2019).

Di kampung Banua Halat yang kini masuk Kecamatan Tapin Utara, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, Datu Suban dikenal sebagai seorang mahaguru.

BACA :  Datu Kandang Haji, Pengasas Pendidikan Islam Tertua Tanah Banjar

Menurut Humaidy, sebutan ini layak disematkan kepada Datu Suban karena merupakan ulama besar yang melahirkan ulama-ulama lainnya di Tanah Banjar, seperti Datu Sanggul, Datu Nuraya, Datu Karipis, Datu Mayang Sari, Datu Diang Bulan, Datu Labaiduliman, Datu Amun, Datu Tamingkarsa, Datu Kabuldatu, Datu Niang Thalib, Datu Ghanun, Datu Tambal dan Datu Bangkala.

Peneliti senior dari Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin ini juga mendasarkan argumennya pada  bukti artefak-situs makam para datu itu.

“Di Kampung Banua Halat, kemudian dibangun Masjid Al-Mukarramah oleh Haji Syafrullah atau lebih dikenal sebagai Datu Ujung, yang alim dan sakti mandraguna,” tutur Humaidy.

Menurut dia, masjid berarsitektur ‘tumpang talu’ perpaduan seni bangunan ala Kesultanan Demak dan Banjar ini diyakini merupakan tempat belajar mengajar agama Islam, di samping sebagai wadah ritual keagamaan.

BACA JUGA :  Dari Halaqoh, Terbitlah Ulama Besar di Tanah Banjar

“Namun, dari bukti yang ada, Banua Halat masih belum bisa dipastikan sebagai lembaga pendidikan Islam semi formal tertua di Kalimantan Selatan. Ya, kekurangan berbagai aspek sebagai syarat seperti dialami wadah belajar mengajar agama Islam yang dididirkan Datu Kandang Haji,” tuturnya.

Barulah ketika Datu Kalampayan pulang ke kampung halaman di Martapura, pada bulan Ramadhan 1186 Hijriyah atau 1772 Masehi, Sultan Banjar memberi sebidang tanah perwatasan kepada sang ulama.

“Babat alas ini kemudian dijadikan perkampungan sebagai pusat pendidikan Islam di era Kesultanan Banjar bernama Dalam Pagar. Berada di bantaran Sungai Martapura, maka komplek bangunan dibentuk menjorok ke darat jauh tepian agar terhindar dari erosi bantaran sungai,” papar Humaidy.

BACA JUGA :  Sungai Tuan, Karya Besar Tuan Syekh Muhammad Arsyad

Dalam risetnya, magister pendidikan sejarah Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini mengungkapkan di Kampung Dalam Pagar, dibangun rumah Datu Kalampayan dan sebuah langgar yang berada di samping rumah.

“Kemudian, dibangun lagi perumahan buat anak-anak dan murid Datu Kalampayan yang berada di sebelah kiri rumah ulama ini. Berjejer berseberangan menuju pinggiran sungai. Di bagian tengah dibikin jalan setepak menuju ke sungai. Seluruh komplek perumahan ini dibangun pagar,” tutur Humaidy.

BACA LAGI :  Menuju Haul ke-212 Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary di Dalam Pagar Martapura

Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Antasari ini juga mengutip hasil penelitian Ahmad Basuni yang termuat dalam sebuah buku menatakan bahwa lembaga pendidikan Islam yang dibangun Datu Kalampayan ini bernama Dalam Pagar merupakan sebuah pesantren.

“Kriteria pesantren ini terpenuhi, karena ada guru, murid, langgar dan asrama. Dengan begitu, maka Dalam Pagar bisa dikatakan sebagai lembaga pendidikan Islam semi formal tertua di Kalimantan Selatan,” tuturnya.

BACA LAGI :  Nilai Adiluhur dari Ornamen Rumah dan Masjid-Masjid Kuno di Ranah Banjar

Bukti komplek ‘perguruan’ Dalam Pagar hingga kini masih bisa disaksikan keberadaannya. Menurut Humaidy, sesudah mangkatnya Datu Kalampayan, pengelolaan Syekh Abu Su’ud, kemudian Syekh Syihabuddin, lalu Syekh Abdussamad, terus Syekh Abdurrahman Siddiq, berikutnya Tuan Guru H Zainal Ilmi.

“Dari sederet kepemimpinan para ulama besar ini, maka Dalam Pagar menjadi pusat pendidikan Islam Kesultanan Banjar yang begitu bersinar terang. Saat itu, Dalam Pagar bukan saja telah menjadi pusat pendidikan Islam, tapi juga pusat ekonomi dan salah satu lumbung padi kerajaan,” beber Humaidy.

Ia menyebut para zuriat Datu Kalampayan di samping merupakan ulama, mereka juga orang-orang kaya sehingga untuk pergi menuntut ilmu ke tanah suci tak menjadi persoalan.

“Sejak kepemimpinan Tuan Guru H Zainal Ilmi, Dalam Pagar pada tahun 1931M telah berganti dipimpin Tuan Guru H Muhammad Thaha dengan memperbaharui pendidikan dengan mengadopsi sistem klasikal dan memberi nama lembaga pendidikan Islamnya sebagai Madrasah Al-Istiqamah,” ungkapnya.

BACA LAGI :  Laku Sufisme dan Jalan Suluk Warnai Bentukan Masjid di Tanah Banjar

Berikutnya, menurut Humaidy lagi, pada 1950 namanya berganti menjadi Madrasatussyar’iyah era kepempinan Tuan Guru H Salman Jalil dan Tuan Guru H Abdurrahman Ismail.

Berselang 10 tahun berikutnya, pada 1960 berganti menjadi Madrasah Sullamul Ulum, era kepemimpinan Tuan Guru H Anang Sya’rani Arif. Lalu, pada 1980, namanya berubah lagi menjadi Pondok Irsyadi, era kepemimpinan kolektif Tuan Guru HM Fadlil Zein, Tuan Guru H Abdul Hamid, Tuan Guru H Irsyad Zein dan Tuan Guru H Ahmad Daudi.

“Jadi, Dalam Pagar sekali lagi bisa ditegaskan sebagai lembaga pendidikan Islam semi-formal (formal) tertua di Kalimantan Selatan. Sesudah itu, baru Langgar Baloteng (Langgar Barangkap di Nagara, kemudian PP Darussalam di Martapura,” ucapnya.

Seiring itu pula, Humaidy menyebut berdiri Pesantren Modern Rakha di Amuntai, PP Ibnul Amin, Pamangkih (Barabai), berikut PP Al-Falah, Landasan Ulin (Banjarbaru), hingga Ponpes Ibnu Mas’ud, Kandangan dan seterusnya.(jejakrekam)

 

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2019/01/29/berawal-dari-dalam-pagar-lahir-pondok-pesantren-di-tanah-banjar/,asal nama desa dalam pagar Martapura,Pondok Pesantren Dalam Pagar Martapura,Ponpes sullamul ulum dalam pagar,sejarah datu tambal,Sisilah datu bangkala
Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.