Bersaing Obat Modern, Produsen Obat Tradisional Kalsel Tembus Pasar Nasional

0

PASAR obat-obatan tradisional kian menggeliat. Terutama obat-obatan hasil racikan atau ramuan herbal, hewani, mineral serta sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan-bahan tersebut.

RESEP ramuan yang dijaga secara turun temurun ini, ternyata masih mendapat tempat di hati para konsumen di Indonesia. Ada tiga macam obat dikenal berdasar bahan dasarnya dari alam, yakni jamu, obat herbal tersandar dan fitofarmaka.

Membidik pasar konsumen obat-obatan tradisional di Kalimantan Selatan, PT Surya Borneo Higienis pun menekuni bisnis pengolahan dan pemasaran obat-obatan di luar pabrik kimia. Perusahaan obat tradisional ini mendirikan pabrik untuk memproduksi 10 jenis obat tradisional di Jalan Gubernur Soebarjo, Lingkar Selatan Km 11, Basirih, Banjarmasin Selatan.

BACA : Disita 27.233 Produk Ilegal, BPOM Jerat Pidana Dua Pemilik Toko Bandel

Pemilik PT Surya Borneo Higienis, Zulnedi mengungkapkan perusahaannya telah memiliki sertifikat cara pembuatan obat tradisional yang baik (CPOTB).

“Sejak berdiri perusahaan ini, kami sudah memproduksi 10 jenis obat-obatan tradisional dengan berbagai merek,” ucap Zulnedi kepada awak media di Banjarmasin, Rabu (13/11/2019).

Dia menyebut 10 obat-obatan tradisional yang diproduksi antara lain Paku Mas, Pastea, Badabet, Asinon, Herten, Sarilon, Baginja serta Zulhan. “Semua obat tradisional ini berguna untuk memelihara kesehatan manusia dalam jangka panjang dan tidak mengandung zat kimia. Sebab, bahan bakunya alami yang didapat dari bumi Kalimantan dan Indonesia seperti pasak bumi dan lainnya,” kata Zulnedi.

BACA JUGA : Datoe Bukit dan Hutan Meratus yang Menyimpan Mozaik Tumbuhan Berkhasiat

Saat ini, menurut dia, dari sekian banyak produk obat-obatan tradisional yang dihasilkan PT Surya Borneo Higienis, yang paling digemari konsumen adalah Paku Mas dan Postea. Zulnedi menyebut kedua obat tradisional itu dapat membantu memelihara stamina tubuh. Bahkan, obat-obatan dari pabriknya telah menembus pasar di luar Kalsel.

“Kami telah mengirim produk-produk andalan kami ke Kalteng, Pekanbaru, Batam, Surabaya, Semarang dan Jakarta. Bahkan, di apotek-apotek yang ada sudah dijual produk yang kami olah,” ucap Zulnedi.

Ia mengaku tren penjualan obat tradisional agak sendiri lambat, dibandingkan obat-obatan modern. Menurut dia, asumsi masyarakat yang ingin cepat sembuh dengan obat-obatan kimia, lebih banyak dipilih. “Ya, dibandingkan obat tradisional yang lambat mengobati penyakit. Namun, dari sisi lain, bisa memelihara kesehatan kita dalam jangka panjang,” ujar Zulnedi.

BACA LAGI : Kayu Bajakah Obat Kanker, Khasiat Kelakai Diteliti Fakultas Kedokteran ULM

Di samping itu, menurut dia, lambatnya respon pasar terhadap obat-obatan tradisional, akibat masih maraknya produk ilegal yang mengandung bahan kimia yang dilarang dan tidak memiliki izin edar.

Akibatnya, beber Zulnedi, hal itu sangat meresahkan masyarakat karena kualitasnya tidak memenuhi standar kesehatan, sehingga ini pihak aparat penegak hukum dan BPOM merazia toko-toko obat yang menjual barang ilegal itu.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Didi GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.