Datoe Bukit dan Hutan Meratus yang Menyimpan Mozaik Tumbuhan Berkhasiat

0

KHAZANAH keaneragamaan hayati di barisan Pegunungan Meratus bukan sebuah legenda atau mitos. Namun, di tengah ancaman korporasi rakus yang ingin mengeruk kekayaan perut bumi dan mengubah ekosistem pegunungan yang membentang sepanjang kurang lebih 600 kilometer, menjadikan aset tak tertera nilainya bakal punah.

PEGUNUNGAN Meratus dengan mozaik flora dan fauna, dengan hutan hujannya menjadi sumber kehidupan, khususnya bagi masyarakat adat yang bermukim turun temurun dari generasi ke generasi.

Bukan hanya kayu dan rotan, ada beberapa tumbuhan yang memiliki khasiat sebagai obat-obatan tradisional di tengah modernitas masyarakat yang ketergantungan dengan penawar pabrikan.

“Sebenarnya, dengan potensi obat herbal yang ada di Pegunungan Meratus bisa dikembangkan dan dimanfaatkan dalam mendukug industri dan bisnis obat tradisional,” ucap Abdul Hakim, pegiat lingkungan asal Birayang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), Kalsel ini kepada jejakrekam.com, Selasa (11/7/2019).

Buah ulur-ulur di Hutan Meratus yang berkhasiat untuk penyakit ambien.

 

BACA : Di Bawah Bayang Korporasi, Nasib Pegunungan Meratus HST Tergantung Suksesi 2020

Pria yang akrab disapa Datoe Bukit ini menyatakan alasan terancamnya kekayaan hayati di Pegunungan Meratus, khususnya di Kabupaten HST menjadi alasan kuat menolak segala bentuk pertambangan, utamanya batubara dan industri monokultur sawit.

“Bagi masyarakat lokal, obat herbal dari hutan dan bukit Pegunungan Meratus sudah terbukti khasiatnya. Seharusnya, dengan kekayaan alam yang diberikan Sang Kuasa itu dijaga, bukan malah dirusak dengan mengizinkan tambang dan sawit yang jelas banyak mudharatnya,” kata Datoe Bukit.

Menurut dia, justru pertambangan itu tak terbukti menyejahterakan masyarakat, padahal potensi kekayaan hayati itu menjadi prospek cerah dalam mengangkat derajat perekonomian masyarakat lokal.

Tergabung dalam gerakan #SaveMeratus, Datoe Bukit mengatakan Bumi Murakata HST merupakan benteng terakhir Pegunungan Meratus yang belum terjamah industri ‘emas hitam’ dan monokultur, sehingga harus dijaga dan tak boleh sejengkal tanah pun diberikan.

Pria yang gemar menjelajahi kawasan Pegunungan Meratus di Kabupaten HSS, Hulu Sungai Selatan (HSS) dan Balangan ini, telah mendata potensi kekayaan obat herbal yang ada di barisan perbukitan membelah Kalsel, Kalteng hingga Kaltim itu.

“Pertambangan dan lainnya jelas merusak tatanan lingkungan hidup dan sosial masyarakat. Ini bukan mitos, tapi menjadi fakta yang terjadi di berbagai daerah khususnya Kalsel,” ucap pria berjanggut yang aktif mengunggah cerita perjalanan dan kekayaan hayati di Pegunungan Meratus di akun facebooknya.

Pemerhati kehidupan komunitas Dayak Meratus ini mengungkapkan dari sumber referensi yang dibacanya, di Indonesia sendiri terdapat 30.000 jenis tumbuhan obat. Namun, sumber daya hayati tersebut belum dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan masyarakat. Bahkan, aru sekitar 1.200 spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan dan diteliti sebagai obat tradisional.

“Khususnya di hutan Meratus, ada tanaman saluwang bilung atau dalam bahasa latin disebut Lavanga sarmentosa atau Blume kurz yang sudah sejak lama digunakan  masyarakat sebagai obat herbal kuat lelelaki,” paparnya.

BACA JUGA : SK Menteri ESDM Janggal, Pakar Hukum : Izin Tambang MCM Perlu Dievaluasi

Datoe Bukit mengungkapkan saluwang bilung hanya satu dari kekayaan alam Meratus yang sudah lama menjadi penawar herbal. Ini belum  lagi,  tanaman lainnya seperti buah ulur-ulur untuk mengobati ambien. Lalu, akar kajar untuk penawar nyeri haid, kayu rahwana, serta buah ulin untuk mengatasi ubanan. Semua ada di hutan Meratus.

“Ini menjadi bukti kekayaan hayati Meratus. Anehnya, keberadaan tanaman berkhasiat ini akan terancam punah, akibat adanya izin tambang batubara PKP2B tahap operasi oleh Kementerian ESDM untuk PT Mantimin Coal Mining (MCM)  membentang di tiga blok, HST, Balangan dan Tabalong,” papar Datoe Bukit.

BACA LAGI : Ayo, Selamatkan Plasma Nutfah Buah Endemik Kalimantan

Ia meminta agar para pengampu kepentingan dan pemegang kuasa, jangan menyengsarakan rakyat dengan menggerus kekayaan hayati, flora dan fauna di Pegunungan Meratus.

“Ancaman pertambangan dan perkebun sawit harus tetap digelorakan. Ini demi menjaga kekayaan alam Meratus yang harusnya bisa diwariskan kepada anak cucu. Mereka harus tahu apa saja yang diwariskan para leluhurnya,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Gian
Editor DidI GS

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.