Saat New Normal, Jangan Sampai Kalsel Alami Gelombang Kedua Kasus Covid-19

0

SECARA epediomologi jika satu orang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19, maka berpotensi menularkan 50 orang yang pernah kontak dengan dirinya. Inilah yang kini terus ditelusuri tim surveilans diterjunkan Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel.

HAL ini diungkap Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalimantan Selatan, Abdul Haris Makkie dalam diskusi virtual digelar jejakrekam.com, bertajuk Solusi Covid-19 Kota Banjarmasin; PSBB (Lanjutan), New Normal dan Darurat Pasca PSBB di aplikasi Zoom, Minggu (14/6/2020).

Diskusi virtual ini juga menghadirkan Ketua Fraksi Golkar DPRD Banjarmasin Sukhrowardi, Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Kalsel yang juga pemerhati sosial kemasyarakatan, Subhan Syarief serta Direktur Eksekutif Borneo Law Firm (BLF) yang merupakan praktisi hukum muda, Muhammad Pazri. Diskusi juga diikuti peserta berbagai latar yang dipandu wartawan kawakan TVRI Kalsel, M Rasyidi.

BACA : Kasus Covid-19 Kalsel Diprediksi Memuncak di Juli, New Normal Efektif Bulan Agustus

Hingga per data Minggu, angka kematian pasien Covid-19 di Banjarmasin sebanyak 95 orang. Sedangkan, se-Kalimantan Selatan terdata ada 128 orang, hingga pukul 16.00 Wita, berdasar data Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel dan GTPP Kalsel.

“Memang, untuk menelusuri kasus Covid-19 saat ini diskenariokan dengan berbagai cara, baik melalui tracking, tracing dan testing (3T). Salah satunya, melalui rapid test dan swab test massal. Semakin banyak kita dapatkan kasus Covid-19, tentu akan lebih mudah memetakan dan upaya pemulihannya,” tutur Haris Makkie.

Sekdaprov Kalsel ini mengakui memang Banjarmasin masih berada di puncak kasus Covid-19 meski sudah melaksanakan PSBB, dibandingkan kabupaten dan kota lainnya di Kalsel. Namun, Haris tak menepis jika angka kematian juga lebih tinggi, maka ada hal yang harus segera dibenahi.

“Nah, jika ada satu orang meninggal dunia berdasar kajian epidemiologi, berarti ada 50 orang berpotensi ikut terjangkit. Ini yang harus kita lacak dan dapatkan agar memudahkan dalam penanganan kasus Covid-19,” kata Haris.

BACA JUGA : Pakar Kesehatan ULM Pertanyakan Tingkat Infeksi Covid-19 di Kalsel Terus Meninggi, Ada Apa?

Untuk itu, Haris menekankan pentingnya upaya penyadaran dan pelibatan masyarakat dalam gerakan menangkal penyebaran virus Corona, melalui program kampung tangguh Banua.

“Pola ini kami adopsi dari Jawa Timur, sehingga diterapkan berdasar kearifan lokal masyarakat kita. Dengan adanya kampung tangguh Banua ini, upaya penyadaran betapa pentingnya memutus mata rantai penyebaran virus Corona lewat protokol kesehatan akan menjadi budaya masyarakat saat menuju new normal nanti,” katanya.

Menurut Haris, Pemprov Kalsel sendiri menargetkan dengan upaya 3T, perawatan dan pemulihan pasien Covid-19, maka pada Agustus 2020 mendatang, kurva kasus Corona bisa melandai, dibarengi dengan budaya baru masyarakat yang sadar dan patuh dengan protokol kesehatan.

“Kita akui datangnya Covid-19 ini membuat semua gagap. Bukan hanya Indonesia, negara maju seperti Amerika Serikat pun mengalami yang serupa. Bahkan, jika tak berpikir virus yang asalnya dari Wuhan, Tiongkok bisa menyebar ke seluruh dunia. Makanya, kita jangan beranggapan enteng,” tutur Haris.

BACA JUGA : Prihatin, Kepala Dinkes Sebut Tingkat Kematian Covid-19 di Banjarmasin Tertinggi di Dunia

Menurut Haris, ketika Kalsel memasuki new normal efektif pada Agustus 2020 mendatang dengan ditandainya kurva kasus Covid-19 kian melandai, maka budaya baru dengan berpegang pada protokol kesehatan akan efektif untuk terus menekan orang terinfeksi Corona.

“Kita tak berharap terjadi kasus Covid-19 gelombang kedua. Bayangkan saja, saat sekarang pada gelombang pertama, betapa gagapnya kita dengan keterbatasan tenaga medis, fasilitas, anggaran dan lainnya,” urainya.

“Makanya, kita harus antisipasi saat new normal itu jangan sampai justru menjadi gelombang kedua kasus Covid-19. Sebab, kita harus belajar dari sejarh kasus pandemi serupa seperti Flu Spanyol atau penyakit menular lainnya, justru saat gelombang kedua lebih banyak memakan korban di dunia,” imbuh Haris.(jejakrekam)

Penulis M Syaiful Riki
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.