Silaturahmi Dengan Habaib Dan Ulama, Anies: Pemerintah Tidak Boleh Berjarak Apalagi Memusuhi Ulama

0

CALON Presiden Anies Baswedan melakukan kampanye di Banjarmasin, ada beberapa titik yang didatangi oleh mantan Gubernur DKI Jakarta ini, Selasa (5/12/2023).

DALAM rancangan pertemuan Anis Rasyid Baswedan di Banjarmasin, salah satu agendanya adalah bersilahturahmi dengan Alim Ulama Kalimantan Selatan, di Hotel Galaxy Banjarmasin.

Mengenakan pakaian putih dengan peci hitam, Anies disambut ratusan orang, yang terdiri dari habaib, ulama, dan tokoh masyarakat Banua yang hadir di acara tersebut.

BACA: Sembako Larang Banar, Jalan Rusak Kada Dibaiki, Sekolah Larang Banar, Anies: Akan Kita Tuntaskan

Dalam sambutannya Anies mengatakan, sangat bersyukur bertemu dengan para Habaib dan Alim Ulama di Kalimantan Selatan. “Sesungguhnya lebih tepat saya mendengarkan nasehat, saya mendengarkan petunjuk dari para alim ulama, karena salah satu komitmen kami dalam perubahan nanti, pemerintah tidak boleh berjarak dengan ulama, apalagi memusuhi ulama,” ujarnya.

“Ulama ini adalah pendamping, pemberi nasehat, pemberi arah, kepada kita-kita yang ada di pemerintahan. Bukan malah dibalik, dan bukan malah berada dalam posisi dimusuhi,” ucap Anies.

“Jadi, salah satu perubahan ini adalah kita ingin membangun suasana yang teduh, suasana yang nyaman dan aman, sehingga hubungan dengan ulama dan umaro bisa berjalan dengan baik di seluruh wilayah Indonesia,” sambungnya.

“Dan ini semua tokoh agama, bukan hanya umat Islam, tapi juga yang lain, banyak di tempat lain hubungan menjadi kaku,” tambahnya.

Disebutkan, perubahan yang ingin ditawarkan Anies, bahwa agar negeri ini kembali kepada khitohnya, yakni kepada niat awal kenapa negeri ini didirikan.

BACA JUGA: Anies Baswedan Janji Bangun Wasaka Internasional Stadion Di Banjarmasin

Sebelum Republik ini ada, di situ ada penjajahan, ada kolonialisme, dan semua yang berada di sini anak-anak turunan dari pejuang yang membebaskan negeri ini dari penjajahan.

“Tidak ada cerita ulama bagian dari kolonialisme, selalu bagian yang melawan, mengusir penjajah, menggulung kolonialisme. Tujuannya sederhana, kalau kolonialisme ini tidak adil, kekayaan Indonesia yang begitu luar biasa, tapi nusantaranya miskin, negeri penjajahnya kaya,” ujarnya lagi.

“Nah, di sananya kaya, di negeri nusantaranya miskin, ketidakadilan yang luar biasa, kemelaratannya ada di mana-mana, sementara negeri mereka makmur luar biasa dari kekayaan Indonesia,” sambungnya lagi.

“Padahal waktu itu kita ingin merdeka karena kita ingin ada keadilan, karena itu tujuan kita merdeka. Bukan kita sejahtera, kita menginginkan terjadinya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” tuturnya.

BACA LAGI: Kekaguman Anies Baswedan Pada Falsafah Hidup Urang Banjar

“Kalimat itulah yang menjadi kalimat penutup dari deklarasi kemerdekaan kita, tapi selama beberapa dekade ini, kalimat itu tidak dijadikan depan dari kebijakan kita. Kebijakan kita tidak memasukan keadilan dan sebagai unsur utama. Keadilan seakan-akan bukan tujuan utama. Kita menyaksikan ketimpangan yang luar biasa sekarang ini,” beber Anies.

“Ketika ketimpangan itu terjadi, malapetaka bermunculan. Di Kalimantan Selatan ada ketimpangan, ketimpangan antara daerah yang ekologinya baik dengan ekologi rusak, dan munculnya apa? Banjir,” ucapnya.

“Tak berhenti di tempat ini, serta kerusakan lingkungan hidup yang luar biasa, dan kita menyaksikan juga ketimpangan kaya, miskin, kota, desa, negeri, swasta, sekolah agama, sekolah umum, timpang…timpang…timpang, lebih banyak ketimpangan,” sesalnya.(jejakrekam)

Penulis Asyikin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.