Pentas Akbar Berisik 9; Cambuk Awal Perjuangan Sarat Pesan Moral Kepahlawanan

0

PERISTIWA heroik, Jumat 9 November 1945 di Banjarmasin diangkat Sanggar Seni Demokrat FISIP Universitas Lambung Mangkurat (ULM) dalam drama kolosal sarat dengan nilai-nilai kepahlawanan.

BERTAJUK malam seni dan budaya; Dalas Hangit, Dalas Balangsar Dada, Manyarah Kada disuguhkan dalam aksi teatrikal di Gedung Balairung Sari, Taman Budaya Kalsel, Banjarmasin, Jumat (10/11/2023) malam.

Pentas akbar Berisik 9; Cambuk Awal Perjuangan ini menceritakan aksi heroik para pejuang muda di bawah bendera Barisan Pemberontakan Republik Indonesia Kalimantan (BPRIK) dengan komando Muhammad Amin Effendy menyerang tangsi militer NICA Belanda di Jalan Jawa (kini Jalan DI Panjaitan) Pasar Lama dan Benteng Tatas (kini Masjid Raya Sabilal Muhtadin). Hingga aksi pemberontakan para pemuda Banjarmasin itu mengakibatkan hilangnya 9 nyama kesuma bangsa.

“Pertunjukan pentas akbar Berisik 9; Cambuk Awal Perjuangan ini untuk memeringati peristiwa 9 November 1945 di Banjarmasin. Selain itu untuk merayakan milad ke-11 Sanggar Seni Demokrat (SSD) FISIP ULM),” ucap Noorhana dari SSD FISIP ULM Banjarmasin kepada jejakrekam.com, Jumat (10/11/2023) malam.

BACA : Warga Pengambangan-Banua Anyar Minta Tradisi 9 November Dipusatkan di Kampung Tugu

Noorhana menyebut pementasan teatrikal peristiwa heroik dan berdarah para pemuda pada 9 November 1945 itu dimaksudkan guna membangkitkan kembali semangat kepahlawanan di kalangan anak muda.

Pimpinan Produksi Berisik 9 dari SSD FISIP ULM Banjarmasin ini mengatakan sejarah 9 November 1945 sangat melekat dalam memori sosial masyarakat Kalsel, khususnya Banjarmasin. Ini karena, peristiwa perlawanan dari anak muda negeri itu sehari lebih dulu dibandingkan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.

“Memang pementasan seni ini tiap tahun digelar. Namun, untuk tahun ini berbeda karena mengangkat semangat pemuda Banua sebagai refleksi agar terus berkarya bagi negeri,” tutur Noorhana.

BACA JUGA : Cerita Anak Kandung Tokoh Pejuang Laskar BPRIK Amin Effendy Yang Terlupakan Di Peristiwa 9 November 1945

Pesan moralnya adalah agar warga Banjarmasin khususnya kalangan muda mengetahui perjalanan sejarahnya sarat dengan nilai-nilai kepahlawanan terkhusus peristiwa 9 November 1945.

Para pegiat seni dari SSD FISIP ULM ini juga melakoni peran sebagai tokoh BPRIK Muhammad Amin Effendy yang mengomando perlawanan para pemuda terhadap keberadaan NICA-Belanda serta antek-anteknya di Banjarmasin.

Hingga sebuah rumah tempo dulu di Pasar Lama dijadikan markas perjuangan. Usai penyerangan, markas BPRIK usai digempur tentara NICA-Belanda terpaksa dipindah ke Pengambangan yang kini dibangun Tugu 9 November.

BACA JUGA : Menghidupkan Museum Borneo Demi Keabadian Sejarah

Dalam pementasan itu, tampak Amin Effendy berkolaborasi dengan para tokoh pemuda sepert Kadariah, Panglima Halid dari Martapura, Untung, Utuh Darhman, Ruslan dan para pejuang lainnya bahu membahu melakoni perlawanan terhadap penjajah dengan persenjataan seadanya.

Penonton drama Berisik 9; Cambuk Awal Perjuangan, Laila mengaku kagum dengan totalitas para pemain dalam melakoni perannya di atas panggung.

“Terlebih lagi, para pemain ini kebanyakan adalah kalangan mahasiswa, terlihat sekali mereka memahami dan menghayati peran mereka dalam peristiwa 9 November 1945 silam itu,” kata Laila.

BACA JUGA : 9 November 1945, Medan Laga Pasukan Berani Mati BPRIK Amin Effendy

Bagi generasi milenial, Laila menyebut keberadaan Tugu 9 November 1945 di Jalan DI Panjaitan kawasan Kantor KPPN Banjarmasin, dan Kampung Tugu 9 November di Pengambangan selama ini seakan tidak diketahui jejak sejarahnya.

“Harapan kami dengan adanya pertunjukan seni semacam ini bisa mengingatkan kembali peristiwa heroik 9 November 1945 bagi generasi ke generasi jangan sampai dilupakan,” ucap mahasiswa ULM ini.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.