Angka Stunting Banjarmasin Masih 24 Persen, Dari Target Capaian 14 Persen

0

PENANGANAN stunting masih harus menjadi menjadi perhatian penting di Kota Banjarmasin. Pasalnya masih ada target 10 persen lagi yang harus dikejar, agar bisa mencapai target angka sunting nasional.

PEMKOT Banjarmasin berkolaborasi bersama dengan PLN UP3 Banjarmasin, membagikan bantuan gizi berupa bahan sembako kepada anak-anak, bertempat di Kantor Kecamatan Banjarmasin Selatan, Kamis (9/11/2023).

Sedikitnya ada 50 Kepala Keluarga (KK) di Kecamatan Banjarmasin yang menerima bantuan gizi tersebut. “Bantuan ini sebagai upaya untuk perbaikan gizi pada anak stunting dan beresiko stunting di wilayah Banjarmasin Selatan,” ucap Wakil Walikota Banjarmasin H Arifin Noor.

BACA: Kemenkominfo Dorong Generasi Muda Banjarmasin Paham Stunting Sejak Dini

Arifin mengungkapkan, saat ini angka stunting di Kota Seribu Sungai sudah di sekitar 24 persen, dan berada di level angka rata-rata nasional.

Angka itu masih jauh dari 14 persen yang jadi target Kota Banjarmasin dalam penurunan angka stunting. “Target kita penurunan stunting bisa capai 14 persen secara nasional. Tentunya kita terus berupaya untuk itu,” katanya.

Berbagai upaya sudah dilakukan dalam penurunan stunting, melalui berbagai program Pemkot Banjarmasin. Diantaranya perbaikan sanitasi seperti Bebas Buang Air Besar Sembarangan (BBABS), perbaikan gizi anak stunting seperti program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dahsat) dan program lainnya.

“Kualitas lingkungan juga perlu diperhatikan, karena itu berpengaruh pada penurunan angka stunting di Kota Banjarmasin,” tuturnya.

BACA JUGA: Kejar Target Angka Stunting Ke 14 Persen, Pemkot Banjarmasin Fasilitasi Petugas Penyuluh

Sementara itu, Raudah salah satu keluarga penerima bantuan gizi sangat menyambut baik adanya penyaluran bantuan tersebut.

Apalagi anak balitanya yang berusia 36 bulan dinyatakan cenderung beresiko stunting, setelah melakukan pemeriksaan secara rutin di Puskesmas setempat. “Senang sekali, karena makanan bergizi sangat dibutuhkan anak saya yang memang kondisinya cenderung beresiko stunting,” ungkap Raudah.

Raudah berharap program-program seperti ini terus ada karena dapat membantu warga beresiko stunting seperti dirinya. “Semoga penanganan stunting ini jadi kesadaran semua pihak tidak hanya pemerintah saja,” ujarnya.

Tentunya sebagai anak yang beresiko stunting tentunya terus dipantau tumbuh kembangnya oleh petugas puskesmas secara ekslusif, dan mendapat bantuan makanan bergizi.

Warga Pemurus Baru itu mengaku, penyebab sang anak beresiko stunting dikarenakan makanan yang dikonsumsi kurang serat. “Anaknya agak kurang suka sayur dan buah. Untungnya bisa sedikit terpenuhi dengan memakan telur. Seandainya tidak, mungkin anak saya sudah stunting,” tuturnya.(jejakrekam)

Penulis Fery Hidayat
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.