Dari Limbah Membawa Berkah, Tas-Tas Cantik Bekas Tali Pengikat Kardus Datangkan Cuan

0

DARI limbah justru membawa berkah. Kerajinan tangan berupa produk fashion anyaman justru berbahan dari tali pengikat kardus (strap packing) yang terbuang bisa menjadi cuan.

TAS-tas cantik berbahan polypropylene atau nylon khusus yang punya kekuatan lebih dibanding tali biasa maupun tali rumput jepang, tercipta dari tangan para pengrajin anyaman asal Kota Amuntai, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU).

Tak hanya tas, pengrajin yang menjajakan hasil karya dengan menggelar lapak di kawasan Siring Menara Pandang, Jalan Piere Tendean, Banjaramsin, Minggu (29/10/2023) juga dibikin menjadi dompet hingga tikar.

“Tali nilon pengikat kardus ini biasanya dibuang, kemudian kami kumpulkan untuk dianyam oleh para pengrajin di Amuntai. Ternyata, hasil anyaman ini menjadi produk yang digemari dan bernilai ekonomis tinggi,” ucap Amir, pengrajin asal Amuntai kepada jejakrekam.com, Minggu (29/10/2023).

BACA : Diapresiasi Plt Bupati HSU, Pasar Kerajinan di Siring Itik Amuntai Dibuka Tiap Hari Minggu

Dirinya tiap akhir pekan memilih memasarkan produk limbah tali nilon ini di pusat-pusat keramaian yang ada di Banjarmasin, terutama di Siring Tendean dan lainnya.

“Usaha pembuatan dari limbah tali pengikat kardus sudah setahun ini kami geluti. Daripada ditumpuk menjadi sampah, lebih baik diolah menjadi tas, dompet dan tikar yang bisa mendatangkan uang,” kata Amir.

Dengan berbagai motif dan warna, Amir mengakui justru produk anyaman dari bahan limbah ternyata digemari warga Banjarmasin.

“Kami mencoba membuat tikar yang awalnya memakai bahan purun diganti dengan tali nilon untuk dianyam, ternyata hasilnya tak kalau bagus bahkan lebih kuat,” papar Amir.

BACA JUGA : Tikar Purun Jangan Sampai Mengulang Kisah Lampit Amuntai

Dia mengakui kendala yang dihadapi para pengrajin khususnya di Amuntai adalah pemasaran. Sebab, produk yang dihasilkan terpaksa harus dibawa langsung ke Kota Banjarmasin serta kota-kota lainnya di Kalsel, maupun di luar daerah.

“Saya sengaja menggelar lapak di Siring Tendean untuk memperkenalkan produk anyaman dari Amuntai. Memang, saya akui kami masih kurang dibina oleh instansi terkait, khususnya dalam pemasaran produk,” tutur Amir.

Dia berharap ke depan, ada koperasi, toko maupun kios yang menjual aneka barang kerajinan tangan bisa menerima sekaligus menjual produk berbahan limbah tali nilon tersebut.

BACA LAGI : Desain Arangan Terus Digenjot, Kerajinan Tangan Dayak Meratus Makin Diminati

“Kalau dijajakan langsung ke pembeli seperti sekarang memang banyak yang beli. Harganya tidak terlalu mahal hanya Rp 50 ribu per buah untuk tas wanita. Tapi, harganya bisa lebih murah hanya Rp 35 ribu per buah tergantung ukuran dan motif,” beber Amir.

Ratna, warga Banjarmasin saat mengunjungi Siring Tendean menikmati tepian Sungai Martapura tiap akhir pekan mengaku tertarik dengan produk anyaman tali nilon asal Amuntai.

“Tasnya cantik-cantik. Bahkan, unik dibandingkan tas-tas berbahan kulit maupun kulit sentitis yang harganya mahal. Apalagi, harganya sangat terjangkau dan tidak perlu malu saat dibawa ke mana-mana,” kata Ratna, membeli beberapa tas yang dijual Amir. (jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Siti Nurdianti

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.