Penonton ‘Lamah Buluan’ Histeris, Tradisi Manopeng Keluarga Besar Haji Ujang Penuh Hawa Magis

0

MASUK dalam 42 event gelaran dalam ragam budaya, pergelaran tradisi Manopeng penuh hawa magis tetap dilestarikan keluarga besar Haji Ujang di Banyiur Luar, Banjarmasin.

TIAP memasuki bulan Muharram, tradisi tarian dengan topeng dan setiap penari mengalami trance (kerasukan) menjadi suguhan budaya penuh mistik. Tak hanya para penari, para penonton yang diyakini ‘lamah buluan’ dalam penyebutan orang Banjar juga ikutan histeris menjadi sebuah suguhan lain dari tradisi manopeng ini, Minggu (13/8/2023) malam.

Meski sebelum menggelar atraksi tarian magis ini, keluarga besar Haji Ujang telah menyediakan piduduk. Semacam sesajen terdiri dari 41 macam wadai (kue) tradisional Banjar wajib disediakan agar kegiatan terlepas dari aral merintang, khususnya gangguan dari makhluk gaib atau astral seperti jin.

BACA : Berumur Ratusan Tahun, Hawa Magis Dalam Tarian Manopeng Banjar Di Banyiur Luar

Fenomena lamah buluan sendiri dalam ilmu psikolog disebut Schizophrenia atau sebuah gangguan yang terjadi pada fungsi otak. Schizophrenia merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor. Tari topeng atau Manopeng yang tradisi tahunan bagi keluarga besar Haji Ujang, Jalan Ampera, Banyiur Luar RT 13 RW 01, Kelurahan Basirih, Banjarmasin Barat ini merupakan mahakarya yang sudah berumur ratusan tahun.

Jamaknya, seperti tari topeng lainnya di belahan Nusantara, aset budaya ini pun menjadi even yang dijaga oleh Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Banjarmasin. Walikota Ibnu Sina pun menyempatkan diri untuk menonton tarian magis tersebut.

BACA JUGA : Tari Topeng dan Kuda Gipang Dulu, Musik Panting Menyusul

“Keluarga besar Haji Ujang meminta pemerintah kota untuk segera membangunkan pendopo untuk pergelaran tari Manopeng. Termasuk, dermaga akan segera kami kaji untuk bisa direalisasikan,” ucap Walikota Ibnu Sina.

Dengan adanya dua fasilitas itu, Ibnu Sina berharap keluarga besar Haji Ujang dan para penonton bisa terakses dengan mudah guna menyaksikan atraksi tahunan budaya itu.

BACA JUGA: Badewa, Ritus Seni Pengobatan Masyarakat Bakumpai di Kalimantan

Bukan orang sembarangan yang bisa melakoni diri sebagai penari Manopeng. Mereka harus tutus atau zuriat Kakek Samudera alias Kai Ara di Banyuir Luar. Nuansa magis ini terasa diawali dengan tarian ‘para bidadari’ hingga ditutup dengan tarian topeng Sangsakala, serta tokoh-tokoh pewayangan purwa Banjar lainnya. Iringan musik dari gamelan Banjar makin membuat suasana magis terasa, terlebih lagi para penari tampak kerasukan.

Walikota Banjarmasin Ibnu Sina saat diwawancara awak media berjanji akan membangunkan pendopo untuk tempat penari Manopeng dan dermaga bagi akses masyarakat menuju ke lokasi. (Foto Sirajuddin)

————-

Penyelenggara pergelaran tari Manopeng, Fahmi Ferdi Irawan mengatakan sebelum tarian sakral pengusir bala atau babarasih kampung dalam tradisi Banjar, para penonton selalu diingatkan agar tak kosong pikiran. “Jangan sampai mereka juga ikutan kerasukan. Sebab, para penari atau panopeng merupakan masih satu ikatan darah karena merupakan trah dari Kakek Samudera,” ucap Fahmi.

BACA JUGA : Damarwulan Banjar, Kesenian Asli Banjarmasin Berada di Tepi Zaman

Menjadi tradisi harus wajib digelar tiap tahun, Fahmi mengatakan jika tidak maka keluarga besar Haji Ujang akan kena tulah atau semacam sakit yang hanya bisa disembuhkan dengan menyelenggarakan tari Manopeng.

Usai ritual berakhir, biasanya air kembang tujuh rupa dan mayang (pelepah muda kelapa) akan diperebutkan guna mendapatkan berkah. Kemudian ditutup dengan pembacaan doa selamat oleh tetuha dari keluarga besar Haji Ujang.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.