Pamerkan 25 Jenis di Festival Parang 2023, Parang Najula Berusia 100 Tahun Senjata Pejuang Tanah Banjar

0

TAK hanya mandau dan keris yang jadi pegangan masyarakat Banjar dan Dayak di Kalimantan Selatan, ada pula senjata tajam dalam keseharian, perjuangan dan kebudayaan yang populer adalah parang.

MENJAGA eksistensi senjata parang, Komunitas Wasaka Korwil Banjarmasin, Asosiasi Antropolog Indonesia (AIA) Kalsel, Dinas Pendidikan dan Kebduayaan Provinsi Kalsel bersama Museum Waja Sampai Kaputing (Wasaka), Museum Lambung Mangkurat, dan Museum Rakyat Hulu Sungai Selatan menghelat Festival Parang 2023 di Museum Wasaka, Sungai Jingah, Banjarmasin pada 22-26 Juni 2023.

Festival Parang 2023 dibuka Kepala Disdikbud Provinsi Kalsel Muhammadun pada Kamis (22/6/2023), secara maraton dilanjutkan dengan kegiatan Bakisahan Parang, Lintasan Sejarah Industri Tempa di Kalsel, hingga silaturahmi Wasaka Pusaka Banua, dan lomba Basumpit di halaman Museum Wasaka.

Kepala Bidang Kebudayaan Disdikbud Kalsel, Raudati Hildayati mengungkapkan hasil riset keberadaan parang di Kalsel telah dibukukan dengan judul Eksotisme Parang tradisional Kalimantan Selatan.

BACA : Mandau; Identitas Etnik Dayak Sebagai Simbol Pejuang Di Tanah Borneo-Kalimantan

“Ada beragam jenis Parang,yang menjadi khas di Kalsel ada empat seperti Parang Kayutangi, memiliki bentuk bilah bagian atasnya lurus rata, kemudian Parang Bungkul lebih banyak ditemukan di daerah Hulu Sungai, Parang Lais Antasari adanya ornamen berupa susuran darah di sepanjang bilah bagian atas, dan Parang Cingkuk yang tersebar di daerah yang mata pencaharian masyarakatnya berladang atau bertani,” beber Raudati Hildayati.

Dari hasil riset didapat sedikitnya ada 35 jenis parang (golong) yang ada di Kalsel. Yakni, parang Ambang, parang Baduk, parang Belitung, parang Kayutangi atau parang Tangi, parang Parawis, parang Pattimura atau parang Tatak Sabakas, parang bungkul dan parang Bungkul Kandangan, parang bungkul Tangi, parang bungkul Warik Mangantuk.

BACA JUGA: Ritus Daur Ulang Dan Ilmu Huruf; Wafak Dan Rajah Dalam Tradisi Masyarakat Kalimantan Selatan

Ada pula namanya, parang Kijang Rungkup atau parang Kajang Rungkup, parang Gayang, parang Kemudi Singkir, parang Lais, parang Lais Antasari, parang Lais Naga Laut (Pancung Brunai), parang Lais Paris, parang Lantik, parang Manetes (Tatak Paikat/Mamagat), parang Nabur, parang Nabur Kemudi Singkir, parang Nabur Lais, parang Nabur Gantung, parang Pacat Gantung, parang Pambalah Ambul, parang Pembatangan (Kalu’ung atau Bambangin atau Penggalaman), parang Pandan Lirih, parang Panyungkalan, parang Tabu Darat, parang Wawalutan hingga parang Cingkuk.

“Festival Parang 2023 ini digelar selama empat hari. Kami juga menghadirkan para pandai besi (pawasian), pangumpangan (pembuat kumpang atau sarung parang). Dengan adanya Festival Parang 2023 bisa mengangkat derajat perekonomian pandai besi dan pembuat kumpang,” ucap Koordinator Wilayah (Korwil) Wasaka Kota Banjamasin, Faisal Embron kepada jejakrekam.com, Kamis (22/6/2023).

Beberapa jenis parang yang dipamerkan dalam Festival Parang 2023 di halaman Museum Wasaka, Kampung Kenanga, Sungai Jingah, Banjarmasin.(Foto Sirajuddin)

——-

BACA JUGA : Menggali Ilmu Taguh dalam Tradisi Masyarakat Banjar

Menurut dia, selama ini generasi milenial tidak terlalu akrab dengan senjata khas orang Banjar atau Banau seperti parang.

“Makanya, kami pamerkan 25 jenis parang asli bukan duplikat. Ada 37 bilah parang yang dipamerkan dari berbagai macam jenis itu,” ucap pegiat budaya dan seni Banua ini.

Faisal Embron mengakui selain Festival Parang, sebelumnya juga dihelat pameran Mandau dan sumpitan (sipet) di halamam Museum Wasaka. “Biasanya, dalam setahun bisa dilaksanakan dua kali,” kata Faisal.

Dia menjelaskan ada beberapa parang yang merupakan milik para pejuang Banjar yang kini diwariskan kepada para ahli waris saat melawan penjajah Belanda maupun serdadu Jepang.

BACA JUGA : Barajah dan Bawafak, Kesaktian Kertas Kusam Bersimbol Ayat Alquran

“Kebanyakan parang ini didatangkan dari Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Banjarmasin dan daerah lainnya. Bahkan, ada parang yang sudah berusia 80 hingga 100 tahun seperti parang Najula. Kebanyakan parang merupakan koleksi dari Museum Wasaka,” kata Faisal Embron.

Pria yang menggeluti kajian budaya dan sejarah Banua dan Dayak ini mengungkapkan setiap zaman di Kalsel, pasti ada jenis parang yang mengemuka, baik digunakan untuk perjuangan maupun dalam keseharian.

“Ya, seperti parang Nabur, parang Pandan Lirim dan beberapa parang yang digunakan para pejuang Tanah Banjar dalam melawan penjajah Belanda dan Jepang,” imbuh Faisal Embron. (jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2023/06/23/pamerkan-25-jenis-di-festival-parang-2023-parang-najula-berusia-100-tahun-senjata-pejuang-tanah-banjar/
Penulis Sirajuddin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.