Mandau; Identitas Etnik Dayak sebagai Simbol Pejuang di Tanah Borneo-Kalimantan

0

SETIAP Dayak itu dilahirkan sebagai pejuang (Every Dyak is born warrior). Begitu, komentar Carl Bock (1849-1932) naturalis dan penjelajah asal Norwegia berdasar hasil riset dan penjelajahnya di bumi Kalimantan (Borneo) pada 1879-1880.

KARYA Carl Bock dibukukan berjudul Verblijf te Bandjermassin en tocht naar de afdeeling Amoentai (1881). Identitas pejuang itu adalah senjata khas Dayak adalah mandau.

Mandau ini pun jadi bahan penelitian tim peneliti Asosiasi Antropologi Indonesia (AAI) Pengda Kalimantan Selatan hingga dibukukan berjudul; Mandau, Senjata Etnik Dayak di Kalimantan Selatan (2023).

Dari hasil riset tim AAI Kalsel ini, terungkap koneksitas tradisi perang dan pengayauan (potong kepala) yang hidup di masyarakat Dayak di Kalimantan (Borneo). Sebab, mandau menjadi senjata utama untuk tradisi ‘kayau’ atau potong kepala berkelindan dengan aura magisnya. Hingga ada julukan masyarakat Dayak dalam kajian sarjana Barat dengan sebutan “Dark Dayak’ atau ‘Head Hunter’.

BACA : Ritus Daur Ulang Dan Ilmu Huruf; Wafak Dan Rajah Dalam Tradisi Masyarakat Kalimantan Selatan

“Von Zonnevel (2019) menyatakan bahwa salah satu pemburu kepala (pengayau) yang ganas adalah perlengkapan prajurit Dayak, yakni mandau,” begitu hasil riset tim, karena tradisi ini hidup di komunitas Dayak Iban dan Kenyah, juga terkait dengan perbudakan.

Meski begitu, dari hasil riset tim AAI Kalsel, senjata mandau. Hal ini juga diperkuat dengan karya Tjilik Riwut (pahlawan dan penulis buku kedayakan) bahwa (mandau) dalam hasil riset AAI disebutkan parang bungkul juga digunakan orang Meratus yang sebelumnya disebut dengan Dayak Bukit, subetnis Dayak Ngaju.

BACA JUGA : Menggali Ilmu Taguh dalam Tradisi Masyarakat Banjar

Etnik Dayak merupakan penduduk asli Borneo. Hal ini dikuatkan dengan hasil riset Tom Harrison (1958) menemukan tengkork di Gua Niah, Serawak bertanggal 40000-40500 tahun lalu. Lalu, ada patung Borneo berusia 8.000 tahun oleh Michael Palmieri (1978-1979). Meski masyarakat Dayak juga dikaitkan dengan migrasi kelompok Austronesia di Taiwan (3000 tahun lalu di Pulau Borneo.

Buku Mandau hasil riset tim peneliti AAI Kalsel yang sudah dibukukan. (Foto FB Hajrian Syah)

Dari hasil riset AAI Kalsel menegaskan bahwa setiap etnik Dayak punya mandau sebagai senjata sabetan dan tebasan, meski ada perbedaan corak dan motif.

BACA JUGA : Jaga Warisan Leluhur Dayak Deah, Uma Delis Disematkan Gelar Maestro Sensapi

Menariknya, tim yang diketuai Achmad Rafieq Mochlison mengkhususkan senjata mandau pada rumpun Dayak di Kalsel. Yakni, Dayak Bakumpai, Deah, Lawangan, Maanyan dan Samihin. Meski ada pula mengupas senjata Dayak Pitap dan Meratus.

Dari hasil kajian itu, tim AAI Kalsel menyimpulkan bahwa bagi kelompok etnik Dayak di Kalsel, mandau merupakan alat perlengkapan hidup yang penting, identitas etnis, pristise dan prestasi.

“Mandau juga berfungsi sebagai pusaka pada acara tertentu dan pajangan. Sedangkan untuk bekerja biasanya disebut ambang,” tulis Rafieq dan kawan-kawan ini.

BACA JUGA : Ramuan Nenek Moyang, Aneka Minyak Dayak Maanyan Dipercaya Berkhasiat

Sedangkan, wibawa sebilah mandau selain ditentukan bilahnya juga dipengaruhi bentuk dan ornamen kumpang dan hulunya dan aksesorisnya. Kebanyakan menggunakan motif kepala burung Enggang.

Anggota tim peneliti AAI Kalsel, Nurmaulidiani Awaliyah mengungkapkan buku mandau yang digali dari hasil riset lapangan dan kepustakaan memang dibukukan untuk jadi bahan kajian mendalam berikutnya.

“Memang, mandau antar etnik Dayak yang ada di Kalimantan Selatan berbeda namun ada pula persamaannya. Hasil riset ini dibukukan mengungkap peran mandau dalam tradisi mereka, pemetaan kesukubangsaan kelompok etnik Dayak di Kalsel,” beber Lidya Mentaya, sapaan akrabnya kepada jejakrekam.com, belum lama tadi.

BACA JUGA : Pegang Prinsip Huma Betang, Darius Dubut : Jika Merusak Alam Bukan Lagi Orang Dayak

Dalam buku berdasar hasil riset itu juga menguraikan nilai magis dan spiritual mandau, makna ragam mandau bagi pemiliknya pada masa lalu serta ragam bentuk dan fungsi mandau pada masa kini.

“Tentu saja, soal produksi dan distribusi mandau pasa saat ini, serta dekskripsi kekhasan mandau dari masing-masing etnik Dayak di Kalsel,” pungkas Lidya Mentaya.(jejakrekam)

Catatan Redaksi Revisi Tulisan:

Saya selaku Ketua Tim Penulis buku Mandau, Senjata Etnik Dayak di Kalimantan Selatan sekaligus dalam kedudukan saya sebagai Ketua AAI Pengda Kalsel menyampaikan koreksi atas kesalahan dalam pengutipan buku di maksud.  Tim Penulis tidak pernah berpendapat bahwa orang Meratus sebagai bagian dari (sub) etnik Dayak Ngaju dan menggunakan mandau sebagai senjata mereka.

Kutipan dimaksud sangat bertentangan dengan tulisan dalam buku yang memasukkan orang Meratus (Bukit) sebagai kelompok etnik Banjar Arkaik dengan salah satu cirinya menggunakan parang bungkul sebagai senjatanya.

Demikian,

Ketua AAI Pengda Kalsel

Ir. Achmad Rafieq, M.Si

Pencarian populer:dayak maanyan
Penulis Didi GS
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.