Gara-Gara Ditinggal Para Jukir, Area Parkir Kampus FISIP ULM Banjarmasin Kian Semrawut

4

GARA-gara area parkir di depan kampus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin tak lagi dijaga juru parkir (jukir), dampaknya kini dirasakan para dosen.

ADA dua kantong parkir motor dan mobil di kampus FISIP. Pertama di kampus lama berdekatan dengan kampus FKIP 2 dan kampus baru FISIP di Komplek Kampus ULM 1, Jalan Brigjen H Hasan Basry, Kayutangi, Banjarmasin.

“Gara-gara tidak akan tukang parkir, kini area parkir di kampus FISIP makin semrawut. Selama ini, keberadaan tukang parkir di tempat itu sangat membantu dalam mengatur deretan parkir agar tak sembarangan diparkir oleh mahasiswa,” ucap Dosen Prodi Komunikasi FISIP ULM, Dr Fahrianoor kepada jejakrekam.com, Rabu (14/6/2023).

Menurut dia, akibat parkir motor yang semrawut membuat mobil dosen terhalangi, bahkan susah untuk diparkirkan. Hal ini juga menjadi kendala bagi para pendidik di kampus itu untuk bisa cepat masuk kerja atau ruang perkuliahan.

BACA : Mahasiswa FISIP ULM Mengeluh Parkir Dipungut, Dekan: Memberdayakan Masyarakat Sekitar

“Selama ini, parkir yang ada di kampus FISIP tidak dipungut bayaran. Hanya ada kotak ditaruh di depan pintu keluar, mahasiswa atau dosen hanya memberi uang suka rela dan tidak ada paksaan selama ini,” tutur Fahrianoor.

Menurut dia, keberadaan petugas jukir sangat membantu, karena parkir terbukti bisa tertata rapi. Akibat, para jukir pergi, justru deretan motor yang digunakan mahasiswa tidak teratur lagi.

“Dampak seperti ini harusnya juga jadi pertimbangan. Selain untuk memberdayakan masyarakat sekitar juga bisa menjaga keamanan properti mahasiswa yang ditaruh di parkiran,” kata doktor ilmu komunikasi lulusan Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung ini.

BACA JUGA : Prodi Sosiologi FISIP ULM Siap Terapkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka

Bagi Fahrianoor, masalah parkir sudah sepatutnya menjadi pertimbangan pihak kampus. Dalam hal ini menyangkut soal kedisiplinan mahasiswa untuk memarkir motornya dengan teratur.

“Inilah yang terjadi, ternyata keberadaan jukir atau petugas parkir itu sangat penting di tengah rendahnya disiplin para mahasiswa untuk memarkir motornya dengan teratur,” tutur Fahrianoor.

Soal besaran pungutan parkir Rp 2 ribu perak, Fahrianoor mengatakan masalah itu sebenarnya bukan soal utama.

BACA JUGA : Gagas Hubungan Internasional, Direkomendasi Senat, FISIP ULM Segera Buka Prodi Antropologi

“Toh selama ini, pungutan parkir itu bersifat sukarela. Malah keberadaan petugas parkir itu bisa memberi rasa aman bagi motor yang diparkir oleh mahasiswa. Karena, area parkir di kampus FISIP itu terbuka aksesnya, sehingga potensi kehilangan bisa saja terjadi,” tutur Fahrianoor.

BACA JUGA : Penggabungan Prodi Geografi ke Fahutan, Rektor ULM dan Dekan FISIP Satu Suara

Menurut dia, jika masalah ini terus dibiarkan tanpa ada solusi, maka hampir dipastikan akan berdampak pada perkuliahan mahasiswa, karena mobil para dosen kini merasakannya.

“Parkir yang sesak dan tidak teratur, membuat mobil para dosen terhalang. Kalau misalkan, mobil dosen itu ditaruh di tengah jalan, jelas akan mengganggu lalu lintas di lingkungan kampus,” pungkasnya.(jejakrekam)

Penulis Siti Nurdianti
Editor Didi G Sanusi
4 Komentar
  1. mhlf berkata

    banyak tingkah kanakan tahun 2000an ngini kisah paling aktivis banar protes protes, merasa maka tahu tehambur parkiran

  2. ryn berkata

    padahl nyaman ada kang parkir nya, pengalaman helm suah hilang krna kdd kang parkirnya.

  3. :)) berkata

    Andai paman parkir tetap ada dan digaji univ hehewww

  4. Palui berkata

    Ayo Para Dekan dan Wakil Dekan saatnya turun tangan, kalian dapat tunjangan khusus dari negara utk menata semua giat Fakultas, agar lancar semua aspek (bukan hanya soal akademik).

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.