Kembang Barenteng Lengkapi Hari Raya Warga Banua

0

HARI raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 Hijriyah sudah di ambang pintu. Dan sudah menjadi tradisi masyarakat Banua untuk berziarah ke makam keluarga dengan membawa bunga rampai atau lebih dikenal dengan kembang barenteng dan kembang rendaman.

HAMPIR semua lapisan masyarakat Banua menjelang lebaran, membeli kembang barenteng atau kembang rendaman. Biasanya ditabur di makam saat ziarah, atau dipakai mandi saat hari raya. Bahkan ada pula yang digunakan sebagai penghias rumah, dengan cara digantung atau diletakkan di beberapa sudut ruangan.

Dari pantauan jejakrekam.com, puluhan penjual kembang barenteng/rendaman, berjejer di sepanjang jalan kawasan pasar Ujung Murung/Sudirmampir, Banjarmasin.

Kawasan tersebut memang seperti pusat penjualan kembang barenteng/rendaman. Namun tidak di sana, penjual serupa juga banyak ditemukan di kawasan Pasar Lama, Pasar A Yani 1, dan kawasan jalan Sulawesi hingga Antasan Kecil Timur, Banjarmasin.

Para pedagang itu mengakui, setiap menjelang hari besar Islam, seperti Idul Fitri, Idul Adha, Maulid Nabi Muhammad SAW atau Isra Mi’raj Nabi, permintaan akan selalu tinggi. Sehingga harga akan sedikit berbeda dari hari-hari biasa.

Disebutkan, 10 helai kembang barenteng dengan harga Rp 3 ribu, sekarang jadi Rp 5 ribu. Namun ada juga 10 helai kembang barenteng seharga Rp 10 ribu, tapi bisa ditambah dengan kembang rendaman.

Tingginya permintaan memang tidak dapat dipenuhi seluruhnya, karena terbatasnya bahan baku, waktu pembuatan, dan cara menyimpan agar awet.

Diketahui, kembang barenteng/rendaman yang dijual adalah organik, yakni bunga-bunga yang dipetik dan dapat layu. Sehingga disarankan untuk dapat menyimpannya di rendaman air dalam suhu ruang, atau disimpan dahulu di lemari pendingin.(jejakrekam)

Penulis Sirajuddin
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.