Cerita Pulau Jepang di Sei Miai Dalam, Pusat Kekuasaan Pribumi Era Kolonial Belanda hingga Basis Serdadu Dai Nippon

0

TAK perlu jauh-jauh untuk merasakan hawa sisa-sisa warisan Negeri Matahari Terbit. Ternyata, di Banjarmasin, persisnya di kawasan Sungai (Sei) Miai Dalam, ada komplek perumahan yang awalnya sebuah delta bernama Pulau Jepang.

KENAPA dinamakan Pulau Jepang? Selidik punya selidik, ternyata ada histori hingga delta yang dikelilingi kanal atau sungai buatan di masa kolonial Belanda bisa bernama Pulau Jepang.

Nama Pulau Jepang diabadikan di dinding tembok komplek perumahan di Sei Mia Dalam RT 20 RW 02, Kelurahan Antasan Kecil Timur (AKT), Kecamatan Banjarmasin Utara.

“Saat itu, saya berusia 17 tahun di masa pendudukan Jepang di Banjarmasin selama tiga tahun antara 1943-1945, memang itu pulau buatan di bawah pengawasan ketat serdadu Dai Nippon. Mungkin semacam benteng pertahanan jika nanti diserang oleh Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya,” tutur H Misran, saksi sejarah dan tokoh masyarakat di Pulau Jepang kepada jejakrekam.com, Senin (13/2/2023).

BACA : Antara AM Hendropriyono Dan Raden Tumenggung Suria Kesuma, Ronggo Pribumi Banjar

Itulah mengapa akhirnya warga Sei Miai Dalam memberi nama Pulau Jepang, karena delta itu berada di aliran kanal buatan; Sungai Miai Dalam, yang tembus ke Sungai Awang dan Sungai Andai.

“Dulunya itu kawasan rawa, kemudian oleh serdadu Jepang diuruk dengan akses jalan setapak di atas kanal atau sungai buatan,” kata pria yang kini menginjak usia 85 tahun ini.

Masran bercerita sebenarnya kanal itu dibuat Pemerintah Kolonial Belanda pada 1938. Kemudian, begitu Jepang menguasai Banjarmasin, lewat kerja paksa (Romusha), kalangan pribumi maupun tawanan Jepang dari berbagai daerah disuruh untuk membuat pulau buatan.

BACA JUGA : Sungai Pembunuhan; Kisah Kekejaman Serdadu Jepang saat Duduki Banjarmasin

Lambat laun begitu Jepang menyerah dan kembali ke negeri leluhurnya, akhirnya keberadaan Pulau Jepang itu mulai terlupakan. Akhirnya, jadi pemukiman penduduk dengan deretan rumah kayu di kanal buatan Belanda.  

Pemukiman warga Sungai Miai Dalam di kawasan Pulau Jepang, Kelurahan Antasan Kecil Timur Banjarmasin. (Foto Sirajuddin)

Senada H Masran, Alan (70 tahun), warga Sungai Miai Dalam masih ingat jika serdadu Jepang menjadikan Pulau Jepang menjadi basis pertahanan. Bahkan, di kawasan itu, tentara fasisme Kekaisaran Jepang itu menjadikan sebagai lintasan untuk keperluan militer.

BACA JUGA : Riwayat Pelabuhan Martapura Lama Era Belanda dan Jepang

“Jadi, dari Pulau Jepang, tentara Jepang itu mudah berpatroli lewat sungai maupun jalur darat. Seperti ke Kampung Arab (Jalan Antasan Kecil Barat), termasuk ke pusat kota. Sekarang, memang kanal ini hanya bisa dilintasi perahu (jukung) kecil yang dikayuh, karena sudah dangkal sungainya,” kata Alan.

Dari catatan sejarah, keberadaan Sungai Miai Dalam termasuk dalam wilayah kekuasaan kaum pribumi di masa kolonial Belanda. Saat itu, Ronggo Banjarmasin bernama Raden Tumenggung Suria Kasuma menjadikannya sebagai pusat pemerintahan yang menguasai wilayah Kuin dan sekitarnya pada sekira tahun 1860-1876.

BACA JUGA : Dirikan Banyak Pabrik, Banjarmasin Dibagi Jepang dalam 19 Kampung

Keberadaan wilayah Sungai Miai Dalam juga menjadi benteng pertahanan pertama bagi Belanda untuk menghadapi para pejuang Banjar saat berkecamuknya Perang Banjar-Barito, yang dimotori Gusti (Andin) Aminin bin Raden Suryanapati dari Alalak Berangas dan Panglima Wangkang dari Marabahan, sebelum bisa memasuki wilayah pusat kekuasaan kolonial Belanda di Benteng Tatas, tepian Sungai Martapura.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2023/02/13/cerita-pulau-jepang-di-sei-miai-dalam-pusat-kekuasaan-pribumi-era-kolonial-belanda-hingga-basis-serdadu-dai-nippon/,MIAE sejarah jepajg,Sejarah perang banjar
Penulis Sirajuddin
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.