Diskusi Literasi Akhir Tahun FISIP ULM, Ajak Generasi Muda Kenalkan Parang Bungkul Jadi Barang Ekonomis Eksotis

0

FAKULTAS Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lambung Mangkurat (FISIP ULM) menggelar diskusi literasi akhir tahun, dengan tema ‘PARANG BUNGKUL: Tantangan Ekonomi Kreatif Urang Banua Di Era Millenial’, Selasa (27/12/2022).

KEGIATAN diskusi yang digarap oleh Prodi Sosiologi FISIP ULM tersebut merupakan kegiatan bulanan, yang kali ini digelar atas kerjasama dengan Asosiasi Antropologi Indonesia Pengda Kalsel.

Ketua Prodi Sosiologi Setia Budhi menjelaskan, diskusi rutin kali ini mengangkat latar kebudayaan daerah berupa parang. Diambil dari sebuah buku penelitian dari Asosiasi Antropologi Indonesia yang berjudul ‘Eksotisme Parang Kalimantan Selatan’.

BACA: Dekat dengan Masyarakat, Mahasiswa Prodi Sosiologi ULM Ikut KKN di Desa Pesisir Batola-Banjar

“Tujuannya adalah untuk memperkenalkan hasil penelitian-penilitian yang dilakukan oleh peneliti antropologi tentang parang tradisional, dan diskusi ini adalah tempat untuk mengekspos dan tempat mendiskusikan segala macam jenis parang tersebut,” ungkapnya.

“Selain itu, kegiatan ini juga memiliki tujuan agar budaya yang kita miliki tidak diklaim oleh orang lain,” sambungnya.

Dari segala upaya tersebut, Setia Budhi mengakui bahwa eksistensi ‘Parang Bungkul’ ini juga memiliki beberapa tantangan. Untuk mengembangkan dan membuatnya menjadi barang ekonomis, di sisi lain jumlah pandai besi atau pengrajin semakin sedikit.

BACA JUGA: Perjuangan Datu Hamawang Melawan Penjajah Belanda

“Tantangan kita sekarang ini adalah sudah berkurangnya pandai besi, karna tergerus umur dan sangat sedikit sekali generasi muda yang mau melanjutkan profesi ini sekarang,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Antropologi Indonesia Pengda Kalsel Achmad Rafieq memaparkan, bahwa mengenalkan ‘Parang Bungkul’ dalam kegiatan ini memiliki dapat menuai banyak manfaat serta keuntungan.

Achmad Rafieq mencontohkan, salah satu peluangnya adalah dengan memanfaatkan segi estetika atau nilai seninya, sehingga menarik minat masyarakat umum.

Diskusi Prodi Sosiologi FISIP ULM, Selasa (27/12/2022).

“Tinggal bagaimana memolesnya, polesan itu bisa di gagangnya, bisa di bilahnya atau hulunya, bisa di kumpangnya. Setiap keindahan itu memiliki nilai, dan ada harganya,” sebutnya.

Menanggapi masalah kendala, Achmad Rafieq berharap diskusi serupa dapat diperluas dengan melibatkan berbagai pihak lain. Diantaranya pemerintah daerah, dinas pariwisata, dinas perdagangan dan dinas lain yang terkait. Mengambil pelajaran alur proses dari menemukan bahan baku, penempaan, pemasaran hingga aspek lain yang saling mempengaruhi.

“Karna parang ini ada hampir di seluruh kabupaten/kota yang ada di Kalimantan Selatan. Bisa saja kalau diperjuangkan, maka akan menjadi warisan Budaya Banjar,” ungkapnya lagi.

BACA LAGI: Sultan Banjar Khairul Saleh Anugerahkan Parang Bungkul Kayutangi kepada Putra

Audiens yang diisi oleh para mahasiswa, ditantang untuk turut aktif dalam mempromosikan Parang Bungkul, agar tetap eksis dan semakin dikenal oleh khalayak luas. Caranya dapat dilakukan dengan melakukan transaksi di pasar lokal maupun pasar online.

Narasumber berharap agar generasi muda tidak sungkan masuk dan ikut bersaing dalam industri kreatif berbasis pandai besi.

Pada akhirnya, sebagai masyarakat Banua berharap Parang Bungkul dapat semakin dikenal luas oleh masyarakat, baik itu di pasar domestik maupun pasar internasional. Serta menjadi salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari Kalimantan Selatan.(jejakrekam)

Penulis Fery
Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.