Paribasa Banjar; Muha Kada Babakas

0

Oleh : Noorhalis Majid

PANDAI berlakon atau berpura-pura, layaknya seperti orang main sandiwara. Walau baru melakukan kesalahan atau tindakan kejahatan, tapi seolah tidak terjadi apa-apa.

MAMPU bersikap dan berlagak seolah bukan dirinya yang berbuat, itulah yang dimaksud muha kada babakas. Raut wajah tidak meninggalkan bekas, demikian arti harfiahnya.

Lazimnya, setelah melakukan sesuatu, raut dan ekspresi wajah akan memperlihatkan tanda atau bekas, sehingga dapat ditebak perbuatan atau tindakan apa yang dilakukan sebelumnya. Berbuat yang menyenangkan hati, wajahnya terlihat sumringah – penuh senyum, tawa kegembiraan.

Sebaliknya, berbuat kejahatan atau tindakan buruk, wajahnya bisa saja penuh ketakutan atau penyesalan. Bahkan banyak yang tidak mampu menyembunyikan terlalu lama, atas apa yang sudah terjadi sebelumnya.

BACA : Peribahasa Banjar untuk Kritik Pembangunan di Kalsel

Seketika wajahnya meluapkan kegembiraan atau penyesalan. Namun ternyata, ada yang mampu menghilangkan bekas pada raut wajah – hingga tidak nampak sedikit pun pada wajahnya, seolah wajar-wajar saja, tidak terjadi apa-apa. Misal, baru saja menjahili orang lain, setelah melakukan, seketika wajahnya datar – ekspesinya tidak tahu menahu, seperti bukan dia pelakunya. Bahkan, sudah berbuat jahat, semisal mencuri benda milik orang lain. Seusai melakukan aksi, wajahnya biasa saja, datar, seperti layaknya mengambil barang milik sendiri.

BACA JUGA : Teranyar ‘Dijamak Jibril’, Dokumentasikan Paribasa Banjar Berisi Nasihat dalam Tiga Buku

Biasanya memang terkait kemampuan bersandiwara atas perbuatan jahat atau buruk. Hampir tidak pernah diucapkan atas perbuatan baik. Sebab bila atas perbuatan baik, tentu sangat istimewa. Misal, baru saja menolong orang yang sedang dalam kesusahan, setelah melakukan, wajahnya biasa saja – datar, seperti tidak melakukan perbuatan baik.

Atau baru menyumbang dalam jumlah besar untuk orang lain yang sedang dalam kesulitan ekonomi, setelah melakukan, wajahnya biasa saja, tidak memerlukan pujian, sanjungan, apalagi publikasi. Setelah melakukan, pergi berlalu, bagai tidak terjadi apa-apa. Hal seperi ini sangat jarang, bahkan langka.

BACA JUGA : Kuliner Banjar; Refleksi di Ujung Lidah, Warisan yang Tak Boleh Luntur

Ungkapan dalam peribahasa (paribasa) Banjar ini memberikan pelajaran bahwa ternyata ada orang yang mampu bersandiwara sedemikian rupa. Walau sudah melakukan perbuatan buruk lagi jahat, wajahnya biasa saja, seakan tidak berbuat apapun, padahal atas perbuatannya tersebut, orang lain menderita – sengsara, bahkan dirundung duka dan sakit hati. Begitu piawainya bersandiwara, setelah melakukan muha kada babakas.(jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Pembina Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Editor Ipik Gandamana

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.