Prihatin Produk Sampah Jurnalistik Beredar di Batola

0

Oleh : Nasrullah

IZINKAN saya menyampaikan keprihatinan yang mendalam karena akhir-akhir ini berita tentang Barito Kuala (Batola) diisi oleh sampah jurnalistik,  alih-alih berfungsi edukasi justru tidak mencerdaskan.

SAYA membatasi rilis berita ini: Pertama, tidak ditujukan pada kawan-kawan jurnalis media apa saja yang memang mencari berita ke lapangan, mewawancarai narasumber berkompeten,  dan mereka telah menghasilkan produk jurnalistik yang disaring di meja redaksi sebelum dipublikasikan.

Kedua, penekanan saya pada berita dari media online yang pada awalnya saya tidak mau ambil pusing dengan kualitas berita sangat rendah. Namun keprihatinan saya atas dasar pernah menempuh pendidikan jurnalistik baik pelatihan, perkuliahan, hingga pernah menjadi jurnalis serta saya sebagai warga Batola yang akhir-akhir ini berita seperti itu beredar melalui media sosial yang bisa dibaca oleh siapapun.

BACA : Teguh Santosa: Pertegas Posisi Hukum Karya Jurnalistik di SKB UU ITE

Mungkin hukum alam akan menyaring media mana yang bertahan dan masih banyak jurnalis menghasilkan berita berkualitas, tapi bagaimana nasib pembaca berita tentang Batola yang berasal dari Batola terutama dari kalangan masyarakat awam? Boleh jadi mereka menganggap seperti itulah produk jurnalistik, pada hal mereka mengkonsumsi sampah berita.

Kita tidak bisa membiarkan berita tentang Barito Kuala diisi oleh pemberitaan tidak berkualitas dan tersesat dari kaidah jurnalistik.

BACA JUGA : Memasuki Tahun Politik, AJI Imbau Jurnalis Jaga Independensi dan Profesionalisme

Pengamatan saya ciri-ciri berita tersebut adalah:

1.     Penulisan berita bertabur kesalahan ketik di mana-mana.

2.     Surplus pengulangan kata sambung.

3.     Penulisan nama orang, tempat, kota secara sembarangan mengabaikan ketentuan huruf Kapital dan huruf kecil.

4.     Tidak jelas menggunakan tanda kutip atau tanda baca sebagai pernyataan nara sumber, atau kalimat pernyataan dari penulis berita.

5.     Metafora memenuhi tubuh berita untuk menambah jumlah kalimat yang saya yakin jurnalis aliran jurnalisme sastrawi akan berduka membacanya.  

Lima poin yang saya amati semestinya masuk ke meja redaksi terlebih dahulu, tetapi karena sudah diterbitkan muncullah produk jurnalistik yang tidak mengindahkan ketelitian dan kecermatan dalam penulisan karena menjungkir balikkan kaidah berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

BACA JUGA : AJI Desak DPR dan Pemerintah Hapus Pasal Bermasalah di RUU KUHP

Masyarakat Barito Kuala (Batola) harus menikmati berita berkualitas yang tidak hanya bersumber dari media online, juga media cetak, audio dan audio visual. Saya mengajak kawan-kawan akademisi, organisasi jurnalis bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Barito Kuala (Pemkab Batola) melalui instansi terkait bahu membahu mensosialisasikan berita yang menarik dibaca, mencerdaskan pembaca, dan layak disebarkan ke berbagai grup media sosial. Jadilah, jurnalis berkualitas, Batola cerdas! (jejakrekam)

Penulis adalah Antropolog ULM asal Kecamatan Kuripan Kabupaten Barito Kuala

Saat ini Tengah Menempuh Tugas Belajar S3 Antropologi UGM Yogyakarta

Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.