Bekas Tambang Tak Direklamasi, Pakar ULM Usulkan Wilayah Satui Tanah Bumbu Harus Ditata Ulang

0

ANTREAN panjang dan mengular, bahkan memakan durasi berjam-jam untuk bisa terurai di jalur alternatif penghubung Banjarmasin-Batulicin, pasca longsornya akses jalan nasional Jalan A Yani Km 171, Satui, Kabupaten Tanah Bumbu, jadi pemandangan jamak.

PAKAR perancangan kota (urban design) Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Akbar Rahman mengungkapkan bahwa aksesibilitas sangat diperlukan suatu wilayah untuk berkembang menjadi kawasan permukiman hingga kota yang layak dihuni.

“Sejarahnya, kota tua selalu berada di area water front seperti laut atau sungai. Sebab pada zamannya area water front menjadi tempat strategis untuk berinteraksi sosial, budaya hingga politik,” tutur Akbar Rahman kepada jejakrekam.com, Sabtu (15/10/2022).

Menurut dia, hal ini menjadi alasan mengapa kota-kota tua selalu berada di area tepian air. Pada perkembangannya, manusia membuka akses darat untuk menghubungkan dua atau lebih wilayah dengan cepat.

BACA : Datang ke Satui, Bupati Tanbu Paparkan Rencana Program Relokasi Warga Terdampak Banjir

“Sarana transportasi terus berkembang, ditandai infrastruktur jalan dan jembatan yang lebih modern dan penerapan teknologi baru,” tutur doktor urban design lulusan Saga University Jepang ini.

Akbar menekankan bahwa keberadan jalan semakin penting adanya, sebab memberikan kemudahan dan kecepatan dalam mobilisasi atau berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

“Akses jalan yang baik juga akan mempengaruhi perkembangan suatu wilayah. Jalan menjadi penompang perkembangan ekonomi masyarakat, jika terjadi gangguan terhadap jalan, maka akan berdampak langsung dan luas bagi masyarakat setempat,” tuturnya.

BACA JUGA : Kasus Longsor Berulang, Walhi Ungkap 456 Ribu Meter Jalan Nasional di Kalsel Dikepung Izin Tambang

Koordinator Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik ULM Banjarmasin ini mengatakan untuk itu, jalan harus betul-betul dijaga dan dipelihara dengan baik.

“Rusaknya jalan akibat faktor bencana alam sudah sering terjadi, bahkan jalan juga rusak akibat aktivitas pertambangan, seperti di Satui Tanah Bumbu,” katanya.

BACA JUGA : Jalan Longsor Km 171 Ditutup Total, Pemkab Tanbu Tunggu Hasil Penyelidikan Geolistrik BPJN Kalsel

Masih kata dia, hal yang sangat disayangkan adalah jalan rusak akibat tanah longsor dari galian pertambangan yang sangat dekat dengan permukiman dan jalan raya.

“Hal ini sebenarnya tidak akan terjadi, jika semua pihak mematuhi aturan sedari awal, misalkan bekas galian tambang tidak dibiarkan atau ditinggalkan terbuka begitu saja dan patuh terhadap peraturan daerah,” ucap Akbar.

BACA JUGA : Rumah Hj Mahrita Ambruk, Rumah Korban Aktivitas Tambang di Desa Satui Barat Tinggal Tunggu Giliran

Masih kata dia, karena pasca galian tambang harus dilakukan reklamasi sesuai Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 7 Tahun 2014.

Antrean panjang dan mengular hingga mengular pada ruas jalur alternatif penghubung Banjarmasin-Batulicin di Satui, Tanah Bumbu, Kalsel. (Foto Akbar Rahman)

Akbar mengatakan putusnya jalan akibat longsoran galian tambang sangat memprihatikan. Masyarakat di sekitar sudah menjadi korban ditambah putusnnya jalan, seluruh moda transportasi yang akan melewati jalur tersebut terhambat, dan tentu berdampak langsung bagi masyarakat.

BACA JUGA : Penanganan Jalan Longsor Desa Satui Barat Sudah Masuk Program Jalan APBN 2023

“Tindakan pengamanan harus diambil cepat dan sigap agar tidak terjadi gugurnya korban akibat kondisi jalanan yang tidak aman, namun dipaksakan untuk dilalui,” kata Akbar lagi.

Hal ini, menurut dia, sangat berbahaya ketika kondisi tanah labil, setiap saat longsoran bisa terjadi. Apalagi jalur ini cukup disibukkan oleh angkutan-angkutan yang berkapasitas besar dan berat.

“Siapa yang paling bertanggung jawab? Tentu saat ini bukan hal yang bijak jika saling menyalahkan dan mencari pembenar masing-masing,” cetus magister teknik lulusan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini.

BACA JUGA : Bupati Zairullah Sebut Jalan Longsor Satui Barat Akibat Dampak Pertambangan Batubara

Menurut Akbar, hal yang paling penting adalah amankan warga lokal dan akses jalan yang ada dengan merelokasinya ketempat yang lebih terjamin keamanannya.

“Menjaga dan mengatur alur lalu lintas agar tetap lancar. Sebab, di lapangan hanya terlihat warga yang menjadi relawan, saling membantu untuk pengaturan arus. Jika memungkinkan juga mengatur tonase bangkutan yang melewati jalan-jalan tersebut. Karena rusaknya jalan juga disebabkan oleh ‘over dimension overload’,” kata pria asli Pagatan, Tanah Bumbu ini.

BACA JUGA : Gandeng Perusahaan Tambang Bangun Jalur Alternatif, Tanbu Lobi Kementerian PUPR Tangani Jalan Longsor

Akbar menyarankan agar diambil langkah-langkah yang tepat dan terukur pada jangka pendek untuk kondisi darurat.

“Kemudian melaksanakan program yang lebih tertata dalam penangan jangka menengah dan panjang. Tata ulang wilayah Kecamatan Satui, dan kaji soal kelayakan wilayah dan lingkungan untuk menopang kehidupan masyarakat setempat,” cetusnya.

Akbar melanjutkan, sudah menjadi rahasia umum, bahwa intensitas bencana banjir di Kecamatan Satui cukup tinggi. Hal ini tidak lepas dari degradasi lingkungan yang luar biasa akibat aktivitas pertambangan.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/2022/10/15/bekas-tambang-tak-direklamasi-pakar-ulm-usulkan-wilayah-satui-tanah-bumbu-harus-ditata-ulang/,tambang aatui
Penulis Ipik Gandamana
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.