Kawan Bakalahi

0

Oleh : Noorhalis Majid

BERKAWAN bahkan sangat akrab, namun bila bertemu justru bertengkar mulut, berdebat – beradu argumen. Tidak jarang pertengkaran yang berawal dari omongan biasa-biasa saja, berubah menjadi perdebatan seru, hingga kekerasan verbal, walau tidak sampai pada kekerasan fisik, itulah makna kawan bakalahi.

KAWAN bertengkar, begitu arti harfiahnya. Rupanya, tidak semua kawan wujud espresinya dalam bentuk sayang menyangi – kasih mengasihi. Ternyata ada pula yang terekspresi dalam bentuk lain, yaitu pertengkaran dan perdebatan.

Namun, justru pertengkaran dan perdebatan tersebut menjadikan saling mengasah kemampuan dan nalar kritis. Hanya saja, terkadang tidak terhindarkan terjadi debat kusir yang tidak berkesudahan – tidak ada ujung akhirnya.

Perkawanan seperti ini, biasanya kalau lagi dekat mudah sekali bertengkar, bila berjauhan justru saling merindukan. Ada rasa kehilangan, bila kawan yang selama ini menjadi lawan beradu argument, tidak ada lagi. Dunia dan kehidupan ini terasa terlalu sepi – berjalan mulus dan datar-datar saja, tidak ada gejolak – gairah untuk saling mengisi serta menambah perspektif.

BACA : Kasus Perkelahian Berujung Maut di Desa Banua Kepayang Ditangani Polres HST

Pertengkaran dalam bentuk perdebatan, terkadang justru berujung saling menguatkan. Sedangkan perkawanan saling memuji, belum tentu mengasah kemampuan agar kritis dan tajam dalam melihat persoalan. Ada banyak cerita perkawanan abadi, justru diwarnai banyak perdebatan sengit. Bukan sekedar puja-puji dan sanjung menyanjung.

Idealnya, persahabatan atau perkawanan harus dinamis. Ada perdebatan dan pertengkaran agar saling memberikan kritik dan masukan, ada pula apresiasi agar saling menguatkan dan membesarkan hati. Syarat persahabatan seperti ini, harus egaliter – setara, tidak merasa paling lebih antara satu dengan lainnya.

BACA JUGA : Bangku Panjang, Karya Novel-Esai dari Sastrawan Banjarbaru Iberamsyah Barbary

Atau menempatkan diri tidak seimbang, sehingga tanpa disadari terjadi level atau kasta. Senior – junior, bos – bawahan, adalah bentuk ketidak setaraan yang terbentuk tanpa sadar. Ungkapan ini memberikan pelajaran, ternyata ada kawan yang bentuk ekpresinya dalam bentuk pertengkaran. Layaknya seperti kucing dengan anjing, jarang sekali rukun.

Namun di tengah pertengkaran tersebut, ada nilai yang tersembunyi, yaitu saling mengasah satu sama lainnya, agar mengerti bahwa hidup tidak sekedar puja-puji dan apresiasi, namun juga pertarungan dengan segala pertengkarannya, karenanya harus terlatih, untung ada kawan bakalahi.(jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Staf Senior Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.