Solusi Atasi Banjir, Pemulihan Lingkungan Secara Bertahap Wajib Dilakukan Pemkab Banjar

0

LEMBAGA Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Banjar mengajak sejumlah pengamat lingkungan untuk mencari solusi mengatasi banjir atau bencana hedrometeorologi.

TIGA pemateri dihadirkan; Ustadz Khairullah Zain (Wakil Ketua PCNU Banjar), Dr Lyta Permatasari (Kasie Pengendalian Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Banjar) dan Dr Murjani (Dewan Daerah Walhi Kalsel) dipandu Gusti Marhusin di Kafe Bank Sampah Sekumpul, Martapura, Jumat (3/12/2021).

Diskusi ini pun dihadiri para pelajar NU, mahasiswa beberapa perguruan tinggi serta lainnya membedah solusi mengatasai banjir yang bisa terjadi kapan saja dan selalu berulang.

Lyta dalam paparannya mengakui masalah kerusakan lingkungan hidup turut memengaruhi terjadinya bencana hedrometeorologi, khususnya di Kabupaten Banjar.

“Inilah mengapa penting sekali jika tata ruang kabupaten saat ini untuk dikoreksi dan adaptif dengan kondisi iklim yang ada,” papar Lyta.

BACA : Minta Bantuan Adaro, Pemkab HSU Disarankan Jangan Sembako Tapi Proyek Fisik Atasi Banjir

Menurut dia, banjir merupakan bencana yang melanda daratan, karenanya masalah hulu dan hilir dari siklus air di daratan harus menjadi atensi khusus.

Lyta menjelaskan jika hanya fokus pada hilir meliputi pemukiman dan aliran sungai saja, tanpa mempertimbangkan aspek daerah resapan air dan alur air di tata kelolanya, maka masalah tidak akan kunjung selesai.

“Banjir akan tetap berulang dan terjadi bila akar masalah tidak dibenahi. Solusi dalam bentuk penanaman pohon itu langkah mitigasi saja. Lalu adaptasinya bagaimana?” cetus ASN Pemkab Banjar ini.

Menurut Lyta, adaptasi itu berkelindan dengan cek ulang kondisi  atau struktur di wilayah daerah serapan air dari hulu sampai hilir.

“Ini hanya bisa dilakukan dengan melihat sekaligus mengkoreksi tata ruang wilayah. Berapa persen dari gambar besar tentang wilayah kabupaten itu yang peruntukkannya telah berubah atau teralihfungsi,” paparnya.

BACA JUGA : Banjir Melanda, Walhi Sebut Bukti Kalsel Sudah Darurat Bencana Ekologis

Kemudian, masih menurut Lyta, berapa persen yang masih sustain dan berapa persen yang sudah rusak dalam kategori rusak ringan ataupun sedang.

“Jadi, kita harus jujur membuka peta dan data, untuk mencari solusi yang tepat. Segenap stakeholder juga ikut bertanggungjawab tidak hanya pemerintah daerah,” papar doktor lingkungan lulusan Universitas Brawijaya Malang ini.

Menurut Lyta, komunikasi politik  dan lingkungan untuk membenahi tata ruang Kabupaten Banjar harus dibangun. Hal ini guna memperkuat trust atau kepercayaan publik pada kinerja pemerintah daerah.

“Tidak ada yang perlu dikhawatirkan bila komunikasi publik terlah terbangun, tentu didahului dengan komunikasi politik dan lingkungan. Targetnya satu arah yakni perbaikan berkelanjutan atau pemulihan lingkungan secara bertahap,” papar staf pengajar S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (ULM) ini.

BACA JUGA : Panen Bencana Akibat Carut Marut Tata Ruang

Senada itu, Murjani menekankan pentingnya memitigasi bencana secara benar. Bagi aktivis lingkungan dan akademisi ini, tanpa komunikasi publik,  komunikasi politik dan komunikasi lingkungan yang sinergi, maka masalah banjir tidak akan mencapai solusi tepat.

“Karenanya berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dalam membahas hal yang sangat prinsip mengenai tata kelola lingkungan. Ini sangat penting sesuai amanat dari Pasal 28 H UUD 1945 bahwa lingkungan yang aman dan layak huni itu memang hak dari warga negara dan pemerintah memiliki tanggungjawab untuk mewujudkannya,” paparnya.

BACA JUGA : Mana Suara Saiful Rasyid dan Rifqinizamy! Istana Negara Butuh Didemo DPRD HST

Murjani berpendapat bukan pemerintah sendiri yang bergerak, harus lintas sektor lintas stakeholder. Ini karena bukan pemerintah saja yang berperan dalam pembangunan namun seluruh warga, masyarakat dengan segenap komponen didalamnya.

“Komunikasi vertikal dengan instansi pusat pun harus terjalin dengan baik. Pola komunikasi di era digital memang bisa dengan beragam cara. Namun hal terpenting adalah komunikasi yang komunikatif, berimbang dan dua arah. Intinya komunikasi setelah itu terbangun dengan baik, baru akar masalah dapat di cari penyelesaiannya,” urai Murjani.(jejakrekam)

Pencarian populer:https://jejakrekam com/tag/dr-lyta-permatasari/
Penulis Rahim Arza
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.