Kaya Walut Bulik Ka Kubangan

0

Oleh : Noorhalis Majid

SANGAT jarang ada keselarasan antara bidang pekerjaan yang digeluti dengan profesi – keahlian dan potensi diri.

SITUASI dan kondisi yang tidak memungkinkan, menyebabkan banyak yang terpaksa menyesuaikan ketersediaan lapangan pekerjaan, padahal minat dan profesinya tidak pada pekerjaan tersebut.

Saat sesuai antara bidang pekerjaan dan potensinya, itulah makna kaya walut bulik ka kubangan.Seperti belut kembali ke lumpur, itulah makna harfiahnya.

Belut tinggalnya di lumpur, pada lumpur ia mudah membikin lubang persembunyian. Tempat lain, bukan habitat yang cocok bagi belut.

Dipinjam sebagai perumpamaan, melihat berbagai fenomena, banyak orang terpaksa menjalani bidang pekerjaan, padahal hal tersebut bukan talenta atau keahliannya.

BACA : Peribahasa Banjar untuk Kritik Pembangunan di Kalsel

Ketika ada pekerjaan yang cocok, terasa sangat senang, minat – bakat dan potensi diri bebas berkembang sesuai harapan.

Begitu juga dengan komunitas profesi masyarakat. Tempat tinggalnya, mesti sesuai dengan profesi dasar yang dimiliki. Nelayan, mesti dekat dengan laut.

Petani, dekat dengan lahan pertanian. Pedagang, dekat dengan lingkungan pasar. Namun, situasi terkadang tidak memungkinkan – membuat keadaan menjadi tidak ideal.

Nelayan digusur dari kampungnya, dipindah ke rumah susun – sedangkan wilayah pesisir dipenuhi perhotelan. Petani, tinggal di perkotaan, karena lahan pertanian jadi komplek perumahan, atau lahan perkebunan jadi pertambangan.

BACA JUGA : Teranyar ‘Dijamak Jibril’, Dokumentasikan Paribasa Banjar Berisi Nasihat dalam Tiga Buku

Dengan terpaksa mesti pandai beradaptasi atas segala situasi. Kondisi ideal tidak selalu dapat terpenuhi. Agar tetap eksis, mesti mampu menyesuaikan keadaan. 

Bila serius menggelutinya, pasti membuahkan hasil. Betapa banyak petani yang kehilangan lahan, beralih menjadi petani hidroponik, atau nelayan banting setir menjadi pengelola budikdamber (budidaya ikan dalam ember), dan lain sebagainya, berkreasi mengatasi situasi yang tidak sesuai harapan.

BACA JUGA : Lama Vakum, Dewan Kesenian Banjarmasin Kembali Gelar Ajang Musyawarah Seniman

Ungkapan ini memberikan pelajaran, idealnya pekerjaan sesuai potensi diri. Jangan tempatkan orang pada pekerjaan yang bukan bidangnya – jangan pula ganggu komunitas tempatan yang sudah lekat dengan profesinya.

Sekalipun mampu menyesuiakan diri dengan situasi dan keadaan, pasti perlu waktu, dan tidak semua orang mudah menyesuaikan diri. Bila sesuai minat – bakat dan profesi, hasilnya lebih baik, pekerjaan dijalani dengan riang gembira, kaya walut bulik ka kubangan.(jejakrekam)

Penulis adalah Pemerhati Budaya dan Bahasa Banjar

Staf Senior Lembaga Kajian Keislaman dan Kemasyarakatan (LK3) Banjarmasin

Mantan Kepala Perwakilan Ombudsman Provinsi Kalsel

Editor Ahmad Riyadi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.