Hanya Sehari Berjualan, Wadai Bakarat Banjar Bermunculan Serasa Bulan Ramadhan

0

TRADISI berpuasa di pertengahan bulan Syaban atau dikenal dengan nisfu Syaban menjadi hal yang lazim di masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya di kalangan suku Banjar. Menariknya, untuk menu berbuka puasa, wadai (kue) khas bulan Ramadhan pun mulai bermunculan

PADAHAL, wadai bakarat seperti amparan tatak, putri selat, sarimuka lakatan, sarimuka hijau, putri salju, lapis pandan, lapis cokelat, kararaban, bingka kentang dan kelelepon sangat identik dengan bulan puasa. Kudapan kue basah ini marak dijual saat jelang berbuka puasa di bulan Ramadhan, khususnya di Banjarmasin dan sekitarnya.

Seperti terlihat di ruas Jalan Kelayan B, Banjarmasin Selatan, Senin (29/3/2021), tampak lapak penjual kue basah khas Banjar ini berdagang di tepi jalan. Menurut Veni, dirinya hanya berjualan sehari untuk memenuhi menu berbuka puasa sunah nisfu Syaban, apalagi bertepatan dengan hari Senin yang menjadi puasa sunah anjuran Rasulullah SAW.

“Ya, ada tujuh loyang dengan tujuh macam wadai bakarat khas Banjar yang saya jual. Biasanya, kalau bulan puasa (Ramadhan), bisa 10 loyang atau lebih. Mudah-mudahan cepat habis, sehingga orang yang berpuasa pada hari ini, bisa menikmati wadai khas bulan puasa ini,” ucap Ibu Veni, warga Kelayan yang berjualan wadai bakarat ini saat berbincang dengan jejakrekam.com, Senin (29/3/2021).

BACA : Tiap Hari Ludes 200 Loyang Wadai Bakarat Khas Banjar

Ia mengakui harga wadai bakarat dari berbagai macam jenis dipatok hanya Rp 11 ribu per potong. Menurut dia, biasanya dijual Rp 12 ribu per potong saat bulan Ramadhan lalu, namun karena harga gula turun, dipotong seribu perak. Sedangkan, untuk kue kelelepon dijual Rp 1.000 per biji.

Veni menceritakan dirinya sudah menggeluti usaha berjualan wadai khas Banjar terhitung puluhan tahun. Ini tercatat, sudah tahun ke-11, dirinya menjajakan kue basah yang legit dan manis. “Saya tak tahu, apakah ada yang berjualan di saat puasa sunah nisfu Syaban. Yang pasti, tiap tahun saya berjualan. Ya, semacam pemanasan untuk menyambut bulan puasa,” katanya.

Menurut dia, penggemar wadai khas Banjar ini tak hanya dari kalangan masyarakat Banjar, namun juga warga dari suku lainnya. Sebab, kata dia, wadai khas Banjar telah dikenal nyaman di lidah, serta memiliki rasa yang berbeda dengan kue-kue tradisional lainnya, termasuk kue modern yang kini telah merambah ke perkampungan.

BACA JUGA : Dibayangi Pandemi, Pasar Wadai Ramadhan Banjarmasin Tak Dihelat Lagi

Dari hasil berjualan itu, Veni mengaku bisa membawa pulang uang ratusan ribu hingga jutaan rupiah untuk disetor kepada bibinya, pembuat wadai bakarat. Menurut Veni, dengan berjualan sehari, bisa memberi rasa berbeda bagi yang menjalankan puasa sunah. Nantinya, saat memasuki bulan Ramadhan, akan lebih banyak kue-kue basah yang dijual.

“Karena saat ini zaman media sosial, ya kami juga mencantumkan nomor WA yang bisa dihubungi. Ada yang pesan, bisa diantar ojek online,” kata Veni.

Ibu muda ini merasa tak perlu khawatir dengan persaingan aneka macam kue yang masuk ke Banjarmasin. Menurut dia, untuk kue-kue khas seperti wadai bakarat itu sudah punya penggemar tersendiri, bahkan terbilang unik karena jarang ditemui dalam kesehariannya.

“Ya, pada hari atau bulan tertentu, baru bisa menjumpai wadai-wadai khas Banjar seperti wadai bakarat. Karena proses pembuatannya memerlukan keahlian khusus,” kata Veni.(jejakrekam)

Pencarian populer:macam wadai bekarat khas banjar
Penulis Rahim
Editor Didi G Sanusi

Tinggalkan Komentar

Alamat email anda tidak akan disiarkan.